bc

BELUM BERAKHIR (INDONESIA)

book_age0+
9.2K
FOLLOW
112.5K
READ
love-triangle
possessive
family
forced
second chance
pregnant
sensitive
doctor
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

Semuanya memang terasa sulit, ketika kisah lama yang belum benar – benar berakhir harus kembali dimulai karena sebuah ketidaksengajaan. Rasa yang tanpa disadari masih tersimpan di lubuk hati terdalam kedua orang insan justru mengorek kembali lama yang sempat mengering walau nyatanya tidak akan pernah hilang. Waktu, membuat semuanya tak lagi sama. Ketika kisah itu benar – benar baru akan di mulai dengan cinta yang indah bermekaran. Cinta itu tak lagi utuh, ketika namaku bukanlah menjadi satu – satunya yang terpatri di dalam hati, seseorang yang masih tersimpan di dalam hati. Namun apalah daya, jika hati tak dapat lagi mengingkari bahwa sebesar rasa luka itu kembali, aku tetap tak ingin mengakhiri.

chap-preview
Free preview
PROLOG
"Saya terima nikah dan kawinnya Shania Putri Nadila binti Erwan Handata dengan mas kawin seperangkat alat sholat di bayar tunai." "Sah?" "Sah." "Alhamdulillah...." seru beberapa orang bersamaan. Jika pernikahan biasanya akan membawa kebahagiaan pada kedua mempelai, tidak untuk pernikahan kali ini. Sebuah pertemuan tak sengaja justru membawa dua orang yang pernah menjalin kasih semasa SMA itu harus kembali terikat dalam sebuah pernikahan demi menuruti permintaan terakhir ayah sang mempelai wanita yang tengah meregang nyawa. "Shan..." "Iya yah...." Shani berdiri dari tempat duduknya kemudian berjalan mendekati brankar dimana sang ayah terkulai lemas. Penyakit gagal ginjal yang bersarang pada tubuhnya memang telah mencapai tahap yang memprihatinkan Pria parubaya bernama Erwan Handata itu tersenyum. Tangannya yang tak dipasang selang infus pun terulur menghapus air mata yang membasahi wajah cantik sang puteri. "Kamu...cantik, mirip ibu..." Shani mengusap punggung tangan Erwan yang masih bertengger di wajahnya. "Ayah...minta maaf ya Shan.." Shani menggelengkan kepalanya, mencoba menghalau air mata yang terus mengalir. "Ayah enggak salah, ayah enggak perlu minta maaf ke Shani." Erwan tersenyum, "Kalau bukan karena ayah, kamu pasti...sudah menikah dengan Delta dari dulu ya?" "Yah..." lirih Shani. "Delta..." panggil Erwan lirih "Iya Om..." Sahut Delta gugup setelah berada disamping Shani. Erwan tersenyum lemah ke arah Delta. Tangannya berusaha menggapai tangan Delta untuk ia satukan dengan tangan puterinya. "Kamu bisa panggil saya ayah? Seperti Shani memanggil saya?" Delta mengganggukan kepalanya pelan. Membuat senyum Erwan semakin lebar walaupun nafasnya mulai berat. "Del..ta, saya titip anak sa...ya ya? Saya  sudah ti..dak kuat." "Yah, jangan ngomong gitu. Ayah kuat, ayah bakal sehat!" Erwan tersenyum, "Enggak sa...yang, ayah enggak bisa, ayah..mau ketemu ma..ma.." "Yah..." "Iya emm ayah, ayah bakal sehat, saya bakal bantu semampu saya untuk menyembuhkan ayah." "Ayah titip Shani ya..." nafas Erwan nampak terputus - putus. Membuat air mata yang mengalir dari mata Shani pun semakin deras. "Harusnya ayah enggak biarin kalian pisah..." "Harusnya ayah enggak biarin kamu...nikah sama orang lain." "Yah..." lidah Shani terasa kelu. Ia tak sanggup lagi mendengar kata - kata yang keluar dari bibir pucat ayahnya. "Delta...ayah mohon ja..ga Shani untuk ayah." "Cuma kamu...yang bisa ayah percaya.." "Cuma kamu yang Shani cinta.." Delta mengangkat kepalanya, ia menengok ke arah Shani yang sedang memandang wajah ayahnya dengan deraian air mata yang begitu deras. "Yah.." lirih Delta. "Delta...ayah mohon, jaga...Shani." "Ji..ka bukan untuk Sha..ni, biarkan itu un..tuk ayah..." Delta menghembuskan nafasnya. Ia menggenggam tanggan Shani dengan erat membuat Shani terkejut dan langsung menoleh kepadanya. "Saya akan menjaga Shani yah, saya akan menjaga Shani  lebih dari sata menjaga diri saya sendiri." Erwan tersenyum lebar, dirinya merasa lega setidaknya di penghujung  umurnya ia dapat memastikan sang anak telah berada di dekapan orang yang tepat. Seorang pria yang menjadi cinta satu - satunya sang puteri bahkan setelah Shani menikah dengan pria yang ia jodohkan demi menutupi hutang - hutangnya dulu. "Ayah! Ayah...." Nafas Erwan makin tersengal - sengal. Membuat dokter yang sempat menjadi saksi pernikahan Delta dan Shani mendekat, ia meminta Shani dan Delta untuk menjauhi brankar agar memudahkan dirinya melakukan penanganan pada pasiennya itu. "Yah....ayah...." teriak Shani dalam raungannya. Delta menarik tubuh Shani yang bergetar. Ia membawa wanita yang terlihat rapuh itu ke dalam pelukannya. "Ayah..." "Ssst...tenang Shan, tenang..." Delta tak henti - hentinya mengusap punggung Shani, membiarkan wanita yang pernah singgah di hatinya itu mengeluarkan air matanya. Tiiiiiiiiit..... Monitor penditeksi detak jantung mengeluarkan suara yang tentu tak asing bagi Delta. Ia tentu biasa menemukan hal sejenis ketika menangani pasiennya. Tubuh Delta menegang, ia mengangkat kepalanya untuk melihat kondisi pria parubaya yang baru saja menjadi mertuanya. Setelah menangani Erwan, dokter yang juga merupakan senior Delta itu mendekat ke arah pasangan suami istri yang baru saja menikah secara siri itu. "Mbak Shani..." Shani melepaskan tubuhnya dari pelukan Delta. Ia menengok ke arah yang tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. "Ayah saya gimana dok?" Dokter itu melirik ke arah Delta, membuat Delta yang telah menyadari tentang apa yang terjadi pun mengangguk. "Maaf, saya sudah berusaha namun Tuhan berkehendak lain." "Pak Erwan...meninggal." Shani menggelengkan kepalanya tak percaya. Air mata sudah tak dapat ia tahan hingga membuatnya mengucur dengan deras. "Enggak, enggak mungkin." "Maaf mba...bapak--" "Enggak!" Shani berlari menuju brankar sang ayah. Ia menggoncangkan tubuh ayahnya yang telah kaku. "Ayah bangun ayah, jangan tinggalin Shani...ayaah..." "Shan..udah ya, udah.." Delta beruasaha menenangkan Shani. Tak lama dua orang suster dan bersiap untuk membawa jenazah untuk dimandikan "Jangan bawa ayah pergi, jangan.. Ayah!" Shani mencoba menahan brankar yang didorong oleh kedua perawat tadi. "Ayaaah..." suara tangisnya terdengar makin lirih, kakinya terasa lemas. Setelah berbagai macam kehilangan yang ia rasakan, hari ini ia kembali kehilangan sosok yang begitu ia cintai. "Ayah..." "Shani!" Delta segera menggapai tubuh Shani yang lemah. Wanita itu terjatuh karena pingsan tepat di pelukan Delta. "Shani...bangun Shan, bangun...." *** Shani masih enggan beranjak dari makam sang ayah. Tangannya tak henti - hentinya mengusap nisan yang bertuliskan lengkap sang ayah, Erwan Handata. "Shan...udah mau hujan, pulang yuk." Ajak Delta, tangannya menyentuh bahu Shani. Shani menggerakan bahunya, berusaha agar sentuhan Delta di pundaknya terlepas. Ia takut berbicara pada Delta, ia takut cintanya yang tak pernah padam pada mantan kekasihnya itu semakin menyiksa jika ia bertatapan dengan Delta. Bagaimanapun pria yang sudah resmi menjadi suaminya secara agama itu tak lagi mencintainya, kekasih hatinya itu bahkan telah berencana untuk menikah dengan kekasihnya. "Shan, kamu harus isti--" "Ceraikan aku Delta, ayah sudah meninggal, kamu enggak ada kewajiban buat jaga aku apalagi sampai mempertahankan pernikahan ini." "Shan!" Sentak Delta, Shani mengusap air matanya dengan kasar. Ia menarik nafasnya dalam lalu memilih untuk berdiri kemudian disusul oleh Delta. Keduanya saling bertatapan. Hati Shani bertambah sakit ketika menyadari tak ada lagi pancaran penuh cinta yang dulu selalu Delta berikan padanya. "Pergilah, temui calon istrimu sekarang!" ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

MENGGENGGAM JANJI

read
474.4K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.0K
bc

Because Alana ( 21+)

read
360.3K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.2K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.8K
bc

Rewind Our Time

read
161.1K
bc

MOVE ON

read
94.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook