bc

SATU

book_age18+
4.2K
FOLLOW
24.9K
READ
revenge
forbidden
age gap
second chance
friends to lovers
drama
tragedy
secrets
affair
friends with benefits
like
intro-logo
Blurb

Kita Satu, tapi hatimu bukan milikku.

Kenapa tak Kamu lepaskan saja Aku?

Kenapa Kamu menjadikanku tokoh terjahat dalam perjalanan cintamu bersamanya

SATU jiwa Brenda dan Rio yang saling terikat satu sama lain. Meski banyak penderitaan yang datang, menyisakan lubang kesakitan yang dalam, nyatanya keterikatan itu tak bisa wanita itu lepaskan. Selamanya, Brenda tak akan bisa hidup dengan setengah jiwa yang tak terisi dan setengah jiwanya adalah kesakitan yang tetap harus ia rasakan untuk tetap dapat bertahan hidup.

chap-preview
Free preview
1
  Hujan turun begitu deras, membuat Brenda terkekeh. Langit sedang mengejek’ Heh? Batin wanita itu. Miris bukan nasibnya? Langit saja menertawai dirinya, mengirimkan air hujan agar logikanya kembali pada tempat yang sebenarnya. Mengguyur kepalanya agar isinya bisa kembali waras dan tak lagi menggila. Bodoh Lo Bren.. Bodoh! Sejujurnya Brenda benci mengakui ini, mengakui kebodohannya menunggu laki-laki yang sudah jelas-jelas mengingkari janjinya. “Kamu ingkar janji’ Yo.” Lirih Brenda. Kedua kakinya masih berdiri ditempat yang sama. Tempat yang laki-laki itu perintahkan untuk menunggu. Tapi, Lima menit yang lalu ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, laki-laki itu berlalu begitu saja, meninggalkan dirinya yang dengan setia menanti laki-laki itu menjemputnya. Mirisnya, laki-laki itu seolah tidak melihat keberadaannya di depan gerbang sekolahnya. Terlalu bahagiakah laki-laki itu sehingga melihat dirinya pun saja tidak? “Brenda..” Brenda membalikkan tubuhnya saat mendengar suara laki-laki memanggil namanya. Matanya berkaca-kaca melihat sosok yang saat ini berdiri di hadapannya.   “Bay..” lirih Brenda. Bayu nama laki-laki yang memanggil Brenda. Laki-laki itu melangkahkan kakinya mendekat, ke arah dimana Brenda berdiri. Tangannya terulur, menggeser atap payung yang tadi melindunginya dari air hujan ke atas kepala Brenda. Membiarkan dirinya sendiri terguyur air hujan untuk melindungi Wanita dihadapannya. “Bay!” sentak Brenda dengan gerakan menjauhkan payung Bayu dari gagangnya. Dengan gerakan cepat Brenda memeluk tubuh Bayu. Membuat laki-laki itu memundurkan kakinya satu langkah karena pelukkan tiba-tiba Brenda. “Bay.. Hiks..” Mendengar tangisan Brenda, hati Bayu rasanya tercabik. Wanita itu menangis dalam pelukkannya, tapi bukan untuk dirinya. Betapa malang dirinya. “Rio.. Hiks..” ujar Brenda putus-putus diselingi isakannya, “Rio punya cewek baru Bay.. Hiks.” Bayu memejamkan mata. Luka wanita dalam pelukannya adalah lukanya. Dan kali ini luka itu kembali menganga karena hal yang sama.  “Dia, Dia boncengin cewek Bay..” adu Brenda pada Bayu. Bayu membelai punggung basah Brenda. Dibawah derasnya air hujan, wanita yang dicintainya itu menangisi laki-laki lain. Laki-laki yang Bayu tahu selalu saja menyakiti wanita yang dicintainya. Laki-laki yang sialnya adalah saudara sepupunya sendiri. “Sssssttt, Bren. Don’t cry’ please.” Ujar Bayu mencoba menenangkan Brenda. Tangannya masih dengan setia membelai punggung Brenda agar wanita itu tenang.  “Ada gue.. Ada gue yang selalu ada buat lo Bren.” Bisik Bayu pada akhirnya. “Bay..” mendengar itu Brenda semakin meraung. Betapa bodohnya dia, demi  seorang Rio Ardiansyah ia mengobarkan laki-laki baik seperti Bayu. Demi Rio, dia rela menjadi Bayangan semu disaat laki-laki itu bersama dengan kekasihnya. Ya, Brenda yakin wanita yang tadi Rio bonceng dengan motor sportnya adalah kekasih baru Rio. Jika bukan kekasih, tidak mungkin Rio melupakan keberadaannya di dalam hidup laki-laki itu hingga membuatnya menunggu selama ini. Haruskah Brenda menyerah sekarang? Bolehkan Brenda pergi saja? Ah, andai semudah itu.   ** “s**t!” Rio mengumpat saat tidak menemukan Brenda di depan gerbang sekolah wanita itu. Ia jelas ingat pagi tadi meminta Brenda untuk menunggunya. Lalu kemana wanita itu pergi? Perasaan ia hanya terlambat dua jam, tapi wanita itu jelas tidak mengindahkan perintahnya. “Lo kemana sih Bren? Kenapa lo nggak angkat telepon dari Gue’ Brenda.” Racau Rio memukul kemudi mobilnya. Rio sadar ia sedikit melupakan Brenda tadi, namun setelah ingat ia langsung menerjang derasnya hujan untuk pulang ke rumahnya. Mengganti motornya dengan mobil agar Brenda nanti tidak basah kusup seperti,. Dira. Ya, karena gadis itu Rio jadi melupakan Brenda. “God, lo kemana Brenda. Ini udah mau magrib. Jangan bikin Gue khawatir Brenda.” Sial, sial, sial! Batin Rio. Kenapa bisa dia melupakan menjemput Brenda hanya karena seorang gadis yang membuatnya tertantang. Bisa-bisanya hanya karena melihat Dira yang menunggu supirnya tak kunjung datang ia jadi melupakan Brenda yang setiap hari berangkat dan pulang bersamanya. b******k sekali dirinya. Padahal dia sudah berjanji pada Brenda. Masih setia dengan ponsel yang ia selipkan di daun telinganya, Rio mengerang saat seorang laki-laki menjawab panggilan teleponnya pada nomor pribadi milik Brenda.  “Halo..” Bayu, seru Rio mengenali siapa pemilik suara yang saat ini tengah mengangkat panggilan di ponsel Brenda. “Brend..” belum selesai Bayu meneruskan kata-katanya, Rio sudah menyela dengan nada yang cukup tinggi. “Brenda mana b******k!” tanya Rio yang lebih tepat disebut sebagai makian pada saudara sepupu dari pihak Papanya tersebut. “Calm’ Bro! Brenda tidur. Kasihan, sedikit demam. Ntar malem Gue anter ke rumah Lo” “b******k lo’ Bay. Udah Gue bilang jauhin Brenda! Bangunin dia, lima belas menit lagi Gue sampai apart Lo.” “f**k!” umpat Rio yang justru mendapatkan respon buruk dari Bayu. Laki-laki itu tidak menjawabnya melainkan memutuskan sepihak panggilannya membuat kabut amarah di kedua bola mata Rio. “Bayu b******k!” entah umpatan keberapa yang Rio layangkan pada saudara sepupunya itu. Rasanya Rio ingin mencekik mati laki-laki itu. Beraninya laki-laki itu tidak mengindahkan peringatannya. Dengan emosi yang membara, Rio menginjak pedal gasnya. Urusan disumpahin mati orang karena ugal-ugalan’ bodo amat. Yang terpenting saat ini adalah membawa Brenda jauh-jauh dari lelaki bernama Bayu Ardiansyah itu. *** Brenda mengerjapkan matanya saat suara bel apartemen Bayu terus saja berbunyi. Kemana Bayu? Seingatnya laki-laki itu tadi masih bergelut dengan stick playstation nya saat ia belum terlelap. Bangkit dari ranjang, Brenda memilih membuka pintu apartemen Bayu. Betapa terkejutnya dia saat kedua bola matanya bersitatap dengan kedua mata Rio. Brenda tahu laki-laki itu saat ini tengah menahan amarah padanya. “Pulang!” sentak Rio keras sembari menarik lengan Brenda. Brenda sempat meringis. Pergelangan tangannya terasa perih saat laki-laki di hadapanya menariknya dengan tenaga yang tidak bisa dikatakan kecil. “Lepasin Brenda.!” Mata Rio memicing saat melihat Bayu yang keluar hanya dengan menggunakan handuk untuk penutup bagian bawah tubuh laki-laki itu. Rahangnya mengeras seiring dengan pikiran buruk yang tiba-tiba saja hadir di kepalanya. Melepaskan lengan Brenda, Rio berjalan cepat kea rah Bayu. Tangannya terulur untuk mencekik batang leher laki-laki itu. “Sialan! Lo apain cewek Gue’ Hah!” Brenda yang melihat itu mencoba melerai keduanya. Jika dibiarkan salah satu diantara mereka pasti akan ada yang meregang nyawa mengingat betapa kenalnya dia pada sosok laki-laki yang tengah mengamuk itu. “Lo tidurin cewek Gue?!” tanya Rio tajam membuat Brenda yang tadinya ingin melerai justru menyentak lengan Rio kasar hingga tangan lelaki itu menjauh dari batang leher Bayu. Plakkk.. Dengan mata berkaca-kaca Brenda melayangkan satu tamparan di pipi Rio. “Bren..” ujar Rio memanggil nama Brenda lirih saat melihat air mata jatuh dari sudut mata Brenda. Kaki Brenda melangkah mundur, menghindari Rio yang ingin meraih tubuhnya. Kepalanya menggeleng tidak percaya dengan apa yang Rio katakana tentang dirinya. “Gue semurahan itu ya’ Yo?” Tanya Brenda lirih menghapus air matanya. “Brenda..” “b******k!” maki Brenda lalu berlari menjauh. Air matanya mengalir begitu saja mendengar tuduhan keji Rio atas dirinya. Jadi semurahan itu ia dimata laki-laki itu. Sahabat macam apa laki-laki itu yang tega mengatai dirinya. Apakah hanya sebesar itu arti dirinya di kehidupan Rio? Bahkan setelah apa yang mereka lakukan selama ini? “Brenda..” teriak Rio kencang sembari berlari mengejar Brenda. Kedua matanya masih bisa melihat air mata yang mengalir di kedua mata Brenda saat pintu lift tertutup. “Sial.. Sial..” amuk Rio pada dirinya sendiri. Rio dengan cepat merogoh ponselnya. Ia harus tahu kemana Brenda pergi. Untung saja selama ini Rio selalu bisa mengawasi kemana perginya wanitanya itu melalui aplikasi GPS di ponsel pintarnya. “Hujan-hujan gini lo mau kemana Brenda.” Lirih Rio memejamkan matanya sembari menunggu pintu lift terbuka untuk dirinya.  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hasrat Istri simpanan

read
7.0K
bc

Revenge

read
14.7K
bc

The CEO's Little Wife

read
626.3K
bc

After That Night

read
8.3K
bc

BELENGGU

read
64.3K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
52.8K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook