bc

Usai Lima Tahun Pernikahan

book_age16+
8.5K
FOLLOW
63.7K
READ
goodgirl
kickass heroine
self-improved
others
drama
sweet
office/work place
wife
like
intro-logo
Blurb

Menikah karena perjodohan memang akan menimbulkan masalah jika rasa cinta dan sayang di antara keduanya tidak juga muncul. Namun, sikap sang suami sepertinya sudah sangat keterlaluan karena selama ini ia hanya menganggap istrinya sebagai lalat pengganggu.

Meksipun begitu, sang suami tetap berpura-pura dengan bersikap baik di depan istrinya agar orang tuanya tidak menyalakannya.

Akan tetapi, setelah menemukan pujaan hatinya ia langsung mengusir pergi istrinya, dan ketika sang Papa pun sedang di rawat.

Istrinya menolak untuk pergi karena dirinya tengah hamil, lalu sekuat mungkin bertahan di dalam rumah suaminya itu meksipun mendapatkan banyak hinaan, dan perkataan menyakitkan lainnya yang ia terima.

Suaminya pun mulai menggunakan sahabat sang istri untuk berpura-pura menjalin hubungan dengannya agar istrinya mau pergi dari rumahnya. Bukankah ini adalah cara yang jahat? Semoga tidak ada wanita yang mengalami hal ini.

Cover by : Star_designcover

chap-preview
Free preview
Bab Satu
 "Kau adalah pengganggu kebahagiaanku!" ucap Mas Bagaskara setengah berteriak. Aku yang sedang duduk di sampingnya sangat terkejut. Aku tidak tahu perkataannya itu ditujukan untuk siapa, tetapi di sini, hanya ada aku dan dirinya.  "Sayang, apa yang kau katakan?" tanyaku selembut mungkin. Aku sangat mengenal sifatnya, dia akan semakin marah kalau ada yang berbicara dengan nada tinggi.  Jika dia mulai tersinggung atau apa, kita harus berbicara lebih rendah dengannya. Aku tidak tahu kenapa Mas Bagaskara tiba-tiba mengatakan hal ini. Padahal, di rumah ini tidak ada siapapun. Semua orang langsung pulang ke rumahnya masing-masing setelah mengantar Bapak mertua ke bandara untuk mendapatkan pengobatan yang maksimal di salah satu rumah sakit terkemuka di luar negeri.  "Tidak perlu basa-basi. Sekarang aku akan jujur kalau aku sebenarnya sangat membencimu," tegasnya lagi.  Telingaku berdengung ketika mendengarnya. Selama ini, Mas Bagaskara tidak pernah berkata yang akan menyakitiku. Namun tidak kali ini, meskipun aku masih tidak tahu perkataannya ditujukan untuk siapa, tetapi hatiku sudah sangat sakit ketika mendengarnya.  Aku memasang senyuman seindah dan semanis mungkin agar kemarahannya mereda. Dulu, setiap dia marah, aku akan melakukan hal yang sama sampai dirinya meminta maaf karena sudah berbicara kasar.  "Sudahlah, Mas, ayo di makan dulu." Aku mengambilkan nasi dan beberapa lauk kesukaannya yang selama lima tahun ini tidak pernah berubah. Seleranya masih tetap sama.  Brakkk!  Bukannya menerima piring yang aku berikan, Mas Bagaskara malah membantingnya sampai membuat tubuhku gemetaran. Ya Allah, anggap aku hanya sedang bermimpi dan jangan jadikan apa yang membuatku takut ini menjadi kenyataan.  "Kamu kenapa, Mas? Ada yang sakit?" tanyaku khawatir sambil menatapnya nanar. Namun, matanya yang dulu menatapku penuh dengan kelembutan berubah menjadi mata yang penuh dengan kilatan amarah.  "Jangan sok baik!" geramnya sambil mencoba mendorong tubuhku yang sedang membungkuk ke arahnya. Karena takut jika melihat matanya, aku memilih untuk mengambil sapu dan sekop untuk membersihkan pecahan beling yang berserakan.  "Aku benci dengan suaramu yang lembut. Aku benci. Selama ini aku berpura-pura menjadi suami yang bisa diandalkan karena orang tuaku sangat menyayangimu, tapi tidak sekarang. Aku sudah muak dengan keberadaanmu!" jelasnya dengan penuh emosi.  Aku hanya bisa mendudukkan wajah. Apakah benar laki-laki yang ada di depanku ini adalah suamiku selama lima tahun? Laki-laki yang selalu berbicara lembut dan tidak pernah sekalipun marah? Kenapa saat ini dirinya tampak beberapa? Kenapa?  Setelah membersihkan pecahan beling, aku pergi ke dapur untuk menyiapkan beberapa buah kesukaannya, dan juga jus sawo.  "Diminum, Mas. Mungkin kamu haus, makanya bicara yang tidak-tidak," ucapnya pelan. Tanganku sedikit gemetar ketika memberikan gelas jus itu. Jujur saja aku sangat takut ketika melihatnya marah seperti ini.  Matanya malah menatapku semakin tajam dan tangannya mencengkram pergelangan tanganku dengan sangat kuat. Tidak hanya itu, dia bahkan menarikku ke kamar mandi. Menarikku tepat berada di bawah shower dan menyalakannya.  "Diamlah di sini dan renungi kesalahanmu!" teriaknya dengan mata yang menatapku nyalang, seolah aku adalah manusia yang hina. Sementara aku masih setia dengan kelembutan, mata ini menatapnya nanar dengan air mata yang siap meluncur.  "Mas, apa yang kau lakukan?" tanyaku dengan suara yang parau. "Bukankah kemarin Mas sudah berjanji kepada Papa dan Mama kalau Mas akan lebih menyayangi dan mencintaiku ketika mereka melakukan pengobatan? Tapi apa yang Mas lakukan ini?" cecarku.  Ya, baru kemarin dia berjanji akan mencintai dan menyayangiku sampai maut memisahkan di hadapan orang tuanya. Sampai habis usia, rasa cinta yang ada di dalam dadanya tidak akan berubah. Namun, tidak sampai dua puluh empat jam, dirinya langsung berubah drastis.  "Hentikan omong kosongmu itu! Inilah aku yang sebenarnya!" ucapnya dengan wajah yang menakutkan. "Selama ini aku hanya bisa berpura-pura menjadi seseorang yang bisa diandalkan, suami yang siap siaga. Padahal, aku sudah muak dengan segala tingkahmu!" lanjutnya sambil menatapku murka.  Meksipun dirinya saat ini sangat menakutkan, aku masih berharap kalau dia akan kembali menatapku dengan tatapan kasih sayang. Namun, harapanku hanyalah ilusi. Karena dirinya masih menatapku dengan penuh kebencian.  Melihat tubuhku yang mulai gemetar, dia malah tersenyum menyeringai. Ya Allah, siapa laki-laki ini sebenarnya? Kenapa dia terlihat sangat menakutkan?  Tenagaku mulai hilang dan tubuh sudah sangat menggigil. Namun Mas Bagaskara masih setia menatapku dengan kebenciannya yang semakin membara.  "Nikmatilah kesengsaraanmu itu!" ucapnya sambil memperbaiki kemejanya. "Karena aku sudah muak menjadi temanmu dalam panggung sandiwara. Aku ingin segera bebas dan terbang tinggi," lanjutnya, lalu melangkah menjauh dari kamar mandi.  Sementara aku masih terdiam di bawah shower, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Apa benar dia suamiku atau hanya sekadar mengetes?  Ah, aku sungguh tidak kuat lagi. Kenapa aku seperti orang bodoh yang terus berdiri di sini, sementara dia sudah pergi ke kamar dan tubuhnya ditutupi selimut yang tebal. Aku langsung beranjak dari kamar mandi dan berganti baju. Ternyata dia tidak ada di kamar. Biarlah, mungkin sekarang Mas Bagaskara sedang menginginkan waktu untuk berpikir jernih.  Malam sudah sangat larut, tapi suamiku itu tidak kunjung datang, dan aku tidur sendirian di dalam keheningan malam. Ketika baru-baru menikah, sikap penakutku selalu keluar. Aku tidak mau pergi ke dapur jika tidak diantar dan tidak mau makan jika tidak disuapi. Namun, Mas Bagaskara tetap melakukan apapun yang aku minta tanpa penolakan. Bahkan tidak pernah mendengar sedikit pun dirinya mengeluh tentang hal itu.  Sepanjang malam, mata ini tidak kunjung bisa terpejam sampai matahari menunjukkan pesonanya. Aku terpaksa bangun dari tempat tidur dengan tubuh yang tidak ada tenaga sama sekali. Kepala terasa sangat berat dan semua tulang terasa remuk.  Dengan penuh perjuangan, aku sampai ke dapur untuk membuat s**u hangat. Sampai sekarang, Mas Bagaskara masih tidak terlihat. Kira-kira, di mana dia berada sekarang?  Dalam lubuk hatiku yang paling dalam, aku berharap kalau sikap Mas Bagaskara dan beberapa hal yang aku alami kemarin hanyalah mimpi dalam tidur. Membayangkannya saja aku tidak sanggup, apalagi harus mengalaminya.  Setelah meminum segelas s**u hangat, perutku malah semakin tidak enak. Aku terpaksa memesan mobil online untuk pergi ke rumah sakit dan memeriksa keadaan tubuhku. Dari dulu jika tubuh dirasa sakit dan tidak nafsu makan, aku akan langsung pergi ke dokter meskipun hanya sekadar konsultasi.  "Saya sarankan ibu untuk pergi ke dokter kandungan," ucap seorang wanita yang memakai jas putih itu. Sangat cantik. Ketika kecil dulu, aku juga bercita-cita untuk menjadi seorang dokter. Namun, apa daya kalau ternyata aku sudah dijodohkan oleh orang tuaku sebelum tiada dengan Mas Bagaskara.  Karena tidak ingin mengecewakan semua orang, aku memilih untuk menerimanya, dan mulai menjalani semuanya.  "Dokter kandungan?" tanyaku untuk mendapatkan penjelasan. Aku hanya sakit biasa, kenapa harus pergi ke dokter kandungan?  "Saya tahu apa yang ada di pikiran ibu, tapi lebih bagus lagi jika ibu menerima saran saya. Karena bisa jadi Ibu memang tengah mengandung si buah hati," jelasnya membuat hatiku sangat bahagia.  Jika nanti aku benar-benar hamil, apa Mas Bagaskara akan kembali seperti dulu? Ya, pasti seperti itu.  Aku langsung menanyakan di mana ruangan dokter kandungan, tapi ternyata aku harus membuat janji lebih dulu dengan asistennya. Untunglah tidak perlu menunggu berhari-hari karena dokter yang baru saja memeriksaku yang bicara dengan asistennya. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya sampai juga giliranku.   Usai diperiksa, dokter wanita itu menatapku lembut dengan penuh pancaran kebahagiaan, aku tahu jawabannya pasti akan memuaskan untukku.  "Selamat, ibu hamil dan usia kandungannya sudah berjalan delapan minggu," ucapnya membuatku menitikan air mata kebahagiaan. Ternyata seperti ini kebahagiaan yang hanya dirasakan oleh para wanita yang mendapatkan kabar bahagia tentang kehamilannya.  Aku mengambil bukti kehamilanku dengan penuh kebahagiaan. Aku akan pergi ke kantornya Mas Bagas untuk menunjukkan bukti ini.  "Terima kasih banyak, Dok." Beberapa kali aku mengucapkan terima kasih.  "Sudah tugas saya, jangan lupa untuk selalu menjaga diri anda dan juga di bayi, ya," pesannya yang hanya aku balas dengan anggukan kepala karena aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan suamiku.  Dengan penuh semangat, aku mendatangi tempatnya bekerja. Mas Bagas mempunyai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran produk. Penghasilannya tidak hanya dari seller, tapi juga dari beberapa aplikasi seperti google ads, dan yang lainnya.  "Bu!" Baru saja masuk, seorang keamanan langsung menghentikan langkahku.  "Kenapa, Pak? Apa ada sesuatu yang bisa saya bantu?" tanyaku heran.  Petugas keamanan itu hanya menatapku bingung, entah apa maksudnya.  "Em, tidak ada," ucapnya terdengar ragu yang kemudian kembali masuk ke dalam pos keamanan. Sementara aku kembali melanjutkan langkah ke ruangannya. Di perjalanan, orang-orang yang biasa menatapku dengan hormat dan menyapa dengan ramah, kini hanya memberikan tatapan yang sepertinya mereka jijik ketika melihatku.  Beberapa pegawai wanita bahkan saling bergosip di depanku. Untuk mengetahui apa yang mereka katakan, aku bahkan harus memperlambat langkah.  "Sebelum kamu datang tadi, Pak Bagas sudah mengumumkan kalau wanita yang bernama Vania bukan lagi istrinya. Jadi, kita tidak perlu lagi menghormatinya," bisiknya dengan suara yang keras, seolah memang ingin terdengar olehku. Si wanita tidak tahu diri.  Aku pikir kejadian kemarin itu hanyalah salah faham, sampai aku mencoba untuk melupakannya, dan menganggapnya seperti mimpi buruk. Namun, jika melihat keadaan di sini sekarang, bisa kupastikan kalau Mas Bagas memang menginginkan aku untuk mundur dari pernikahan ini.  Katakanlah wahai angin, kenapa aku harus mundur? Sementara di dalam rahimku ada anak yang menginginkan keluarga yang utuh ketika ia lahir nanti.  Sebisa mungkin aku membuang kekecewaan itu dan bersikap seolah aku memang wanita yang tidak tahu malu. Demi anakku punya orang tua yang lengkap, aku rela untuk melakukan apapun dan diperlakukan bagaimana pun.  Ketika sampai di depan pintu ruangannya, aku langsung mengetuk pintu itu. Biasanya, pintu ini selalu menyambutku dalam posisi terbuka. Namun, sekarang sudah mulai tertutup rapat.  Apa sebenarnya yang sedang terjadi denganmu, Mas?  "Masuk!" perintah masuk pun terdengar, suaranya terdengar sangat menggelegar.  Anehnya, rasa ragu kembali menyelinap ketika aku hendak memutar kenop pintu, tetapi aku berusaha untuk menghilangkan keraguan itu sampai pintu terbuka, dan sosok yang ingin aku temui itu terlihat. Namun, dia tidak sendiri. Ada seorang wanita muda, cantik, dan seksi yang menemaninya.  Aku tetap berjalan mendekat ke arahnya meksipun seorang gadis sedang bergelayut manja di lengannya. Aku tidak menghiraukan siapa wanita itu, yang terpenting aku bisa bertemu suamiku.  "Mas," panggilku lirih. Mas Bagas sama sekali tidak mengindahkan panggilanku, dia hanya sibuk menatap komputer di depannya dengan sebelah tangannya menyentuh lengan wanita tidak tahu malu itu.  Setelah aku mendekat pun, gadis itu sama sekali tidak menganggapku ada. Malah terlihat disengaja.  "Mas, aku punya kabar bahagia," ucapku lagi dengan bibir yang dipaksa untuk tersenyum. Walaupun pahit. Namun, Mas Bagas sama sekali tidak menggubrisnya.  "Ya sudah, Mas. Aku akan mengatakannya nanti saja, di rumah. Aku tidak suka orang lain mendengarnya," ucapku sambil berjalan melangkah ke arah luar, tapi Mas Bagas tetap diam. Sampai ketika aku baru sampai di pintu, ia mulai bicara dengan beberapa kata yang menyakitkan.  "Dia bukan orang lain, dia kekasihku. Wanita ini adalah kekasihku dan calon istriku," ucapnya lantang, bagiku terasa seperti belati yang menikam hati ini tanpa ampun.  Apakah harus kau katakan kata-kata menyakitkan seperti itu, Mas? Apakah kamu sama sekali tidak ingin menganggapku ada atau kamu memang ingin aku pergi jauh dari hidupmu?   Namun, sayangnya tidak, Mas. Sampai aku bisa, aku akan terus bertahan di sampingmu meskipun hatiku sudah tidak sanggup lagi menahan luka.  Aku pulang ke rumah dengan perasaan yang campur aduk. Aku bahkan tidak tahu sejak kapan orang-orang yang biasa melayaniku di sini sudah tidak ada. Ah, mungkin Mas Bagas langsung memecatnya kemarin.  Sebelum waktu pulangnya Mas Bagas tiba, aku langsung buru-buru untuk memasak makanan kesukaannya. Aku harus bisa membuatnya kembali menyukaiku, bukan untukku, tapi demi anakku. Aku harus membuat anakku lahir dengan orang tua yang lengkap.  Setelah makanan selesai dihidangkan di atas meja, Mas Bagas membuka pintu rumah dan masuk begitu saja ke dalam kamar. Aku pun langsung menyusul ke dalam untuk mengatakan berita bahagia ini.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The CEO's Little Wife

read
622.7K
bc

BELENGGU

read
63.3K
bc

After That Night

read
7.2K
bc

Revenge

read
11.9K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
4.5K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
50.5K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook