bc

My Special One

book_age16+
5.7K
FOLLOW
86.0K
READ
love after marriage
CEO
boss
drama
like
intro-logo
Blurb

Tidak pernah terpikirkan oleh Stephanie bahwa di usianya yang masih muda, ia harus menikah dengan seorang pria yang merupakan pengusaha sekaligus rektor di kampusnya sendiri. Berawal dari menjadi asisten pribadi hingga menjadi pendamping hidup.

chap-preview
Free preview
PART 1
"STEPHANIE PRADIPTA!!" "HADIR!!" "Sayang mama serius bukan mau absen kamu!" Ucap mama dengan nada tinggi, yah sepertinya ini hal serius sampai mama harus memanggil nama lengkapku. "Baiklah ma, ada apa?" "Apa benar tadi kamu menghajar mahasiswa lagi di kampus?" Yah seperti dugaanku pasti Mama akan bertanya hal itu, dan jangan tanya dari mana mama tahu masalahku di kampus kalau bukan dari teman terbaik mama yang menjadi salah satu dosen 'terbaik' di kampusku, Mrs. Renata. "Ya itu benar" jawabku malas, kulihat mama menatapku dengan tatapan ingin menelanku hidup-hidup. "Mama bingung sama kamu, saat kecil kamu anak mama yang manis tapi sekarang malah jadi tengil begini?" Baiklah aku bosan jika harus dibandingkan dengan zaman silam, aku melakukannya bukan tanpa alasan. "Kalau mahasiswa itu tidak kurang ajar sama Tephi, Tephi ngga akan menghajar dia ma!!" ujarku kesal, aku beranjak ke kamarku untuk mendinginkan pikiranku, tak ku pedulikan panggilan mama lagi. Terkadang aku muak di kampus, padahal sudah sering ada mahasiswa yang ku hajar tapi ada saja yang mau mendekati aku, termasuk para mahasiswa tidak tahu sopan santun. Dan juga dosen itu, Mrs. Renata, apa pekerjaan sambilannya itu mata-mata sehingga selalu mengawasiku? Atau ia beralih profesi menjadi Mrs. KEPO kampus? Aku yakin dia tidak menceritakan secara lengkap mengapa aku menghajar salab satu mahasiswa di kampusku, kalau tidak mana mungkin mama mengintrograsiku seperti tadi. Ku ambil kunci mobilku dan keluar kamar, sepertinya berdiam di kamar tidak akan menyegarkan pikiranku. "Mau ke mana Tephi?" Tanya mama saat melihatku keluar kamarku. "Mau jalan-jalan ma" jawabku datar, ku langkahkan kaki keluar dari rumah menuju mobilku tak menghiraukan pertanyaan mama yang bisa berkembang biak menjadi banyak jika ku ladeni. "Halo.." jawab suara di seberang sana, aku sedang menelepon sepupu yang selalu bisa ku andalkan saat ini. "Halo Dave" "Biar ku tebak, pasti minta temenin jalan kan?" Aku yakin dia sedang nyengir sekarang. "Yaa cepat siap-siap, pakai mobilku aja" "Siap Bos" Kuputuskan sambungan teleponku dengannya dan kembali fokus ke jalan. "Jadi ada apa lagi nih? Bertengkar lagi dengan aunty Fely?" "Hei pertanyaan lo seolah gue nih anak bermasalah di rumah" Dave hanya nyengir sambil menyetir mobilku. Siang ini aku mau lupain masalah dengan mama tadi dan mendinginkan otakku bersama Dave. "Ya udah have fun dulu hari ini, soal mamamu, bicara baik-baik pasti beres kok" ya Dave benar, aku dekat dengan Mama, jika beda pendapat akan cepat selesainya. Dave merangkul pundakku, kami berjalan beriringan masuk ke salah satu mall. Orang yang ngga kenal dengan kami pasti mengira kami pacaran, aku memang dekat dengannya, dia sudah seperti kakakku padahal usianya hanya berbeda beberapa minggu di bawahku. Hari ini Dave membuatku lupa akan emosiku yang tadi sempat memenuhi pikiranku, kami berjalan-jalan, nonton, main di game center hingga makan bersama di food court. Hingga sore menjelang malam aku mengantarnya pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Papa memanggilku ke ruang kerjanya, aku sudah dapat menebak apa yang akan papa bicarakan denganku, baiklah aku harus mengendalikan emosiku karena aku paling ngga bisa marah pada papa kesayanganku. "Apa benar tadi siang Tephi bertengkar dengan Mama?" Tanya Papa dengan nada lembut, bukan nada intimidasi namun lebih ke pertanyaan sayang. Aku mengangguk, "Tephi punya alasan Pa" jawabku lemah, Papa merangkul pundakku, rasanya hangat dan aman saat dipeluk papa, mungkin ini mengapa mama sangat mencintai papa, papaku memang papa yang terbaik yang aku miliki. "Boleh papa tahu alasannya?" Tanya Papa lagi dengan nada yang sama sembari mengusap puncak kepalaku. Aku memeluk papa erat, menenggelamkan wajahku di d**a bidang papa, "Tephi di kampus tadi mengahjar salah satu mahasiswa lagi pa, dia udah berlaku kurang ajar pada Tephi, Tephi hanya ingin membela diri, tapi sepertinya Mrs. Renata berbicara yang lain pada mama sehingga mama marah pada Tephi" Ku rasakan papa mengecup puncak kepalaku, "baiklah papa mengerti, nanti papa akan bicarakan pada mamamu ya, sekarang princess jagoan papa mandi terus istirahat" Aku mengangguk, mencium pipi papa dan beranjak kembali masuk ke kamarku. Papa memang selalu bisa membuatku lega, aku merasa masalahku hilang setelah cerita pada papa. ---- Sinar matahari yang melewati jendela kamarku membuatku harus membuka mataku, aku berusaha mengumpulkan kesadaranku, menggeliat sedikit di atas tempat tidur Queen Sizeku, ku raih jam di atas meja samping tempat tidurku. Saat melihat jam berapa sekarang mataku langsung terbuka penuh, pasalnya "AAAAA GUE KESIANGAN!!" Aku melompat dari tempat tidurku untungnya tanpa terpeleset di lantai, sejurus kemudian aku lari ke kamar mandi, mandi secepat yang aku bisa. Jam 11 ini ada mata kuliah dosen killer di kampus, dan sekarang sudah jam 10 lebih 15 menit, sedangkan jarak ke kampus cukup jauh belum lagi macet yang ada. Hanya butuh waktu 5 menit aku mandi kemudian berpakaian. Kaos hitam lengan panjang polos dan skiny jeans kukenakan, ku pakai converseku lalu ku ambil kunci mobilku, hanya dalam hitungan detik mobilku sudah membelah jalan ibukota yang cukup padat. Kesialanku tidak hanya saat bangun kesiangan karena keasikan nonton film sampai hampir pagi namun juga saat akan dekat kampus. Sebuah mobil menyerempet bagian belakang mobilku saat aku akan membelokkan mobilku, sial! Karena kejadian ini terpaksa aku harus menghentikan mobilku, bisa saja aku tidak menghiraukan tapi aku bukan orang yang bisa melepas seseorang dari tanggung jawabnya. "Om gimana sih??!! Liat nih mobil gue lecet belakang!!" Bentakku pada pria yang baru turun dari sedan mewahnya. Jika situasi normal mungkin aku akan terpana dengan penampilan dan ketampanan pria ini, namun mengingat apa yang dibuatnya pada Porsche kesayanganku, tetap membuatku kesal. "Baiklah saya akan bertanggung jawab, bagaimana kalau di bawa sekarang ke bengkel untuk di perbaiki" sepertinya pria ini tipe pria yang sadar akan kesalahannya. Ku lirik jam tanganku, astaga! fix terlambat aku. "Om sebelum tanggung jawab, mendingan tanggung jawab dulu berhadapan dengan dosenku, masalahnya sekarang aku udah telat nih gara-gara om" nada bicaraku melunak tidak lagi mengatakan panggilan tidak sopan pada pria ini. "Baiklah di mana kampusmu?" tanyanya. Saat aku menyebutkan nama kampusku ia sedikit terkejut, lalu menormalkan kembali ekspresinya. "Baiklah mari saya antar, mobilmu biar di sini saja nanti saya telepon derek langganan saya untuk membawanya" aku menyetujui usulnya. Mobilnya melaju kembali memasuki gerbang kampusku,  Pria itu berjalan beriringan denganku melewati koridor kampus menuju kelas, agak tegang nih mau berhadapan dengan dosen killer. Aku mencoba mengetuk pintu kelas yang sudah di tutup, kebiasaan dosen ini kalau sudah jam masuk pintu akan di tutup pertanda bahwa tidak ada mahasiswa yang boleh masuk jika telat. Pintu di buka dan muncullah wajah si dosen killer, menatapku sangar, namun tatapannya berubah saat melihat pria di sampingku. "Eh ada Pak Ardi" ucap si killer dengan nada santun, apa dia kenal sama pria ini? Siapa tadi namanya? Ardi? Kok kayak familiar ya? "Ada apa pak? Kok bisa berdua Stephie?" tanya si killer lagi sambil menatap kami bergantian, aku habya diam menunggu reaksi pria bernama Ardi di sampingku ini. "Permisi Bu saya mau meminta izin untuk memperbolehkan gadis ini masuk, tadi ada insiden dengan saya sehingga ia harus terlambat masuk" ucap Pria itu dengan nada santun juga. Tanpa kompromi Mrs. Killer mengizinkan aku masuk. Wow, how amazing, keajaiban banget bisa terjadi seperti ini. Apa Pria ini sangat berpengaruh ya di sini? "Gila demi apa lo bisa datang bareng Pak Ardi, Phie" bisik Lea, sahabatku di kampus. "Lo kenal dia?" Tanyaku pada Lea yang dijawabnya dengan tatapan ngga percaya. "Parah lo ngga kenal sama rektor kampus kita??" Bisik Lea sedikit keras membuat Mrs. Killer menatap kami dengan tatapan horor, sebenarnya namanya Mrs. Kellin tapi karena galaknya kami panggil Mrs. Killer. Eh tadi apa Lea bilang? REKTOR?? astaga jadi dia Pak Ardiansyah Conner? Bodohnya aku sudah lama berkuliah di sini dan ngga kenal rektor kampusku. "Pak Conner memang baru beberapa bulan menjabat Phie, menggantikan Ayahnya yang sekarang lebih memilih pulang ke negara asalnya, Amerika, tapi baru beberapa bulan aja udah banyak fans rektor kita itu, gue ngga heran kenapa lo ngga tau melihat ketengilan dan kecuekan lo" aku mendengus kesal mendengar kata tengil yang diucapkan Lea, seperti mama, apa aku separah itu? Saat ini kami sedang menikmati makan siang di kampus, rencananya aku akan ikut Lea pulang, karena Pak Ardi belum mengabari soal mobilku, besok mungkin aku akan ikut adikku, Edo, berangkat ke kampus. "Phie.. Phie.." panggil Lea sambil mengguncang lenganku saat aku tengah menikmati semangkuk mie ayam yang tadi ku pesan. "Apa sih Le, jangan ganggu dulu dong lagi makan nih" sahutku ketus masih tidak mengalihkan pandanganku dari mangkuk mie ayamku. "Ish Phie liat dulu dong" kali ini Lea berbisik cukup keras, nih anak kenapa sih?  Karena penasaran aku menatapnya yang ternyata menatap ke arahku, eh ralat, tepatnya ke arah belakangku. Horor nih anak, akhirnya ku ikuti arah pandangnya, ku putar badanku hingga dapat melihat apa yang ada di belakangku saat ini. Kalian tahu apa yang ku lihat? Seorang pria tampan sedang berdiri menatapku, tubuhnya tinggi, parasnya seperti eksekutif muda, rahang kokoh itu, hidup mancungnya, mata elangnya.. Eh tunggu dulu, ini kan pria yang tadi pagi, maksudnya rektor kampusku. "Eh emm ada apa Pak?" Aku segera berdiri menghadapnya. Dia tersenyum, errr tadi pagi berangkat bareng dia baru ini lihat senyum mautnya. Ku lirik sekitar nampak para mahasiswi menatap rektor tampan di hadapanku dengan tatapan lapar. Tanpa memberikan jawaban, Pak Ardi menarik tanganku untuk mengikutinya ke arah parkiran. Astaga, ini tangannya yang hangat atau suhu tubuhku naik dalam sekejab gara-gara bersentuhan dengannya sih. Pak Ardi menggiringku ke sedan mewahnya, membukakan pintu di samping kemudi agar aku masuk. "Aku sudah janji akan bertanggung jawab soal mobilmu kan? Sekarang kita akan mengambilnya" ucapnya datar, senyum tadi hilang, jujur sedikit kecewa, aku hanya mengangguk patuh dan duduk manis di sampingnya tanpa berani menatapnya. Sesampainya di bengkel yang aku rasa merupakan langganannya karena banyak karyawan di sini sepertinya kenal baik dengannya, aku segera menuju ke mobilku. Setelah mengucapkan terima kasih padanya aku segera berpamitan, dengan alasan akan ada pertemuan keluarga hari ini jadi harus segera pulang. Aku tidak bohong, Dave tadi memang mengabarkan lewat pesan singkat kalau ada pertemuan keluarga malam ini menyambut kedatangan salah satu sahabat Papa, Uncle Jacob. Segera ku jalankan mobilku membelah jalan ibukota kembali ke rumahku, sebelum aku benar-benar kena serangan jantung karena menatap wajahnya terlalu lama. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mas DokterKu

read
238.5K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.7K
bc

Hate You But Miss You

read
1.5M
bc

Bridesmaid on Duty

read
161.8K
bc

Billionaire's Baby

read
278.8K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
473.9K
bc

THE DISTANCE ( Indonesia )

read
579.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook