bc

Neighbour For Marriage

book_age18+
1.5K
FOLLOW
26.2K
READ
arranged marriage
manipulative
kickass heroine
drama
bxg
like
intro-logo
Blurb

Cerita cinta yang tidak pernah mereka pikir akan tertulis. Cinta dua anak manusia yang saling bertetanggaan.

Mampukah Cindy menghapuskan perasaan sayangnya terhadap Ikram yang notabe sudah Ia anggap seperti abangnya sendiri ?

chap-preview
Free preview
1
Jam sudah menunjukkan pukul 4 lebih, saat nya para karyawan kantoran pulang, setelah menghabiskan jam kerja normal selama 8 jam. Begitu juga dengan gadis 23th itu, nama nya Cindy Nur Aisyah. Gadis itu baru saja menjalani hari-hari nya sebagai karyawan perusahaan Mahesa Inc. selama 6 bulan, Ia termasuk fresh graduate yang beruntung. Setelah menyelesaikan studi nya di jurusan Manajemen, Ia langsung di terima kerja disebuah perusahaan di Jakarta. Cindy memakai kembali sandal nya yang Ia bawa dari balik meja kerja, standar kerja yang harus selalu memakai high heel membuatnya harus siap sedia sebuah sandal jika ingin melaksanakan solat. Selesai solat di mushola kantor, gadis muda itu berniat pulang. Badan dan otak nya sudah lelah karena banyak nya pekerjaan yang harus Ia kerjaan hari ini, belum lagi Ia harus belajar ekstra kerja untuk menyeimbangi kemampuan senior nya dalam bekerja. Sampai di balik mejanya, ponsel nya berbunyi, tanda ada orang yang menghubunginya. Bang Am ? Lantas Ia menggeser tombol hijau di ponselnya. “Ya halo, Bang !” sapa Cindy setelah tersambung dengan sang penelpon. “Dimana, Cin ?” Tanya orang tersebut. Suara Ikram mengalun dari sana, terdengar juga suara berisik hujan dalam sambungan telepon mereka. Ikram adalah tetangga nya di komplek. Lelaki itu sudah Cindy anggap sebagai kakak sulung nya, hubungan mereka hangat karena menjadi tetangga selama belasan tahun. Hangat bukan berarti banyak bacot, hanya saja mereka sudah menghapus rasa canggung yang membelenggu diantaranya. “Masih di kantor, Bang. Kenapa nih ?” Cindy menanyakan kembali pada orang yang dipanggil nya Bang Am tersebut. “Numpangin aku lah, Cin.” Suara Ikram memelas di ujung sana membuat Cindi tak kuasa untuk tersenyum. Bukan lucu, sungguh. Namun kalau Ia membayang Ikram yang berperawakan gondrong, badan tegap dan juga brewokan memelas pasti terlihat cute. Ikram bukan orang yang suka menampilkan banyak ekpresi diwajahnya, namun bukan juga tipe manusia datar yang minim ekpresi dan pelit berbicara. “Boleh, boleh hehehe. Cindy lagi beres-beres nih. Bentar lagi Cindy caw ya, Bang !” Cindy menutup sambungan mereka terlebih dahulu setelah Ikram berpamitan untuk mandi sejenak dan memintanya untuk menunggu jika dirinya nanti tidak nampak di bengkel. Ini bukan pertama kali Ikram minta dijemput Cindy. Itu sering terjadi bahkan terkadang Cindy meminta lelaki itu mengantar nya untuk pergi liburan sekalipun. Tidak ada kata canggung lagi diantara mereka. Sebagai kakak lelaki yang baik, Ikram akan menuruti keingin Cindy, mengantar dan menjaga gadis muda itu berpergian. “CINDIIIYYY….” Pekik Salsa saat melihat gadis 23 tahun itu hendak keluar dari lobi kantor. “Lo bawa mobil kan ?” Tanya Salsa pada Cindy, lantas gadis itu mengangguk mantap. “Nebengin gue dong. Pacar gue nggak bisa jemput.” Pinta Salsa merengek pada Cindy sambil memegang lengan gadis berambut sebahu itu. “Yaudah ayo, tapi gue jemput Bang Am dulu di bengkel.” Jelas Cindy pada Salsa. Sontak saja, wanita berprofesi sebagai akuntan itu memekik kegirangan. Salsa jelas sangat tahu siapa lelaki yang akan dijemput oleh Cindy. Itu adalah lelaki tampan tetangga Cindy yang memiliki sejuta pesona hanya dalam sekilas pandang mata. Pesona Ikram memang tidak diragukan. Siapa saja mudah tertarik melihat lelaki itu, apalagi kalau lelaki itu hilaf untuk melayangkan secarik senyuman, pasti wanita manapun akan memeleh. Wajah manisnya di padu dengan lesung pipi dengan rahang tegas. Uuhhhh. “Ayoooo ! Gue udah nggak sabar jumpa sama dewa Yunani nya Jakarta.” Cindy tak kuasa untuk tidak memutar bola matanya ke atas. Salsa itu bukan wanita lajang, gadis itu jelas-jelas punya pacar, bagaimana bisa akuntan cantik itu bersikap keganjenan dengan lelaki lain diluar sana. “Ckckck….Gatal emang lo.” [***] Wangi sabun mandi bercampur parfum aroma bambu segar dari parfum yang Ikram pakai menguar hingga membelai indra penciuman kedua gadis yang menunggunya di dalam mobil, kaca mobil mereka sengaja mereka buka. Cindy yang peka dengan bau khas Ikram langsung menoleh kan wajahnya saat lelaki itu sampai di bangku mengemudi mobil. “Makan dulu atau langsung balik ?” Tanya Ikram sambil menjalankan mobil keluar dari bengkel milik Ikram. “Nganter Salsa aja dulu, Bang.” Kata Cindy pada Ikram. Salsa mengerecutkan bibirnya kesal, Cindy berkata demikian sengaja agar dirinya tak ikut makan bersama dengan Ikram. “Makan dulu aja Bang. Lapar tau !” rengeknya. Ikram mengangguk setuju dengan permintaan Salsa. Cindy lagi-lagi memutar matanya keatas. Salsa benar-benar tak ingin melewatkan satu kesempatan pun untuk bersama dengan ‘Dewa Yunani Java Version’ nya itu.  Ikram hanya kalem saja saat Salsa berceloteh dengan Cindy tentang banyak hal. Masalah kalem dan menjaga tutur kata memang Ikram ahlinya. Lelaki itu sedikit berbicara, hanya saja bukan tipe pendiam. Bagaimana ya, mungkin Ikram adalah tipe lelaki yang hanya berbicara jika diperlukan, namun bukan berarti lelaki itu menolak untuk mengoceh tak penting, kadang kala lelaki itu juga suka julid, suka juga menggoda Cindy dan adik-adiknya. Ikram membawa mereka ke restoran Jepang milik teman nya, Gino. Cindy memekik girang saat tau lelaki itu memilih membawa mereka restoran Jepang favoritnya, lelaki itu sangat tahu bahwa kedua gadis bersama nya itu pencinta makanan khas negeri Sakura itu. Jika tadi, Salsa yang notabe bukan gadis single sangat menyukai Ikram, kini Cindy yang juga bukan single yang gregetan karena akan bertemu dengan Ko Gino, lelaki keturunan Tionghoa dan Jawa itu sangat memikat hati, hanya saja 3 tahun yang lalu lelaki memutuskan menikah dan belakangan baru saja dikaruniakan seorang putri gembul. Dan tentu saja, walau begitu Cindy tidak bisa berhenti mengagumi Gino. Mata sipit Gino benar-benar sexy menurut Cindy. Salsa mengarahkan mereka untuk duduk di pojokan, katanya lebih enak untuk nyeder. “Kok gue ngerasa lagi dijajanin sama Paman gue ya ?!” Gumam Salsa sambil terkikik geli bersama Cindy. Ikram mendengus kasar mendengar ocehan kedua gadis muda itu yang jelas sekali mengejek nya. “Abis nya Bang Am gede banget badan nya, malah gondrong lagi.” Tambah Cindy. Mereka tetawa puas setelah Ikram mengumpat kesal kepada mereka. Rambut Ikram memang terkenal dengan badainya. Rambut lelaki yang semula cepak langsung berubah saat masa-masa masuk kuliah di teknik pada masanya. Hingga saat ini, lelaki itu masih mempertahankan rambut panjang nya sampai dengan antusias Ia warnai segala hingga perawatan ala-ala. “Kapan dapat jodohnya kalau muka di tutup mulu bang ?” Hari-hari biasa, Ikram lebih suka melepas kan rambut  nya dari gulungan ikat sehingga membuat rambutnya grasa-grusu berantakan di sekitaran wajahnya, ditambah dengan brewokan nya yang tebal namun rapi. Jangan lupakan kesukaan nya memakai topi ataupun hoodie. “Tutup gimana ? Masih nampak kan ?!” tanya Ikram sambil menyibakkan rambut poni nya ke belakang dan menyampirkan bebera helai rambut ke belakang telinga. Tanpa sadar telah membuat Salsa berbinar-binar karena saking mempesona nya Ikram. Wajah Ikram tertampang jelas. “Astaga, Bang.” Desah lirih Salsa dengan pandangan haus belaian. “Abang membuat aku b*******h. Sumpah, sexy banget.” “Huuushh….” Ikram melototkan mata nya ke arah Salsa lalu menyentil bibirnya gemas. “Anak kecil ngomong sembarangan.” “Hahaha. . . .” Meledaklah tawa dua gadis itu. Ikram ini susah diajak berbicara vulgar dan sedikit mengundang dan mereka berpesepsi bahwa karena umur Ikram yang sudah matang namun tidak mempunyai istri makanya tidak boleh berbicara hal-hal yang menjerumus. Kan kalau Ikram jadi pengen yang iya-iya, mereka juga yang repot. Gino ikut bergabung dengan mereka dan duduk di samping Cindy. Gadis itu menoleh kikuk ke arah Gino, dia merasa sedikit grogi sebenarnya. “Masih aja ya. Ckckck. . . .” dengus Ko Gino. Lelaki itu tahu bahwa Cindy memang mengagumi nya dan jika mereka berdekatan akan membuat gadis itu grogi. Ia kira, setelah Ia menikah dan Cindy punya pacar, gadis itu tidak akan lagi gugup jika berdekatan dengan nya. “Ko Gino, kok makin cakep sih.” Cicit Cindy pelan dengan mata tak lepas dari Gino. Ikram tak kuasa untuk tidak berdecak heran melihat tingkah Cindy. “Kamu itu yang patut nya menikah, bukan nya Abang. Ngelihat lakik kok kayak mau nelan aja.” Sewot nya pada Cindy lalu disambut ledakan tawa dari Salsa dan Ko Gino. “Ih Abang.” Delik Cindy. “Uuh, kebelet kawin ya, Dek Kecil.” Ejek Ikram lalu memeletkan lidahnya kearah Cindy. Lihat, Ikram langsung berubah 180°. Ia menggoda Cindy dengan ekpresi tengil nya. Wajah Cindy memerah menahan malu karena di ejek oleh Ikram dan melayangkan tatapan tajam nya ke lelaki itu. “Udah, makan dulu nih. Jangan berantam mulu.” Ko Gino menengahi acara Cindy dan Ikram yang saling berbalas ejekan. Alih-alih makan sendiri, Cindy dengan manja nya meminta Ikram menyuapi nya makan, Ia berpindah duduk dekat dengan lelaki itu. “Mesti banget disuapin.” Cibir Salsa pada Cindy. Jujur didalam lubuk hati Salsa, Ia juga ingin disuapi oleh lelaki berambut gondrong itu, namun Ia sadar bahwa Cindy adalah adik bagi Ikram, kalau dirinya jelas orang asing. “Ini bocah udah kayak anak gue aja.” Sunggut Ikram namun tak urung juga terus menyuapi gadis itu makan, bahkan juga menggapus bekas makanan di mulut gadis itu. “Ini lah gunanya punya kakak lelaki banyak-banyak.” Sahut Cindy riang. Yah, Cindy punya 4 saudara lelaki lainnya, 1 saudara kandung dan 3 lainnya anak tetangga nya yang sudah Ia anggap sebagai kakak lelaki nya. [***] “Mami udah jenuh ngebahas ini mulu deh.” Ujar Kayana sambil mendumel kesal pada anak lelaki nya yang tak lain adalah Ikram Setiawan. “Kamu itu udah tua, saat nya nikah bukan main slender mulu, heran deh.” Sewotnya lagi. “Dih mami, janji nikah nih kalau cabang di Surabaya rampung.” bela Ikram pada Kayana. Wanita 3 orang anak itu tidak sanggup lagi menghadapi kekerasan kepala dan kekerasan hati Ikram yang selalu ngeyel saat disuruh untuk menikah dulu baru fokus kerja. “Mami nggak mempan lagi kamu kibulin ya. Selalu berkahir dimulut doang, kamu nggak nepatin janji kamu.” Kayana sudah tidak muda lagi, umur nya udah melampaui setengah abad, namun Ia tak kunjung punya cucu karena anak sulung nya tidak mau berumah tangga. Kayana kan kepingin juga punya cucu seperti teman-teman nya, ada yang menemani nya dirumah saat semua anaknya pada sibuk dengan urusan pekerjaan nya. “Mami bakal dukung kamu sepenuh nya buat ngurus pekerjaan kalau kamu bisa bawa mami seorang mantu dalam waktu terdekat.” “Mami…” Am beringsut memeluk Kayana dalam menyelungsupkan wajahnya diceruk leher Kayana yang tertutup jilbab hitam besar itu. “Satu cabang lagi aja mi, setelah itu benar-benar deh. Am bakal coba cari pendamping.” Ikram mencoba bernegosiasi dengan wanita yang paling Ia cintai dalam hidupnya itu. “Nah kan, baru bakal coba.” Cibir Kayana. “Mami mau kamu bawa yang pasti, bisa kamu ?” tanya Kayana jenuh. Ikram mempautkan bibirnya. Ikram sudah punya 4 cabang bisnis bengkel milik diri nya sendiri di Pulau Jawa dan kini Ia ingin mengembangkan satu lagi di Surabaya, kota kelahiran ibu nya itu. Dan selama ini Kayana selalu mau diajak diskusi dan juga mengatur strategi bisnis anak itu serta mendukung penuh pekerjaan Ikram. Tanpa restu dan dukungan Kayana, Ikram tak akan gegabah untuk melangkah karena menurut kepercayaan nya, Ridha Allah adalah Ridha sang Ibu. Ia tidak mau jika nanti berbisnis namun Sang Ilahi mengutuk nya dan membuat bisnis nya berceceran. “Nggak, Am. Mami mau lihat kamu menikah dalam waktu dekat. Ingat, adik-adik kamu juga akan berumah tangga dan mami nggak mau dengar cerita ada yang ngelangkahi yang lebih tua disini.” Kayana langsung beranjak pergi meninggalkan Ikram sendirian di sofa bertemankan suara bising dari sinetron di televisi. Mami sih nggak tahu aja, dumel Ikram dalam hati. Ada sebuah rahasia besar antara 3 lelaki bersaudara itu yang belum mereka beberkan ke publik. Ia menghembuskan nafas kasar sesaat. Ia merasa kedepan nya akan banyak hambatan dalam mewujudkan keinginan nya untuk membuka cabang mengingat sang Ibu yang menolak untuk memberinya restu dan dukungan. Ia adalah tipe family man yang selalu mengutamakan keluarga diatas segala keputusan hidupnya. Ikram bukannya tidak mau menikah selama ini, dirinya memang sedikit susah di dekati. Ada sih yang wanita yang ingin menjadi istri nya, bahkan banyak juga yang terang-terangan minta dilamar olehnya namun Ia tidak merasakan ada satu alasan pun untuk mewujudkan keinginan wanita-wanita tersebut. Apalagi dengan tingkahnya yang cenderung apatis dengan keadaan sekitar nya, dia benar-benar susah didekati oleh wanita manapun. Ia hanya mau hidup dan mengurus bengkel dan usaha doorsmer nya. Ia merasa sedang tidak butuh cinta dan wanita, ada banyak karyawan dan teman nya yang bisa menemani kesehariannya. Lalu apa Ikram tidak pernah jatuh cinta atau menginginkan wanita dalam hidupnya ? Ada, sungguh. Namun Ikram tidak pernah menganggap perasaan nya adalah hal yang harus Ia perdulikan sebagai perioritas. Menyukai lalu melupakan, itu yang selama ini Ia geluti dalam hal asmara hidupnya. Umurnya sudah 34th, miris saat berfikir bahwa saat ini Ia masih sendiri namun sejujurnya Ia juga belum mau untuk bersama-sama dengan wanita manapun. “Papi dukung !” celetuk Hamis yang datang dari dapur, lelaki yang sudah berumur itu menghampiri anak tertua nya sambil nyemil keripik. Hamis duduk di sisi Ikram dan menghidupkan televisi. “Papi mah ngomong doang.” Ujar Ikram ketus. Ia sudah hafal dengan perangai Hamis yang suka omdo alias omong doang. “Suwer deh !” balas Hamis dan menatap anak nya dengan menaikkan alisnya. “Pasti ada syarat nya !” “Tau banget sih, anak papi !” Hamis terkekeh geli saat anak sulungnya berhasil menebak isi kepalanya. “Ada calon istri potensial, Syarifah Meidina. Mau ya papi atur blind date sama dia ?” “Ogah !” “Pokoknya papi maksa.” “Yaudah, serah deh.” [***] Malam Selasa adalah jadwal Ikram untuk menginap di rumah nya. Ada malam-malam lain nya yang Ia jadwal sebagai malam menginap dan sisa nya Ia menginap di berbagai bengkel nya. Di setiap cabang bengkel milik Ikram, lelaki itu sengaja merancang 2 kamar khusus untuk dirinya dan karyawan. 1 kamar sebagai kamar pribadinya, lengkap dengan pakaian dan alat mandi, dan satu lagi kamar besar dan luas untuk barak tidur para karyawan yang menginap atau menetap disana. Ikram ada di rumah selalu membuat kedua adiknya antusias, walau mereka bisa bertemu kapan saja, kedua lelaki itu tetap merasa bahwa Ikram baru pulang dari perantauan walau berada di radius beberapa kilometer saja dari mereka. Ck, Ikram adalah anak yang suka kabur-kabauran dan hidup mandiri di luar sana makanya membuat kedua saudara nya selalu menrindukan kehadirannya di rumah. “Tanding PS lagi ?” tanya Rahmat pada Ikram. Pasalnya malam-malam sebelumnya mereka juga tanding PS dan sebagai hadiah nya, sang pemenang berhak meminta apapun dari yang kalah. “Gue capek nih, mau nongkrong aja.” Balas Ikram sambil menyulut rokoknya. Akbar yang notabenya sebagai adik paling bontot, Ia hanya mendengarkan dan manut saja mengikuti keputusan yang tertua. “Nonton aja deh !” celetuk Fahri memberi ide. Lelaki berambut pendek itu mengeluarkan 2 DVD dari laci penyimpanan di kamar Akbar. “Horor nih ya,” Fahri adalah anak tetangga mereka, tepatnya anak Mamah Dewi dan Papah Mubarik sekaligus kakak kandung dari Cindy. Saat malam tidak sibuk dan ada Ikram di rumah, biasa nya para lelaki memilih untuk ngumpul menghabiskan waktu bersama dengan berbagai kegiatan, mulai dari nonton, main PS, menggosip dan hingga masak mie berjamaah. “Nah itu tuh !” Akbar bertepuk tangan dengan riang. “Nonton aja malam ini, entar jam 2 ada bola, sambung dah entar !” “Bacot lo anjir !” maki Rahmat sambil menimpuk kepala Akbar dengan boneka anak panda, “Besok gue ada rapat pagi-pagi, lo enak aja wacana !” “Yaudah, nggak usah ngegas dong !” balas Akbar sewot. Ikram lalu menimpuk keduanya dengan bantal guling dengan gemas, “Diam lu berdua !” Film yang mereka tonton akan segara dimulai. Dimana-mana, yang nama nya manusia jika di kejut-kejutin ya pasti shok, tidak peduli itu lelaki atau perempuan. Dan lagi, sejati nya film horror lebihnya adegan penampakan dedemit secara tiba-tiba dan tentu saja mengundang rasa kejut dari yang menonton. Tak bedanya dengan 4 lelaki dewasa itu, suara teriakan dan makian yang keluar dari mulut mereka membahana kepenjuru kamar hingga bahkan suara mereka terdengar sampai keluar. Tidak peduli bahwa saat ini sudah jam 12 lebih, mereka masih saja asik menonton menghabiskan 2 DVD genre horror itu. Rasa takut dan ngeri sudah menghinggapi mereka semua, tapi rasa penasaran menggalahkan itu. Tok. . .tok. . .tok “Astaghfirullah !” pekik Akbar yang duduk paling dekat dengan pintu. “Buka jangan ?” tanya nya songong, siapa pula yang pukul 12 malam ketuk-ketuk pintu. “Lo yang buka, dek !” celetuk Fahri sambil mendorong tubuh Akbar dengan kakinya sebelah. “Kalau itu ternyata . . . .” mulut Akbar berhenti berceloteh saat suara ketukan kembali terdengar. Tok. . .tok . . . tok. . . Suara ketukan itu kembali terdengar tapi lebih brutal, dan sial nya adalah yang mengetuk tidak menjawab saat ditanya siapa dan juga tidak mengucapkan salam. Mereka semua sudah curiga nih, ada 3 kemungkinan siapa pelaku nya. Kalau bukan Kayana, bisa jadi Dewi – mama Fahri –, atau bisa jadi dedemit. Mengumpulkan semua keberanian yang tersisa, Akbar membuka kunci kamarnya setelahnya membuka pintu. Belum sempat Akbar melihat siapa yang ada disana, wajahnya lebih dulu basah. BYYUUURRR Seseorang disana langsung menyiramkan air ke wajah Akbar saat pintu terbuka. “Nggak tidur-tidur kalian ya !” suara orang itu sangat familiar di ke-4 lelaki itu. “Mamih ?!” pekik mereka heboh saat Kayana sudah masuk ke kamar Akbar sambil menyiramkan air dari timba yang dibawa nya ke mereka semua. “Suara makian kalian buat mamih nggah bisa tidur.” Ujar Kayana dengan gemas. Kamar Akbar sudah basah seperti genteng bocor saat musim hujan karena di siram air oleh Kayana. Ditambah dengan lampu yang di matikan, Kayana berjalan ambrul adul mengajar mereka yang mencoba menghidari amukan Kayana. Sukses becek malam ini kamar Akbar. “Biar mampus kalian.” Ujar Kayana dengan garang sambil berusaha mengambil lagi air dari timba untuk menyiram anak-anaknya. “Mih, stop mih.” Balas Rahmat sambil coba menghindar dari serangan Kayana. Ikram berhasil mengambil timba dan gayung yang di bawa oleh Kayana, lelaki itu langsung memindahkan kedua alat perang Kayana ke kamar mandi pribadi milik Akbar yang ada di kamar. “Nggak berubah-berubah mami lihat nya.” Ujar Kayana yang kini mulai sedikit tenang. Akbar yang kesal luar biasa karena yang paling basah adalah dirinya hanya mendesah pasrah lalu menghidupi saklar lampu. Kamarnya sudah tidak bisa di tolong lagi, benar-benar korban genteng bocor. Mau nggak mau, malam ini terpaksa Ia harus mengungsi ke pos tenda orang lain sebagai korban bencana. “Yaelah mami, pakai acara nyiram-nyiram lagi !” gerutu Fahri sambil mengelap wajahnya yang basah. “Udah bosan mami ngomong sama kalian ! Memang bagus kan di siram, biar tau rasa.” Sewot Kayana. “Ini nih efeknya kalau kalian belum nikah, umur udah 30, malam-malam bukan nya dikelonin sama istri, tapi sama dedemit.” Gerutu nya lagi.  Kayana langsung beranjak dari kamar bencana milik Akbar, meninggalkan ke-4 lelaki dewasa kini yang sedang menggerutu kesal dan terkekeh geli setelah melihat bagaiman keadaan hancur lembur kamar Akbar di terjang oleh Kayana. “Awas aja kalau masih ribut, habis gigi kalian aku rontokkan.” Suara ancaman Kayana terdengar saat wanita 54th itu membuka pintu kamarnya sendiri. “Huuh !” Rahmat menghela nafas lega saat Kayana sudah benar-benar masuk kembali ke kamarnya sendiri. “Bisa gila lama-lama !” cicit Rahmat lagi. Baju mereka semua basah dan lama-lama terasa dingin karena AC. “Hahaha, sialan !” Ikram tertawa geli saat mengingat insiden tak terduga ini terjadi dan paling ngenes  hancurnya kamar Akbar. Merenungi kalimat terakhir mami nya, Ikram membenarkan nya dalam hati. “Matiin TV, gue mau balik ke kamar.” Titah Rahmat dengan songongnya. “Lah gue gimana ?” tanya Akbar pada ke tiga lelaki yang lebih tua dari nya itu. “Bodo amat !” jawab mereka serempak. Kejadian seperti ini memang sering terjadi, Kayana yang mengamuk atau Dewi – mama Fahri – yang gantian mengamuk karena kenakalan mereka. Ganjaran yang diterima pun bervariasi tergantung kegeraman yang dirasakan oleh kedua ibu-ibu itu. Namun, insiden basah-basahan begini baru terjadi dua kali, pertama saat menonton bola di rumah Fahri dan mereka di serang oleh Dewi dan kali kedua saat menonton di kamar Akbar. “Besok juga gue mau nikah.” Celetuk Akbar kelakar. “Biar apa ?” “Biar bisa kelonan kayak mami bilang.” “BACOOT” teriak mereka semua.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

MANTAN TERINDAH

read
6.8K
bc

MOVE ON

read
95.0K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.1K
bc

Undesirable Baby 2 : With You

read
161.6K
bc

HYPER!

read
556.4K
bc

T E A R S

read
312.6K
bc

DESTINY [ INDONESIA ]

read
1.3M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook