bc

Filosofi Embun

book_age18+
38.6K
FOLLOW
301.8K
READ
second chance
arranged marriage
independent
confident
CEO
boss
drama
sweet
bxg
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Warning 21+

Membawa perempuan berbeda setiap harinya, membuat Embun harus mengulur kesabarannya terhadap perlakuan yang ditunjukkan oleh sang suami. Dia paham, jika pernikahan yang sekarang sedang dijalaninya ini bukanlah keinginan keduanya. Hanya saja, cara mereka dalam menghadapi rumah tangga jelas berbeda. Langit – suami Embun, berupaya agar istrinya merasakan kesakitan di dalam hatinya dengan terang-terangan berselingkuh di depan perempuan itu. Sedangkan Embun, dia menjalani tugasnya layaknya seorang istri sungguhan. Bukan karena Embun mencintai Langit, bukan. Tapi semata karena dia paham akan kewajiban.

“Aku menikmati masakanmu, tapi tidak dengan makan satu meja denganmu. Itu membuat selera makanku hilang seketika.” Langit bahkan mengatakan itu dengan keji tanpa memiliki perasaan sama sekali. Dan setelah itu, Embun tak pernah lagi makan bersama dengan suaminya. Menghindari pertikaian, itulah yang dilakukan oleh Embun. Sayangnya, kesabaran itu terbatas.

Sebuah kejadian akhirnya membuat Embun benar-benar marah dan meninggalkan langit sampai sebuah perceraian terjadi.

“Sekarang, kamu bebas melakukan apapun tanpa aku.” Itu adalah kata terakhir sebelum Embun pergi dari kehidupan Langit.

*.*

chap-preview
Free preview
Part 1. Embun Tidak jatuh Dari Langit
Namanya Embun. Usianya masih 27 tahun dengan status menikah di Kartu Tanda Penduduk. Dia seorang wanita karir dan bekerja di perusahaan milik ayahnya. Parasnya cantik, pembawaan yang anggun, dengan sikap yang lembut, membuat dirinya selalu menjadi pusat perhatian. Dia adalah gambaran kesempurnaan bagi semua orang yang melihatnya.  Dan kesempurnaan itu terlihat lengkap ketika dia menikah dengan seorang lelaki bernama Langit Antariksa. Seorang pengusaha ‘berdarah dingin’. Lelaki yang penuh dengan charisma mematikan,jarang tersenyum dari yang diketahui semua orang. Dia adalah lelaki yang penuh dengan kejutan di dalam hidupnya. Rentetan mantan pacarnya bahkan tidak bisa lagi dihitung saking banyaknya.  Kemudian pada suatu hari, media mengabarkan jika Langit akhirnya mengakhiri masa lanjangnya dengan menikahi seorang perempuan bernama Embun Sia Atmajaya. Perempuan cantik putri dari seorang pungusaha kaya. Status sosial yang sama, paras mereka yang seimbang, membuat orang mengagungkan kehidupan mereka.  Hanya saja orang-orang di luar sana cuma bisa melihat mereka lewat berita-berita di internet, cetakan sebuah majalah bisni dan ekonomi. Atau selentingan-selentingan yang mereka dengar berdasarkan ‘katanya’ dari mulut satu ke mulut yang lain. Mereka tak tahu bagaimana kehidupan mereka yang sebenarnya.  Bagaimana Embun, gadis cantik yang bersikap lembut itu harus terus menghadapi sikap dingin dan kaku seorang Langit. Sejak mereka menikah satu bulan yang lalu, kehidupannya yang begitu indah harus tergantikan dengan sebuah ‘kesialan’ yang dirasakannya. Tapi bagaimana lagi, dia tak bisa menghindari.  Pernikahan yang tidak diinginkan dan tidak dikehendaki nyatanya menjerat dirinya. Sebenarnya ini bukanlah sebuah pernikahan, tapi ini adalah sebuah kutukan. Ayahnya mengatakan jika dia akan bahagia apabila menikah dengan Langit. Nyatanya apa yang dikatakan sang ayah berbanding terbalik dengan kenyataan yang terjadi sekarang.  Ayahnya bilang, sejak kecil, tak pernah sekalipun dia merasa kekurangan apapun di dalam kehidupannya. Kasih sayang, materi, bahkan dia selalu menjadi pusat perhatian dari teman-temannya. Dan sekarang pun dia harus mendapatkan pendamping terbaik yang dipilihkan oleh beliau. Beliau mungkin hanya tahu Langit dari luar saja, nyatanya apa yang disebut kebahagiaan itu hanyalah sebuah omong kosong.  Seumur hidupnya, Embun hanya pernah memiliki kekasih sekali, dan mereka berpisah ketika lelaki yang berstatus sebagai kekasihnya itu pergi kuliah ke luar negeri. Dan bagaimana keadaannya sekarang, Embun sama sekali tak tahu. Toh Embun juga tak perlu tahu karena itu bukan lagi urusannya.  “Ibu!” panggilan dari arah depannya membuat Embun terbangun dari sebuah lamunannya. Matanya tak fokus menatap untuk beberapa saat, tapi kemudian dia bisa menguasai dirinya.  “Ya, Iyana?” “Sudah waktunya pulang, Bu.” Iyana adalah seorang sekretaris yang sudah menemani Embun sejak empat tahun belakangan ini. Gadis itu cekatan, dan Embun sangat menyukai pekerjaannya.  “Aaa, kamu bisa pulang lebih dulu.” Memang sudah pukul empat sore, dan waktu kerja sudah berakhir. Tapi inilah yang selalu dilakukan oleh Embun. Dia akan pulang agak telat setiap harinya. Alasannya sudah pasti sang suami. Lelaki itu terkadang bisa lebih dulu pulang ke rumah dan melakukan hal yang membuatnya harus menghela nafas panjang untuk menyabarkan dirinya.  Iyana mengangguk. “Baik, Bu.” jawabnya. Kemudian langsung meninggalkan Embun di dalam ruangannya sendirian. Embun akan menunggu sambil memperkirakan jika sampai rumah malam hari. Sebenarnya percuma saja dia melakukan itu, tidak akan merubah apapun. Langit tidak akan sibuk mencari dirinya meskipun dia tak pulang sekalipun. Lalu kenapa dia harus merelakan dirinya berlama-lama di kantor hanya untuk menghindari sang suami? Entahlah. Hanya itu yang bisa Embun lakukan untuk sekarang ini.  *** Embun sampai di rumah dan melihat mobil Langit sudah terparkir di carport rumahnya. Matanya nyalang menatap ke arah sana dengan helaan nafas panjang. Turun dari mobilnya, perempuan itu masuk ke dalam rumah. Tak ada suara apapun yang masuk ke dalam pendengarannya, tapi di atas sofa ruang keluarga, Langit sudah memangku seorang perempuan berbeda dari yang kemarin dibawanya ke rumah.  Berpura-pura tak melihat pun percuma. Pandangannya sudah lebih dulu melayang ke arah mereka. Menutup matanya sejenak, Embun melangkah melewati ruangan itu dan masuk ke dalam dapur rumahnya. Mengambil minuman di dalam kulkas dan meneguknya sampai sisa setengah. “Boleh saya minta satu?” tiba-tiba saja suara seorang perempuan masuk ke dalam indera pendengarannya dan membuat Embun berbalik. Tanpa banyak kata dia mengambilkan satu botol air mineral dan menyerahkannya kepada gadis itu. Mengambil tasnya yang diletakkan di atas meja makan, Embun akan berlalu begitu saja. “Hei, saya masih ada disini. Pantaskah seorang tuan rumah pergi begitu saja tanpa sambutan yang baik kepada tamunya?” seorang wanita dengan gaun hitam ketat, rambut panjang sepunggung, bibir tipisnya terpoles lipstik berwarna pink, seolah menantang Embun dan memancing emosi perempuan itu. Dan jangan lupakan sepatu berhak tingginya yang membuat penampilannya semakin menawan.  Jika Embun bisa menilai, perempuan itu cantik sekali. Wajahnya sepertinya bukan wajah Indonesia asli. Entah memiliki darah campuran dengan Negara mana perempuan itu berasal. Tetapi, bukankah memang perempuan-perempuan seperti itu yang selalu dibawa oleh suaminya ke rumah ini? Cantik, dengan tubuh indah, kaki jenjang, dan d**a yang besar.  Embun kini tersenyum, “Maaf, tapi saya lelah sekali baru pulang bekerja. Anda bisa mendapatkan semua itu dari suami saya kan? Jadi saya harap anda tidak tersinggung karena apa yang saya lakukan.” Dan diakhiri lagi dengan senyuman manis yang diberikan oleh Embun.  Sejenak, perempuan itu terdiam, tapi setelahnya ada kekehan yang terlihat di bibirnya. “Anda munafik sekali.” Katanya dengan wajah yang menyebalkan, “Anda terlihat menyedihkan dengan berpura-pura baik-baik saja sedangkan suami anda bersama wanita lain di depan anda. Saya tahu bagaimana perasaan anda sekarang. Menangislah kalau memang anda ingin menangis. Saya akan menghibur anda di sini.” Terdengar mencemooh di telinga Embun, tapi Embun hanya menanggapinya santai. “Terima kasih anda sudah peduli dengan saya. Tapi percayalah, saya baik-baik saja.” Percakapan mereka seperti  percakapan yang terjadi antara seorang teman. Mereka berbicara seolah mereka bukan lawan. Embun pergi setelah lagi-lagi menyematkan senyuman tipis di bibirnya untuk perempuan tersebut. meninggalkan perempuan itu sendirian di sana.  Keinginan Embun dari dulu tidak terlalu muluk. Ketika dia sudah memutuskan untuk menikah suatu saat nanti, maka dia hanya ingin menikah dengan seorang lelaki yang dia cintai dan juga mencintainya. Karena baginya, dengan memiliki modal dua hal tersebut, dia beranggapan kehidupannya pasti akan sangat bahagia. Happily ever after, seperti itulah yang selalu dia baca di sebuah novel yang dibelinya. Kisah-kisah manis yang selalu menjadi impian semua orang, dia pun memilikinya. Sayangnya, semua itu sulit untuk dicapai.  Tapi dia percaya,  Jika langit bisa menghilangkan embun dengan mendatangkan hujan. Tapi embun tetap akan muncul ketika hujan pergi. Karena embun, bukan datang dari langit. Tapi hujan yang didatangkan langit lah embun itu muncul. *.*

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook