bc

Jadi Istri Bos Setelah Ditalak

book_age18+
48.2K
FOLLOW
325.5K
READ
pregnant
arranged marriage
arrogant
goodgirl
badgirl
inspirational
CEO
drama
sweet
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Sebuah fitnah kejam dari Ibu Mertuanya membuat pernikahan Agnia dan Agra hancur. Agnia terpaksa ke luar dari rumah sang suami karena merasa tersudutkan.

Babak baru dalam kehidupannya, membuat dirinya tiba-tiba bertemu dengan pria masa lalu. pria yang menjadi bosnya itu mengetahui jika mereka memiliki sesuatu yang membuat mereka bersatu. tiba-tiba bos di kantornya mengajak dirinya menikah.

apa kah Agnia akan menerima lamaran dari sang bos?

chap-preview
Free preview
Satu
“Aku akan menceraikan kamu!” Sontak manik mata Agnia menatap tak percaya dengan apa yang diungkapkan oleh Agra—sang suami. Baru saja ia pulang dari tempat ia bekerja, kini sudah di berikan sebuah kejutan oleh pria yang menikahinya sejak 5 tahun lalu. “Aku hanya telat lima menit saja, bagaimana kamu bisa menceraikan aku dengan alasan seperti itu, Mas? Apa salahku?” Agnia mencoba membela diri di depan sang suami. Agra melempar beberapa lembar foto saat dirinya makan bersama dengan Gio—adik iparnya. Di foto itu Agni tertawa lebar bersama dengan Gio, lalu ada foto mereka yang membuat Arga semakin panas. “I—ini nggak seperti yang kamu lihat, Mas. Aku—“ “Cukup! Harusnya aku mendengarkan apa kata ibuku dulu, masih bagus aku mau menikahi kamu, kalau tidak, bagaimana nasib kamu. Sekarang, malah kamu menikam aku, berselingkuh dengan adik kandungku sendiri.” Agra terus saja mencerca tanpa memberi kesempatan Agnia berbicara. Agnia menarik napas panjang, ia tak suka jika Agra mengungkit masa lalunya. Pria itu sudah berjanji menerima kondisi dirinya saat itu. Namun, beberapa bulan ini, pria itu mulai berubah dan sering mengungkit masa lalu. “Mas, boleh kau hina aku, tapi ingat, yang bersikeras menikahi aku adalah kamu. Aku tidak pernah memaksakan, lagi pula kalau kamu merasa menjadi pahlawan, aku berterima kasih. Tapi, tolong jangan ungkit masalah itu lagi,” ujar Agnia. Sejenak mereka terdiam. Agnia terus memutar otak memikirkan apa yang terjadi padanya kali ini. Ia mengingat malam kemarin tidak sengaja bertemu dengan adik iparnya di sebuah mal dan Gio pun mengajaknya makan. Namun, entah bagaimana ceritanya bisa sampai ada foto itu di tangan sang suami. “Aku dan Gio bertemu tidak sengaja. Lagi pula, aku pun hanya makan malam dan itu wajar saja. Silakan tanya Gio kalau tidak percaya,” ujar Agnia lagi. Terdengar derap langkah memasuki ruangan tengah di mana mereka bertengkar. Sosok wanita dengan rambut memutih dengan wajah masih terlihat muda memasuki ruangan. “Apa kamu lebih percaya dengan istri kamu dari pada Ibu dan adikmu? Sudah jelas dia wanita tidak baik, hamil di luar nikah dan kamu yang di tuntut bertanggungjawab,” ujar Bu Sukma—ibu Agra. Sekali lagi Agnia mencoba tenang, tapi kali ini dadanya semakin sesak mendengar kalimat demi kalimat ucapan ibu mertuanya. Wanita tua itu sejak awal memang tidak menyukai dirinya. “Maksud Ibu apa?” tanya Agnia. “Lihat, dia pura-pura tidak mengerti. Hebat sekali wanita ini, sudah ibu duga kalau dia itu wanita tidak baik. Dia menggoda adikmu, Gio. Masih tidak percaya?” Lagi-lagi Agnia merasa terkesiap dengan penuturan ibu mertuanya. Apa yang sedang direncanakan mereka pikirnya. Kali ini Agra tidak membelanya, malah sejak kedatangannya sudah mengajukan cerai. “Bu, kata siapa aku dan Gio berselingkuh?” Agnia mencari jawaban pasti. “Gio mengatakannya pada Ibu. Lagi pula, kalian pun terlihat dekat bukan, kamu mengincar Gio karena dia artis dan kamu ingin tenar?” Ibu mertua Agnia semakin gencar membuatnya tersudut. “Astagfirullah, aku nggak sepicik itu, Bu.” Lagi, Agnia mencoba membela diri. Akan tetapi, semua percuma karena Agra pun terlihat sangat membenci istrinya kali ini. Debar jantung Agnia tidak menentu memikirkan nasib pernikahannya itu. Berulang kali ia mencoba menjadi istri yang sempurna, tapi tetap saja ia tak mampu menyaingi kakak iparnya yang menjadi istri dan menantu sempurna. Agra menatap tajam Agnia yang berdiri tegap di hadapannya. Manik mata itu mulai berembun, tapi wanita dengan kemeja pink itu mencoba menahannya agar tidak tumpah saat itu. “Mas, dengarkan aku,” pinta Agnia memohon. “Maaf, aku sudah tekatku sudah bulat untuk menceraikan kamu. Harusnya kamu belajar dari Mbak Sinta, dia istri penurut dan begitu pintar. Tapi apa, kamu sama sekali tidak pernah belajar dari dia.” Untuk kesekian kalinya Agnia merasa muak saat Agra mulai membandingkan dirinya dengan wanita lain. Apalagi itu adalah kakak iparnya sendiri. Sama halnya dengan sang suami, ibu mertuanya pun tak lelah membicarakan menantu kesayangannya itu. Agnia menggigit bibir bawahnya, pikirannya sudah buntu. Bagaimana bisa ia begitu saja diceraikan tanpa penjelasan dan hanya menggunakan foto untuk membuat dirinya tidak berkutik. Ia kembali mencoba berbicara, tapi tetap saja Agra tidak peduli. “Kopermu sudah disiapkan Bibi, juga koper milik Leon. Kalian juga sudah aku pesankan taxi Online untuk menuju rumah ibumu.” Darah Agnia mendidih mendengar semuanya. Pria di hadapannya kini sudah berubah, bahkan ia pun sudah tak peduli dengan anak laki-laki yang selalu ia panggil dengan sebutan Leon. Dengan napas naik turun Agnia beranjak dari tempatnya dan meninggalkan ruang itu. “Kamu sudah mengambil sikap yang benar, Ga. Selama ini, ibu juga tidak suka dengan Agnia. Kamu tahu, kan, anak dari ayahnya saja tidak jelas,” tutur Bu Sukma. Arga tak berkomentar mendengar penuturan sang ibu. Ia hanya terduduk sembari menatap kosong tembok rumah yang bercat putih itu. Tidak akan ada lagi suara yang terus memanggilnya Papa. Ia sudah mengambil keputusan, mengusir istri dan anaknya. *** Agnia memasuki kamar dan benar apa yang dikatakan oleh Agra. Dua koper itu sudah tersusun rapi di dekat lemari. Ia berulang kali mengerjapkan mata dan mencoba berpikir tenang. Apa yang harus ia lakukan? Ini fitnah pikirnya. “Mama.” Leon,sang anak berlari menghampiri mamanya bersama dengan Baby siternya. Agnia menggendong Leon dan berulang kali menciumi anak laki-lakinya. Sarah, Baby sitter Leon menatap keheranan melihat ada dua koper di kamar majikannya. Ia pun memberanikan diri untuk bertanya. “Ibu mau ke mana?” tanya Sarah. Agnia bergeming, ia bingung harus menjelaskan dari mana pada Sarah. Ia pun juga tidak bisa mengajaknya karena tidak akan mampu membayar gajinya. “Sementara waktu, saya ada urusan di desa Ibu saya, jadi sementara saya pergi bersama Leon,” ucap Agnia berbohong. “Kenapa saya tidak di ajak, Bu? Bukannya saya harus menemani ke mana Leon pergi?” Sarah bertanya dengan rasa penasaran. “Itu sudah menjadi keputusan saya.” Sarah tidak bisa mengatakan hal apa pun. Ia pun membantu Agnia membawakan koper mereka karena taxi pesanan Agra sudah datang. Sekali lagi Agnia menahan embun yang sudah tidak bisa ditahan. Mereka benar-benar pergi meninggalkan rumah milik suaminya. “Papa nggak ikut, Ma?” tanya Leon saat memperhatikan tidak ada ayahnya di sampingnya. “Nggak, Sayang. Nanti Papa menyusul, ya.” Lagi, Agnia harus berbohong pada sang anak. Setelah di beri penjelasan, Leon tidak banyak bertanya lagi. Ia kembali fokus pada s**u yang dibuatkan Sarah sebelum ia pergi bersama ibunya. ‘Apa salahku? Apa Setega itu sampai mengusir kami?’ ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Revenge

read
15.0K
bc

The CEO's Little Wife

read
626.5K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
7.2K
bc

BELENGGU

read
64.4K
bc

After That Night

read
8.3K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
53.1K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook