bc

Crazy Bad Boy And Me

book_age18+
10.9K
FOLLOW
106.8K
READ
billionaire
sex
one-night stand
pregnant
dominant
badboy
student
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Hidup Nabilla selama 17 tahun berjalan seperti remaja pada umumnya. Sekolah, belajar, dan sesekali berkencan. Hingga hari itu datang, seorang murid pindahan bernama Dastan yang mengubah segalanya.

Dastan datang membawakan cinta dan juga hubungan yang belum pernah Nabila rasakan sebelumnya.

Apakah perasaan Dastan terhadap Nabila tulus? atau hanya sebuah permainan semata?

chap-preview
Free preview
1
"Siapa yang bawa buku gue!" Teriakku kencang saat bel tanda pelajaran akan dimulai telah berbunyi. Mataku menatap kesekeliling kelas untuk mengetahui keberadaan buku tugas matematikaku. "Aku, aku." Teriak cowok yang duduk di bangku sudut mengangkat tangan kirinya, sementara tangan kanannya sibuk menulis. "Cepetan nyalinnya, Pak Ari bentar lagi dateng nih." Peringatku kepada Kevin, dan dia tidak menjawab hanya membentuk tanda oke dengan jemarinya. Aku menghela napas panjang, lalu kembali duduk. Ya beginilah nasib murid pintar, rajin, tidak sombong dan suka menolong. Setiap hari harus rela buku tugasnya digangbang satu kelas. Suara langkah sepatu terdengar dari luar, bersamaan dengan Kevin yang berlari kearahku untuk mengembalikan buku milikku. "Thanks, Na," ucapnya setengah berlari kembali ketempat duduknya. "Ngapain Pak Rudi kesini?" Kata Vina yang duduk di sebelahku bertanya, aku yang sibuk dengan buku matematikaku yang kusut karena dipegang terlalu banyak orang mengangkat kepala, menemukan Pak Rudi, sang kepala sekolah berdiri didepan kelas, tapi dia tidak sendirian, seorang anak laki-laki berdiri bersamanya. "Selamat pagi, Anak-anak. Bapak disini untuk memperkenalkan teman baru kalian." Seisi kelas mulai berbisik-bisik riuh. "Gila ganteng banget." Vina menyikut pingangku keras, membuatku sedikit meringis kesakitan. "Sebelas dua belas sama Edward Cullen." "Glowing banget mukanya beda sama muka Budi yang buluk." "Pake skincare apa ya dia?" "Halah gantengan juga gue!" Yang di sebut namanya tidak terima. Dan masih banyak lagi bisik-bisikan lainnya. "Nak Dastan, silahkan memperkenalkan diri."  Kata Pak Rudi mempersilahkan. "Halo, nama saya Dastan Arsena Rejandra." Ucapnya singkat dengan bahasa indonesianya yang sedikit aneh ditelingaku. Betina di kelasku kalap saat mendengar suaranya, dan Dia tersenyum, bukan sejenis senyuman ramah, tapi senyum sinis di sudut bibirnya. Menyebalkan. "Gila manis banget senyumnya." "Ganteng bangetttttt.." "Aaaa, pengen nyubitt." Aku yang sedikit tertarik menatap ke depan kelas, dan mataku langsung dimanjakan oleh pemandangan yang memang sangat indah. Tubuhnya berdiri tegap, wajahnya terpahat sempurna dengan rahang tegas yang membuatnya semakin luar biasa. Saat berdiri di depan kelas dia sangat kontras dengan suasana kelas kami. Benar kata-kata yang sempat aku dengar tadi, dia memang terlalu cermerlang untuk kami yang buluk. Maksudku, dia kulitnya terlalu pucat untuk ukuran kami orang indonesia. Dan saat mata kami tidak sengaja bertemu, aku langsung menundukan kepala. Sialan!  kenapa rasanya sangat memalukan? Tidak apa-apa kan? Semua orang juga sedang memperhatikannya sekarang. Aku memilih untuk memainkan bolpen di tanganku, sementara yang lain masih sibuk tergagum-kagum dengan murid baru bernama Dastan itu. "Sudah cukup, Nak Dastan?" "Sudah, Pak. Terimakasih." "Kalau begitu silahkan duduk, Nak Dastan. Selamat bergabung dikelas ini, ya." "Terimakasih, Pak." "Dan anak-anak, bapak mohon kalian bisa berkerja sama atau membantu Dastan untuk menyesuaikan diri disini." "Iya.. Pakk.." aku mengikuti yang lain menjawab tanpa mengangkat kepalaku. "Baiklah, silahkan kembali belajar. Selamat pagi.." "Selamat pagii.. Pak.." jawab satu kelas serempak. Dan suasana kelas kembali riuh saat Pak Rudi sudah keluar dari kelas. Aku mengabaikan Vina yang terus menyikut pingangku. Lebih tertarik untuk mengamati rumus dan angka-angka di buku matematikaku. "Boleh gue duduk sini?" Suara itu mengalir di telingaku. Membuatku mendongak dengan cepat, dan menemukan wajahnya yang indah kembali terpampang di hadapanku.  Namun dia tidak berbicara denganku, dia tengah menatap Vina sekarang. "Bo.. bo.. boleh." Aku yakin Vina akan jatuh pingsan sekarang. "Enggak boleh, Vin." Aku meraih tangan Vina yang kini tengah menata bukunya yang berserakan di atas meja dengan tangannya yang bergetar. "Gue gapapa kok pindah kebelakang." Kata Vina menyakinkanku. Aku mendengus kesal saat Vina bergegas pindah ke bangku kosong dibelakang. Jelas tadi aku tidak sedang membela hak dia atas tempat duduknya. Aku hanya tidak ingin dia pindah karena tidak ingin murid baru ini duduk disampingku. "Hai, gue Dastan. Dastan Rejandra" Dia mengulurkan jemarinya yang pucat kearahku. "Nabilla" Aku menjabat tangannya sambil menyebutkan namaku. Walaupun aku tidak menyukainya, tapi ibuku selalu mengajarkanku tentang sopan santun sejak kecil, jadi tidak ada alasan untuk menolaknya berkenalan. Suara riuh seisi kelas terdengar saat tanganku menyentuh jemarinya yang lembut. Ada raungan iri para betina di kelasku. Ngomong-ngomong, jika kalian ingin tahu.  Walaupun terlihat sangat pucat, ternyata jemari Dastan terasa sangat halus dan hangat saat aku menyentuhnya. Tapi aku masih tidak menyukainya! Dia terlihat menyebalkan saat tersenyum. * Aku meringsut sedikit sejauh mungkin dari ujung kanan kursiku. Aku melirik sekilas kearah Dastan, dan orang itu masih terus menatap kearahku, membuatku tidak nyaman. "Lo ngapain sih?" Tanyaku jengah balas menatapnya kesal. "Apa?" Dia menatapku dengan wajah tidak berdosa miliknya. "Ngapain liatin gue terus?" "Ehh, enggak kok." Dia mengelengkan kepalanya cepat. "Muka gue emang ke elo. Tapi mata gue lihat ke tempat lain." Aku memutar mataku kesal mendengar alasannya. Lalu memutar tubuhku menghadap Arjuna yang duduk dibelakangku. "Jun, tukeran tempat duduk dong." Pintaku setengah memohon. "Yaudah." Jawab Arjuna tidak keberatan. "Gue bakal ikut kemanapun elo pindah." Aku mendengar suara tidak tahu malu itu dari samping kananku. "Mau lo apasih?" "Gue mau elo." Dia kembali tersenyum manis, senyuman yang membuat emosiku semakin naik keubun-ubun. * Akhirnya bel tanda pelajaran usai telah berbunyi, menyelamatkan aku dari laki-laki aneh yang terus menatapku sepanjang jam pelajaran. Mungkin dia sedikit tidak waras, atau memang sudah gila. Entah lah, aku tidak peduli. Aku melangkah keluar kelas, menuju loker yang terletak di lorong untuk menyimpan beberapa buku paket yang aku gunakan hari ini. Aku bertemu Vina dan teman-teman cewekku yang lain disana. "Ternyata Dastan itu anak dari pemilik sekolah ini loh." Kata Putri antusias. "Masa? Masa?" Tanya Evelin dan Vina tidak kalah antusias. "Iya, gue denger juga, dia baru pindah dari Aussie." "Gilaa, keren banget!" "Gue duluan ya, gaes." Pamitku setelah selesai menyusun buku paketku. "Buru-buru amat, Na. Gimana rasanya sebangku sama bule ganteng?" Goda Vina yang langsung disambut oleh ciye-ciye dari yang lain. "Biasa aja ihhh. Udah ya, gue mau ke toilet nih. Bye gaess!" "Pasti dari tadi nahan pipis gara-gara nggak mau ninggalin Dastan." Celetuk Evelin ikut mengodaku. "Ciye.. Nabilla." Goda yang lain membuatku jengah. "Terserah kalian ah.." aku menyerah lalu meninggalkan mereka yang semakin gencar mengodaku. Aku berjalan cepat meninggalkan mereka, melangkah menyusuri lorong menuju toilet. Toilet sekolahku cukup luas dan bersih, dengan lantai warna batu pasir mengkilap. Aku melangkah masuk kedalam toilet. Kosong, tidak ada siapapun di area toilet. Karena memang jarang sekali murid-murid pergi ke toilet saat jam pelajaran telah usai, mereka lebih memilih untuk langsung pulang kerumah masing-masing. Tidak butuh waktu lama aku sudah meyeselaikan urusanku di dalam bilik. Aku tengah mencuci tanganku di wastafel saat mendengar suara langkah kaki mendekat, dan aku kaget setengah mati saat melihat siapa yang datang dari bayangan yang terpantul dari kaca besar dihadapanku. "Lo nggak liat ada tulisan toilet wanita didepan pintu?" Sarkasku saat melihat siapa yang masuk. Ku lirik bayangan Dastan dari kaca, dan aku lihatnya berjalan gontai kearahku. Aku menyelesaikan cuci tanganku dengan cepat, dan saat aku membalikan badan, Dastan sudah berdiri kokoh tepat dihadapanku. "Toilet cowok di sebelah.." kataku sedikit lunak, menyerah. Berharap Dastan hanya tersesat dan segera meninggalkan aku. "Gue tau." Jawab Dastan santai, tersenyum nakal disudut bibirnya. Dia kembali melangkah maju, dan secara refleks aku bergerak mundur. Pungungku sudah menyentuh wastafel, tapi Dastan terus bergerak mendekat. "Terus ngapain lo disini?!" Tanyaku galak, mencoba bersikap setenang mungkin menyembunyikan kegugupanku. "Gue mau..." Dastan mengunci tubuhku diatara kedua tangannya yang mencengkram wastafel. Tubuhnya condong ke depan, hingga wajahnya hanya berjarak satu jengkal dengan wajahku. "Elo jadi pacar gue." "Udah, Dastan! Gak lucu!" Kataku galak menatapnya sengit. "Emang gue nggak lagi ngelawak." "Cepet minggir!" Aku berusaha meninggikan suaraku, tapi sekarang lebih terdengar seperti sebuah  rengekan putus aja. Kudorong tubuhnya yang kini tengah menghimpitku, tapi tidak berhasil. Tubuhnya terlalu besar untuk ukuran tubuhku yang munggil, bahkan tinggiku hanya sebatas pundaknya saja. "Jawab aja iya." Dastan mendekatkan menghimpit tubuhku semakin lekat. "Enggak." Aku mengelengkan kepala cepat, menolak sekaligus menghapus isi isi otakku yang melayang jauh. "Jawab iya, atau gue cium lo sekarang." Gertaknya membuatku semakin kesal. "Enggak!! Udah lo ming..mmhh.."  ucapanku terputus saat Dastan melumat bibirku. Aku tersentak kaget dengan ciuman tiba-tiba dari Dastan, aku tidak menyangka jika dia benar-benar akan menciumku. Ciuman Dastan sangat panas, dia mengulum bibirku seolah tidak ada lagi hari esok.  Aku mengerahkan semua tenagaku untuk mendorong Dastan jauh, tapi tubuhnya bahkan tidak bergeming sedikitpun. Dan saat aku membuka mulut ingin berteriak, lidahnya yang kenyal dan panas menyusup masuk kedalam mulutku. Tangan kiri Dastan bergerak ke tengkukku  untuk menahan kepalaku yang terus bergerak mencoba mengelak dari ciumannya, sedangkan tangan kanannya memeluk erat pinggangku, membuatku sama sekali tidak bisa bergerak kemana-mana. "Mmpp.." aku merasakan sensasi aneh dari ciuman Dastan. Ini bukan ciuman pertamaku, tapi ini adalah pertama kalinya aku berciuman dengan begitu b*******h dan intens. Dastan melumat bibir atas dan bawahku bergantian, lidahnya melilit mengoda lidahku, sesekali mengigit ringan bibirku dengan sengaja. Tanganku yang berada di d**a Dastan meremas kuat-kuat kemeja putih yang dia kenakan. Hal yang kulakukan pertama kali saat Dastan berhenti memangutku adalah bernapas, entah sudah berapa lama aku tidak menghirup udara. Aku membuka mataku yang entah dari kapan terpejam, dan aku melihat Dastan menjauhkan wajahnya untuk menatap wajahku yang mungkin sudah semerah apel. Napas ku besahutan dengan Dastan. Aku bisa merasakan napasnya yang panas menerpa wajahku. Lalu dia kembali mencium bibirku, hanya sebuah kecupan singkat. Sebelum akhirnya mendekap tubuhku kedalam pelukannya. "Lo sekarang pacar gue." Ucap Dastan dengan nada tegas. Dan aku lebih memilih untuk tidak menjawab.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

HYPER!

read
556.4K
bc

SEXRETARY

read
2.1M
bc

Married with Single Daddy

read
6.1M
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.1K
bc

I Love You Dad

read
282.7K
bc

My One And Only

read
2.2M
bc

See Me!!

read
87.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook