bc

Kesalahan yang manis

book_age18+
1.7K
FOLLOW
17.3K
READ
doctor
drama
humorous
like
intro-logo
Blurb

21+ (Adult Content)

Tamara Dominique akhirnya menemukan muse untuk karakter tokoh di cerita novelnya yang baru, saat dia melihat sampul majalah fashion yang dia lewati. Di sana di tulis, Men Of The Year, Gabriel Hagai Soemantri, seorang Dokter sukarelawan dan pengusaha otomotif yang misterius, panas dan seksi.

Tamara akan melakukan apa pun demi mendapatkan informasi kehidupan dari pria tampan yang paling banyak dibicarakan sekarang ini, bahkan Tamara rela menyamar bekerja pada Gabriel demi mendapakan karakter tokoh di cerita novelnya.

Cover: Orisinal

Pembuat: Delarossa

Gambar: Canva (Gratis)

Font: Canva (Gratis)

chap-preview
Free preview
Muse
"Sexiest Men of the year menurut majalah Glamour setelah melakukan vote dari para pembaca setia, pemenangnya adalah Gabriel Hagai Soemantri, seorang dokter yang akhir-akhir ini banyak di bicarakan di media, khususnya para wanita ... " Tamara tidak sadar kalau sudah terlalu kuat memegang majalah yang ada di tangannya saat dia tidak sengaja melewati penjual majalah di pasar buku loak tempat dia mencari novel-novel klasik sebagai referensi untuk menulis novelnya, dan cover pria di majalah bernama, Glamour, itu langsung menarik perhatiannya setelah membaca profile pria ini yang dijadikan sampul majalah tersebut. Dia sudah tahu perihal dokter yang namanya sedang naik daun itu. Dan waktu pertama kali Tamara melihat pria itu di televisi saat diwawancara, dia langsung mengambil laptopnya dan mulai mengetik ide cerita baru untuk novelnya. Tapi dia perlu tahu dan mengenal pria itu lebih dalam untuk karakter tokoh ceritanya. "Mbak mau beli majalahnya? Kalau nggak mau beli, jangan dilecek-lecek gitu dong Mbak." Si penjual menatap Tamara tidak suka, takut kalau perempuan cantik di hadapannya ini hanya menumpang membaca dan akhirnya merusak majalah tersebut. "Oh iya ... maaf ya, Mas, saya beli Mas." Tamara tersenyum manis pada si abang penjual majalah ini dan si penjual majalah langsung tersenyum lebar dan senang. Tamara menatap majalah itu optimis, dia yakin, dari majalah tersebut, dia akan mendapatkan informasi yang dia butuhkan. Pihak penerbit juga sudah selalu meneleponnya meminta cerita baru yang tingkat penjualannya harus sama dengan novel sebelumnya, bahkan kalau bisa harus dapat rating lebih tinggi. Mencari muse untuk tokoh novel terkadang bukan hal yang mudah. Menurut Tamara, tokoh yang berkarakter kuat akan membuat cerita terasa hidup dan nyata, meskipun cerita itu hanya fiktif. Dan sekarang, akhirnya wanita itu mendapatkan model yang dia cari selama ini. Tamara adalah wanita yang penuh percaya diri dan bersemangat tinggi. Saat ini dia adalah salah satu penulis yang sedang populer. Cerita romantis yang dia tulis sangat laris, cerita yang banyak memberi mimpi-mimpi kepada para perempuan dari berbagai usia. Seperti kata sahabatnya Josephine, yang bekerja sebagai editor di majalah yang saat ini ada di tangannya, kalau cerita di novel Tamara, bisa menjadi racun untuk perempuan muda sehingga menyebabkan Cinderella syndrom. Mereka memiliki mimpi atau berkhayal akan bertemu pria tampan dan gambaran seperti dewa Yunani, seperti di novel, padahal perempuan-perempuan itu tidak pernah bertemu dewa Yunani. Dan Josephine sering berkomentar, bagaimana bisa patung dewa menjadi perbandingan untuk mendapatkan kekasih atau suami? Belum lagi cara Tamara menceritakan para tokoh pria di novel-novelnya, yang sekali lagi menurut sahabatnya itu, terlalu berlebihan. Penggambaran tokoh pria yang memiliki mata setajam elang, berwarna cokelat keemasan. kulitnya sewarna tembaga, dagu persegi, rambutnya sehitam gelap malam, dan banyak lagi bahasa-bahasa di novel Tamara yang menurut Josephine di luar nalar manusia dalam kehidupan nyata. Dia miris melihat perempuan-permepuan yang suka cerita romansa penuh tipuan. Tamara biasanya akan tertawa terbahak-bahak menanggapi dan tetap mengirim novelnya yang baru terbit pada sahabatnya itu. Dia yakin, Josephine membaca novelnya, jika tidak, bagaimana bisa sahabatnya itu tahu isi ceritanya dan memberi kritik habis-habisan. Tamara juga banya mendapat pesan dari pembacanya yang sudah berstatus istri dan memiliki long distance relationship dengan para suami yang bekerja jauh di luar kota atau di luar negeri, novel menjadi salah satu hiburan ditengah-tengah kerinduan dan sibuknya mengurus anak. Ternyata yang sudah menikah pun masih suka berkahayal. Sekali lagi saat Tamara menatap sampul majalah di tangannya denga gembira. Dia memutuskan menghubungi sahabatnya Josephine, dan meminta pertongannya. "Jo!" Tamara langsung menanggil antusias sahabatnya itu begitu deringan kedua panggilannya dijawab. "Apa sih? Kaget gue." Josephine terdengar jengkel saat suara tinggi Tamara melengking di telingannya. "Eh Babe, lu sibuk nggak? Gue datang ke kantor lo bisa? Atau kita ketemu di tempat kita biasa ngopi ya?" "Emang ada apaan sih?" "Penting pokoknya. Gimana, Jo? Gue ke kantor lu atau lu di tempat biasa?" Terdengar tarikan nafas dari seberang telepon. "Okay, kita ketemu di tempat biasa aja sekalian gue mau makan." Tamara langsung mengepalkan tangannya ke atas dengan perasaan menang. "Okay, Darling !" Wanita itu pun menjalankan mobilnya ke tempat tujuan dengan semangat. "Hai, Jo! " Teriak Tamara sambil melambaikan tangannya begitu dia melihat Josephine yang sudah sampai terlebih dahulu. Dia tidak peduli saat beberapa pasang mata memandangnya karena suaranya. "Jangan lebay, lu!" Josephine melotot galak sambil tersenyum minta maaf pada orang-orang yang melihat mereka. "Gaya lu, kayak kita nggaK ketemu sepuluh tahun aja." "Gue emang ngerasa jarak tempuh perjalanan menuju ke sini serasa sepuluh tahun lamanya, Babe." Tamara terkikik. Josephine menyipitkan matannya, menatap sahabatnya itu curiga. "Ada apa sih?" "Pesan makan dulu dong Babe, gue kan lapar," jawab Tamara, sambil tersenyum lebar. Josephine tahu, kalau sahabatnya yang tersenyum lebar sejak tadi itu, pasti mempunyai rencana yang akan melibatkannya dan mungkin akan membuatnya susah. Dia terlalu kenal bagaimana tingkah Tamara jika ingin mendapatkan sesuatu. Sambil menunggu makanan mereka datang, Tamara mengeluarkan majalah dari tasnya dan meletakkannya di atas meja sambil menunjukkan pada Josephine dengan mata yang menatapnya lekat. "Kenapa lu tunjukin ini majalah ke gue?" Josephine mulai merasa curiga melihat ekspresi Tamara yang membuatnya bergidik. Tamara yang masih tersenyum lebar menunjuk foto pria di sampul majalah itu dengan jari telunjuknnya sambil mengetuk-ngetuk sampul majalah tersebut. Josephine langsung menyadari sesuatu. "No! Nggak, Tam. Gue nggak mau terlibat apa pun dalam rencana gila dan aneh lu." Dia sangat tahu tujuan Tamara dari pertemuan mereka ini. Sahabatnya itu pasti meminta bantuannya untuk memperkenalkan Tamara pada pria di sampul majalah tersebut. Dan ini bukan hal baru. Tapi kali ini Josephine tidak akan mau menuruti keinginan sahabatnya itu. "Please ya, Babe, lu kenalin gue sama cowok tampan ini, profil dia cocok banget sama karakter tokoh di cerita gue. Dokter tampan yang panas, seksi sekaligus, misterius. Lu tau kan readers gue tergila-gila banget sama model cowok kayak gini." Tamara memandangnya dengan tatapan memelas. Josephine menatap tajam Tamara yang dalam balutan kemeja longgar berwarna biru pudar yang dipadu dengan celana berwarna cokelat s**u, dengan rambut diikat sedikit berantakan. "Gabe bukan orang sembarangan yang bisa lo dekati, Tam. Dan jangan ganggu pria itu, hanya untuk memenuhi khayalan absurd lu." Mata Tamara langsung berbinar senang. "Gabe itu nama panggilan dari si dokter tampan ini ya? Kenal di mana sih elo sama dia, Jo?" Dia mengabaikan wajah kesal Josephine. "Lu kayaknya nggak ngerti ya, Tam? Kalau gue menolak dengan sangat permintaan lu ini," sindir Josephine. "Gue kan cuma tanya gimana lu bisa kenal ini cowok, Jo?" Tamara memasukkan makanan mereka yang sudah datang ke dalam mulutnya. Josephine mendesah putus asa. "Dia sahabat kakak gue, si Matt." Tamara menatapnya penuh arti dan Josephine langsung memutar bola matanya jengkel. "Lu nggak usah liatin gue kayak gitu, gue tau apa di dalam kepala lu sekarang, Tam. Elu pasti berkhayal gue dan Gabe saling jatuh cinta kayak cerita novel-novel lu itu kan?" Tamara tertawa terbahak-bahak. Lalu Josephine melanjutkan perkataannya. "Gabe itu udah kayak kakak gue sendiri, dan gue nggak rela kalau lu pakai dia jadi percobaan untuk cerita lu yang penuh dengan khayalan nggak penting itu." "Enak aja lu, nggak penting. Hei, Babe, kebetulan aja lu nggak suka cerita romance, tapi lu harus open dong kalau ada orang-orang seperti kami yang suka menghibur diri dengan cerita kayak gitu, majalah lu juga banyak bikin cewek-cewek kurus kerempeng sampai bulimia, karena majalah lu selalu menunjukkan kalau perempuan cantik itu harus kurus, tinggi, putih, belum lagi retouch, filter, di foto-foto yang penuh tipuan yang lo tempelin di majalah lu itu. Jadi kita berdua ini sama Babe, ngasih pengaruh daya khayal untuk perempuan-perempuan di luar sana. Bedanya, cerita gue ngasih mimpi ke mereka yang ingin memiliki kisah cinta seperti di cerita romansa gue. Kalau elu Jo ... elu itu bikin cewek-cewek terobsesi punya tubuh kurus kering, rela operasi plastik , filler, dan banyak hal gila lainnya supaya mereka sama kayak Gigi Hadid." Josephine terdiam, karena apa yang dikatakan sahabatnya ini benar adanya. "Terus, mau lu apa, Tam?" Josephine sambil melipat tangannya di d**a. "Tolong pertemukan gue sama, dokter Gabriel ini." Tamara menatap sahabatnya itu serius. Josephine menggeleng. "Gabe pasti nggak mau, Tam, dia mau jadi model gue aja, itu udah pake rayuan maut sampai kakak gue turun tangan." "Lo atur dong, Jo, kalau novel gue ini nanti best seler , gue kasih deh komisi buat lu," ucap Tamara penuh harap. Josephine mencebilk. "Komisi lu paling ngajak gue makan Pizza." "Gue beliin lu, tas deh, Jo." Tamara tersenyum manis sambil mengedipkan matanya. Lalu bertanya, "Doi, dokter apa sih, Jo?" Memperhatikan sekeliling coffee shop yang belum terlalu penuh jika pada saat jam siang sambil menerawang sejenak. "Dia sebenarnya nggak buka praktek lagi, dia sekarang pengusaha, dia jual mobil jenis Jeep sama motor gede gitu. Kalau nggak salah, punya toko spare part, sama bengkel. Tapi kalau ada bencana di Indonesia atau luar negeri, dia terjun ke lapangan, volunteer doctor gitu, Tam. Lu tau kan bencana alam kemarin bikin dia jadi terkenal. Media memuat foto-foto dia, tiba-tiba semua orang langsung membahas dia, khususnya para cewek. Gabe sampai kesel banget karena sekarang dia terkenal." Tamara menghentikan makannya, tiba-tiba dia merasa keyang. "Kalau tadi dia kerja di rumah sakit atau buka praktek sendiri, gue kan bisa pura-pura sakit, Jo. Tapi kalau ceritanya gini, gimana gue masuk ke dalam kehidupan dia?" ujar Tamara. "Maksud lu gimana sih, Tam?" tanya Josephine yang belum mengerti makasud sahabatnya itu. Tamara meletakkan kedua tangannya di atas meja, lalu mencondongkan tubuhnya kepada Josephine yang duduk di hadapannya, sambil menatap sahabatnya itu lekat. "Gue mau tau kehidupan dia sehari-hari, biar karakter tokoh cerita ini gue semakin kuat, dan gue rela menyamar supaya bisa masuk ke dalam hidup si Gabriel ini." Mata Josephine terbelalak karena terkejut. "Sinting lu, Tam. Lu jangan nekat ya karena novel-novel lu itu!" seru wanita itu! Lalu berdehem sambil memandang sekelilingnya saat menyadari suaranya yang sedikit meninggi. "Kewarasan lu semakin mengkhawatirkan Tam." Josephine menggeleng tak percaya. "Lu tau nggak, karakter tokoh cerita gue akan semakin nyata kalau gue tau kehidupan sehari-hari, dari muse gue. Jadi, Jo, tolongin gue dong ... please ya, Jo ... lu, kan tau banyak tentang dia, dan tinggal lu keluarga gue di muka bumi ini, kalau bukan sama lu gue minta tolong, sama siapa lagi dong?" Tamara mulai memasang wajah sedih yang dia tahu akan membuat Josephine luluh. Sahabatnya itu mendecak tak mampu menolak, jika Tamara sudah mengungkit tentang keluarganya yang tidak ada lagi. "Iya ... iya! Ntar gue tanyain Matt, dia bisa tolong lu apa nggak?" "Thank's, Sayangku .... " Tamara langsung memeluk sahabatnya itu tanpa penduli tatapan orang di sekitar padanya. Josephine hanya menari nafas dalam sambil menggeleng. Dia memang tidak akan bisa menolak permintaan Tamara dalam hal apa pun. Keduanya sudah seperti saudara bak saudara kembar. Dulunya, rumah orang tua Tamara bertetangga dengan rumah orang tua Josephine salah satu kompleks perumahan sederhana di Jakarta. Mereka sudah kenal dan dekat sejak berusia delapan tahun. Saat Tamara berumur sepuluh tahun, ayahnya meninggal dunia karena sakit. Lalu di usia menginjak tujuh belas tahun, ibunya meninggal karena sakit kanker. Keluarga Tamara tinggal jauh di luar kota, dan keluarga Josephine lah, yang dianggapnya seperti keluarga sendiri. Sampai sekarang, hubungan Tamara dan keluarga Josephine sangat baik. Kedua orang tua sahabatbnya itu, dia anggap sudah seperti orang tuanya sendiri. Begitu juga dengan Matthew, kakak laki-laki, Josephine, yang dianggapnya seperti kakaknya sendiri. Waktu memasuki kuliah, keduanya masuk ke universitas negeri di Yogyakarta dan tinggal di sana hingga lulus kuliah. Keduanya mengambil jurusan sastra. Selama kuliah,Tamara, hidup dari gaji pensiunan kedua orang tuannya. Saat kuliah, dia rajin membuat cerpen, puisi dan dimuat di laman website miliknya dan juga majalah remaja. Dia juga belajar menulis novel, dia diajukan ke penerbit indi dan ke salah satu penerbit terbesar di Indonesia. Namun semua naskahnya ditolak, tapi dia tidak putus asa dan terus mencoba, karena cita-citanya adalah menjadi penulis seperti Jane Austin. Selepas lulus kuliah, dia mencoba bekerja di perusahaan penerbit besar yang menolak nsakahnya dan dia diterima sebagai editor. Sembari bekerja dia terus menulis novelnya. Sampai tahun kedua dia bekerja, naskahnya diterima, setelah penolakan berkali-kali yang dia alami. Novel pertamanya, langsung terjual banyak dan menduduki peringkat lima besar novel terlaris. Setelah novel pertamanya terbit, Tamara keluar dari tempatnya bekerja, dan fokus sebagai penulis novel.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
101.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook