bc

Menantu Miskin Mendadak Kaya

book_age18+
20.0K
FOLLOW
184.5K
READ
drama
tragedy
sweet
serious
like
intro-logo
Blurb

Suci adalah salah satu menantu keluarga Adijaya. Namun, ia selalu dibedakan dengan Cindy—adik iparnya. Sama-sama menantu, tapi begitu terlihat sangat dibedakan oleh ibu mertua mereka.

Karena Suci miskin, hingga ia tidak dianggap. Bahkan dijadikan pembantu oleh keluarga Adijaya. Namun, nasib baik menghampiri. Ia bertemu dengan keluarga sesungguhnya dan mendadak menjadi orang kaya. Bagaimana kehidupan Suci setelah menjadi orang kaya? Apakah, keluarga Adijaya akan berbaik hati pada Suci setelah tahu ia adalah anak orang kaya?

chap-preview
Free preview
Satu
"Suci, sudah siap belum sarapan kami?" Ratu--ibu mertua Suci berteriak sembari melangkah ke dapur. Setiap pagi Suci diwajibkan menyiapkan sarapan untuk mereka. Karena Cindy menantu kesayangan mereka tidak bisa memasak dan hanya bisa meminta dan menyuruh Suci saja. Cindy menantu kesayangan mereka, anak orang kaya yang selalu diagungkan sang mertua. Berbeda dengan Suci, mereka hanya menganggapnya menantu miskin yang lumayan diperalat untuk menjadi pembantu. Sementara, suami Suci tidak membelanya sama sekali. Arya hanya diam dan mengikuti apa yang dilakukan sang ibu. Hal itu pun menguntungkan mereka karena tidak usah membayar pembantu rumah tangga. Cukup menghemat pengeluaran bulanan keluarga Adijaya. "Sudah, Mi. Nasi goreng ikan asin." Suci menjawab sembari menyiapkan satu per satu nasi untuk keluarga mereka. Satu keluarga sudah duduk manis di meja makan. Mereka sudah siap menyantap masakan Suci, sedangkan Arya--suami Suci menatap heran keluarganya yang sering sekali berteriak memanggil sang istri. Namun, pria berdasi merah itu tidak memperdulikan bahkan bersikap cuek saja. "Suci, nanti kalau ke pasar belikan Cindy daging. mau makan rendang. Kasihan anak dalam kandungannya nanti ngiler!" titah ibu mertua Suci. Suci hanya mengangguk setuju. Setelah menyiapkan sarapan, ia pasti akan lelah seharian mengerjakan semua pekerjaan rumah. Belum lagi memasak, menyiapkan makan siang juga mengurus anaknya yang berusia lima tahun. "Mi, tapi Sharen lagi sakit. Aku titip dia di rumah, ya." Sambil membereskan sisa makanan, ia meminta ibu mertua menjaga anaknya selama ia ke pasar. "Duh, Mbak Suci bawa aja Sharen. Aku males Mbak denger dia nangis." Suci bingung dengan penolakan Cindy. Sementara, kalau Sharen di bawa, tidak baik untuk kesehatannya. "Tapi, Cin--" "Bawa saja Sharen. Kalau nangis mami pusing." Lagi, kini ibu mertuanya menolak. Suci menatap sang suami dengan memelas. Akan tetapi, tidak ada pembelaan dari pria itu. Malah Arya bergegas ke kantor untuk menghindar dari Suci yang terlihat mengiba. Suci menghela napas menerima perlakuan keluarga suaminya. Perbedaan itu begitu terasa saat ibu mertuanya sangat ramah pada Cindy, sedangkan dengannya sering marah-marah. *** "Ma, Sharen pusing. Kapan pulangnya?" "Iya, sebentar lagi." Suci menggendong sang anak yang sudah panas tinggi. Ia bergegas untuk kerumah sakit, tetapi ia tidak memiliki uang. Ia hanya memberikan obat sanmol untuk Sharen. Namun, panas tak kunjung turun. Malam tadi ia sudah berbicara pada sang suami. Suci meminta uang untuk ke Dokter, tapi Arya bilang uangnya sudah di kasihkan untuk Ratu, ibunya. ia di suruh meminta pada ibu mertuanya itu. Suci bersusah payah membawa Sharen pulang dari pasar. Panas anak itu semakin tinggi dan menggigil. Sesampainya di rumah, ia berniat meminta uang untuk membawa sang anak ke Dokter terdekat. "Mi, aku boleh minta uang untuk Sharen ke Dokter?" tanya Suci memelas. "Duh, tadi baru saja, kan mami kasih uang buat beli daging." Ratu menolak dan hanya berkata jika uangnya habis untuk membeli daging. Suci mengusap wajah kasar karena kesal dengan jawaban mertuanya. Ia beranjak menemui Cindy, adik iparnya berniat meminjam uang. Lagi, Suci mendapat penolakan. Suci panik saat melihat Sharen mulai menggigil. Lalu, secepat kilat membawanya ke rumah sakit tanpa peduli biayanya. "Suci! Mau ke mana kamu?" Ratu berteriak mencegah Suci pergi. "Mi, anakku sakit. Kalau kalian tidak pernah menganggapku tidak apa. Tapi, ini anakku sakit. Tolong mengerti." Suci mencoba memberitahu keadaan Sharen. "Nanti juga sehat," ujar Bu Ratu. Tidak peduli dengan hadangan Bu Ratu, Suci langsung membawa Sharen ke Dokter dengan menaiki ojek. Sepanjang jalan ia menangis melihat kondisi sang anak dan menciuminya agar kuat. Suci berjanji jika terjadi sesuatu dengan Sharen, mereka semua tidak akan pernah termaafkan. *** Sesampainya di rumah sakit, ia kembali mendapat penolakan. "Kita harus ada DP dulu baru bisa masuk kamar." Salah satu perawat menolak Suci. "Suster anak saya demam tinggi. Apa harus menunggu anak saya mati!" Suci berteriak histeris. Suci berteriak terus hingga membuat semua orang menatap iba padanya. ** "Ada apa ini?" tanya salah satu pengunjung rumah sakit. "Maaf, Pak. Di rumah sakit ini peraturan harus membayar DP sebelum masuk ke ruangan." Administrasi menjelaskan pada pria tua itu. "Masukan saja, biar saya yang membayar. Kamu tidak ada rasa iba melihat anaknya? Kalian semua hanya memikirkan uang!" "Bukan seperti itu,Pak." Setelah orang dermawan memberikannya DP untuk putrinya. Suci sangat berterima kasih dan meminta maaf atas uang yang ia pinjam. Pria tua itu menunggu Sharen dan Suci di depan UGD. Sambil terus menatap kasihan pada Suci. "Nama kamu siapa?" "Suci, Pak." "Mana keluargamu? Apa kamu benar tidak mempunyai uang untuk ke rumah sakit?" "Saya tidak punya uang, saya modal nekat asal anak saya sembuh." Kemudian, Suci menceritakan kemalangan ya sebagai menantu keluarga Adijaya. Menjadi istri yang merasa tidak dianggap juga menantu yang hanya diperas tenaganya. "Keluarga edan." Namanya Pak Wahyu, pria tua itu biasa kontrol ke rumah sakit karena dia sudah terjadwal kontrol kesehatan. Tanpa didampingi keluarga, dia lebih senang sendiri untuk ke rumah sakit. Istrinya di rumah lebih senang menunggu. Memasak makanan ke sukaannya. Kini, ia menatap heran pada Suci yang memiliki kemiripan wajah dengan sang istri. "Suci, setelah Sharen sehat, datanglah ke rumahku ajak anakmu. Kamu mirip sekali dengan istriku." "Hanya kebetulan saja, Pak." "Mungkin. Tapi istri saya pasti senang bertemu kamu karena kami tidak memiliki anak. Anak kami hilang beberapa tahun silam." Pria tua berjaket hitam itu mengingat kejadian pedih kala itu. Tangis istrinya pecah kala kehilangan bayi berusia sembilan bulan itu. "Maaf, keluarga anak Sharen?" Wahyu megusap kristal bening di pipi. Sementara, Suci menghampiri sang dokter untuk bertanya tentang keadaan anaknya. "Anak anda harus di rawat karena mengalami gejala tifus." "Apa nggak bisa di rumah saja? Saya nggak ada biaya." "Suci rawat saja anakmu. Biar saya yang biayai semua." Suci berulang kali berterima kasih pada Wahyu atas pertolongannya. *** Suci kembali ke rumah terlebih dahulu. Di rumah sakit sementara Sharen di jaga suster. Suci mengambil baju ganti untuk Sharen. Namun, saat ia datang, ibu mertuanya menatap tidak suka. "Kemana saja kamu jam segini baru pulang. Kami kelaparan!" "Maaf, Mi. Sharen di rawat di rumah sakit." "Di rawat, buang-buang uang saja. Emang kamu punya uang?" "Rumah sakit kasih kesempatan aku buat ngurus kartu miskin Mi. Dari pada aku minta sama mami pun nggak akan dikasih." "Kamu tahu!" "Sudah masak dulu!" "Maaf Mi, ngak sempet karena Sharen nggak ada yang jaga." "Angkuh banget kamu , baru bisa bayar rumah sakit pake kartu miskin aja belagu." Suci tidak mau melawan. Ia masuk ke kamar dan bergegas merapikan baju anaknya. Tidak peduli dengan ucapan mertuanya yang penting anaknya sehat. Ia melangkah ke luar kamar. Tatapan sinis begitu menyayat hati. "Berani keluar tanpa masak, kami pastikan kamu nggak akan bisa masuk ke rumah ini lagi." Suci menarik napas. Anaknya lebih penting, ia melangkah melewati ibu mertuanya dan Cindy. "Heh, Suci!" Ibu mertuanya berteriak kesal, tapi tidak di gubris Suci. Ia malah cepat-cepat berangkat ke rumah sakit. **

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook