bc

JENDELA KEMATIAN

book_age18+
279
FOLLOW
2.2K
READ
dark
powerful
student
tragedy
no-couple
mystery
scary
genius
another world
betrayal
like
intro-logo
Blurb

COVER by Author_Unfaedah

BLURB :

JENDELA KEMATIAN—adalah julukan untuk kelompok pembunuh bayaran yang terdiri dari 5 orang. Mereka wajib menyembunyikan identitas mereka. Jadi, antara satu dengan yang lainnya tidak saling mengenal nama asli, wajah, dan identitas pribadi lainnya. Salah satu dari kelompok itu adalah Arkana, seorang bartender yang bekerja di sebuah club' malam. Arkana adalah orang yang membentuk kelompok Jendela Kematian—sebuah kelompok yang menggunakan jendela sebagai alat untuk menjatuhkan korbannya sehingga tidak ada kecurigaan dari pihak lainnya.

Dibalik sisi seram Arkana sebagai pembunuh bayaran, dia sangat hangat kepada Isabela—adik satu-satunya yang dijaganya mati-matian setelah kedua orang tua mereka meninggal. Untuk menjaga keamanan Isabela, Arkana tidak mengijinkan adiknya untuk sekolah di sekolah formal. Sehingga Arkana membatasi semua kegiatan Isabela.

Dalam sebuah misi, Arkana berhasil membunuh seorang pengusaha kaya yang ternyata adalah Ayah dari sahabatnya sendiri—Gala. Dalam sebuah pertemuan, Gala sadar bahwa orang yang telah membunuh ayahnya adalah Arkana. Sehingga, Gala menyiapkan misi balas dendam dengan Kakaknya untuk membunuh Jendela Kematian—khususnya Arkana.

Gala mendekati Isabela lalu berencana melukainya agar membuat Arkana sakit hati dan Kakak dari Gala terus mengintai agar bisa membunuh semua anggota Jendela Kematian. Membuka tabir siapakah anggota Jendela Kematian itu.

Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya?

Apakah Gala dan Kakaknya bisa menemukan semua anggota Jendela Kematian?

Dan apakah Gala bisa melukai Isabela? Atau malah jatuh cinta kepadanya?

TEMUKAN DI JENDELA KEMATIAN...

_____

Salam

Bella Mutiarawati

chap-preview
Free preview
Prolog
__________________________ //JENDELA KEMATIAN// __________________________ Pedoman "Kami tidak jahat, tetapi kami hanya sedang menjalankan perintah dari orang-orang jahat. Kami tidak berkuasa, tetapi kami hanya sedang menjalankan perintah dari orang-orang berkuasa. Kami hanya orang biasa, tetapi kami hanya menjalankan tugas dari orang-orang luar biasa." Peraturan 1. Wajib memiliki nama panggilan rahasia (boleh nama binatang, benda, sifat, apapun, selain nama orang). 2. Memakai topeng wajah yang sudah dirancang. 3. Menggunakan baju khusus, sepatu khusus, dan peralatan khusus standar dari Jendela Kematian. 4. Membawa senjata (wajib). 5. Dilarang memberi tahu identitas pribadi kepada siapapun (termasuk anggota lainnya). 6. Menggunakan jaringan khusus dari Jendela Kematian untuk menerima panggilan telepon. 7. Keuntungan setiap kali eksekusi dibagi rata. 8. Wajib datang tepat waktu. 9. Semua anggota wajib untuk observasi bersama dan menentukan di jendela mana eksekusi akan dilakukan. 10. Sebelum misi dilakukan, harus dalam keadaan sehat, tidak menggunakan obat apapun, tidak mabuk, fokus. 11. Harus mempunyai pekerjaan lain (selain pembunuh bayaran). Waktu Libur Libur tanpa tugas, tanpa misi, tanpa telepon, dan tidak menerima job ketika libur. Setiap tanggal 20-23. Struktur Kepemimpinan Ketua : Big Boss Rekan Utama : 1. King 2. Bear 3. Happy 4. Beauty ###################### SUARA klakson bersahutan—seakan tidak sabaran dengan kondisi lampu merah yang enggan berubah hijau. Asap-asap kendaraan membumbung tinggi, membuat polusi semakin parah saja. Aroma keringat karena teriknya matahari pun bercampur menjadi satu di jalanan. Terlebih ketika ada dua anak pedagang asongan yang lewat, baunya tidak karuan. Beberapa tukang koran beraksi, saling berebut untuk menawarkan korannya yang lusuh. Sayangnya tidak ada yang tertarik. Mana ada yang mau membeli kertas bertinta setelah munculnya alat canggih nan praktis di era modern ini? Brum... Tepat ketika lampu berubah hijau, semua kendaraan yang berada di jalan berlomba-lomba tancap gas agar tidak terjebak lampu merah untuk kedua kalinya. Jika ada yang apes pun, mau tidak mau berhenti karena ada beberapa petugas yang siap mencatat pelanggaran sedikit saja. Suara cempreng pedagang krupuk pun menggema—membuat beberapa orang terusik dan memilih untuk pura-pura tidak mendengar saja. Setelah kendaraan-kendaraan itu terbebas dari kejamnya lampu merah selama 45 detik, mereka harus bersabar kembali di persimpangan kota. Sebuah gedung putih berlantai dua, dengan pilar-pilar putih seperti istana—gagah, tinggi, kokoh, dan menawan hati—sedang ramai oleh lautan manusia. Gedung itu berada di pusat kota dan sedang digunakan untuk menggelar sebuah acara penting di dalamnya. Sayangnya, acara di gedung itu, membuat pengalihan jalur utama ke jalur alternatif. Terdengar umpatan kasar dari pengemudi kendaraan bermuatan. Mereka merasa rugi waktu dan tenaga karena harus lewat jalur alternatif yang nyatanya tidak efektif. Karangan bunga dengan ucapan 'selamat menempuh hidup baru' pun berjajar di depan gedung. Rangkaian bunga yang mewah dan cantik pun menjadi keunggulan nama-nama perusahaan yang tertempel di sana. Di depan gedung itu mulai berjajar mobil mewah dengan banyak versi dan rata-rata keluaran terbaru. Tidak ada yang membawa kendaraan roda dua, semuanya beroda empat dan mewah. Harganya fantastis, entah cash atau kredit—yang penting bisa bergaya di depan kamera. Ada banyak wartawan dari semua stasiun yang hilir-mudik seperti burung yang mencari mangsa. Mobil dengan logo stasiun televisi itu pun terparkir disisi utara—memisahkan diri dari mobil-mobil tamu undangan. Mereka sibuk menyiarkan secara langsung acara itu dengan sangat antusias. Tidak jarang ada beberapa orang yang diwawancarai di depan kamera. Tamu-tamu yang datang pun dari kalangan yang tidak bisa dikatakan biasa saja. Laki-laki mengenakan tuxedo dan perempuan mengenakan gaun mewah—tentunya rancangan desainer kondang di negara ini. Dan yang paling mencolok dari semua itu adalah gedung yang dihias sedemikian rupa untuk acara megah siang ini. Sebuah acara pernikahan seorang pengusaha kaya raya yang memiliki perusahaan di mana-mana. Terlihat dengan jelas, pasangan pengantin yang sangat serasi itu sedang berdiri berdampingan, saling membaur dengan tamu undangan yang datang. Bukannya sibuk bicara soal pernikahan, mereka lebih sibuk membahas tentang pembangunan perusahaan baru sang pengantin laki-laki. Ruangan itu hanya penuh dengan gerombolan orang-orang yang terus membicarakan pekerjaan dan juga hartanya. Tidak jarang mereka saling memamerkan apa yang saat ini melekat di tubuh mereka. Perhiasan atau pakaian dengan harga ratusan juta. Benar-benar manusia-manusia tamak dan sombong. "Perusahaan kami akan membuka cabang di kota sebelah, Pak. Kalau untuk soal kerjasama, nanti kita bahas lebih lanjut." "Rumah yang di pulau itu? Saya menghadiahkan untuk pernikahan putri saya." "Mobil yang kemarin sudah tidak saya pakai lagi. Mobil untuk orang-orang seperti kita ini 'kan hanya sekali pakai saja. Setelah itu masuk garasi dan beli yang baru." "Ah, perhiasan itu, sudah tidak jaman lagi. Makanya saya beli yang baru. Ini perhiasan mahal yang limited edition lho! Tidak semua orang bisa membeli, apalagi memakainya." Dan masih banyak lagi cuitan kesombongan yang keluar dari mulut-mulut tamu undangan itu. Beberapa diantaranya memilih diam sambil menikmati hidangan dengan rakusnya—seperti tidak pernah menikmati makanan enak selama hidupnya. Bahkan, pelayan dengan seragam warna hitam-putih itu pun keluar dengan membawa nampan-nampan berisi makanan. Mengisi setiap wadah yang hampir kosong. Lalu beberapa orang datang lagi, menyerbu makanan itu sampai habis setengahnya. "Pernikahan sampah..." Pengantin perempuan berjalan sendiri, menyeret gaunnya pelan menuju ke gerombolan yang datang. Perempuan-perempuan sosialita dengan gaya elegan berdiri di dekat jendela. Saling bicara, mengangkat gelas masing-masing dan tertawa tanggung. Mereka semua hanya menggunakan topeng—saling berteman tetapi saling iri juga. "Kunci sasaran..." Dorrrr... Sebuah peluru berhasil bersarang di tubuh pengantin perempuan, membuatnya sedikit oleng dan jatuh keluar jendela. Semuanya panik, tamu undangan berusaha untuk menjangkau jendela dan melihat siapa yang jatuh dari lantai atas dan siapa yang telah menarik pelatuk sampai membuat tubuh orang itu terjengkang ke belakang. Orang-orang yang berada di jalan kaget setengah mati, melihat tubuh tanpa nyawa yang mungkin sudah patah tulangnya. "Arel..." Teriak pengantin laki-laki dari jendela, memperhatikan pengantinnya telah mati mengenaskan di sana. "Panggil polisi!" Suara berisik itu kembali terdengar—bukan lagi suara orang-orang saling pamer kekayaan. Tetapi orang-orang yang sibuk menyelamatkan diri, takut terkena amukan peluru dari orang yang tidak dikenal. Mereka tidak mencari siapa pelakunya, apa motifnya. Karena mereka terlalu takut dan memilih untuk menyelamatkan diri sendiri. Bukankah orang-orang jaman sekarang lebih peduli kepada diri sendiri daripada orang lain? Tidak hanya begitu, mereka menonjolkan kemampuan diri dan merendahkan orang lain sampai serendah-rendahnya. "Heh, jangan kabur kamu!" Pengantin laki-laki itu menunjuk ke arah atap gedung seberang, melihat seseorang dengan senapan berdiri tanpa bergeming sama sekali. Tidak ada ketakutan atau keraguan, bahkan tidak ada lari-larian untuk segera menghindari orang-orang. Seseorang di atap gedung itu seperti sedang menunjukkan diri—aku ada! Begitu kurang lebihnya. Pengantin laki-laki itu terdiam, memandang orang yang telah menembak pengantinnya sampai meninggal di tempat. Membuatnya menjadi duda sebelum mencicipi nikmatnya malam pertama. Ah, atau sebelum itu sudah tidur seranjang pun tetap saja namanya bukan malam pertama ketika sudah menikah. Aneh! Laki-laki itu seperti teringat sesuatu, tetapi tidak mau membuka mulutnya. Hanya ada praduga yang membuatnya semakin takut. Langkahnya mundur, tidak jadi menunjuk-nunjuk ke arah orang yang masih memegang senapannya. Tamu undangan saling bertabrakan, berusaha untuk segera keluar dari gedung dan kabur ke kendaraan masing-masing. Beberapa wartawan mencoba mengambil gambar sang penembak yang berada di atas gedung, seperti sedang menikmati pemandangan yang kacau karena ulahnya. Beberapa wartawan lagi memotret-motret ke bahu jalan, melihat jasad pengantin perempuan yang sangat mengenaskan. "Apa ... apa yang terjadi?" Tanya salah satu orang kepada pengantin laki-laki itu. "Itu..." Ucap pengantin laki-laki itu sambil menunjuk ke arah atap gedung di mana orang bersenjata itu masih berdiri di sana. "Jendela Kematian, kembali..." #####

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Love Match (Indonesia)

read
172.4K
bc

Bridesmaid on Duty

read
161.8K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.8K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

Skylove (Indonesia)

read
108.8K
bc

The Prince Meet The Princess

read
181.5K
bc

Noda Masa Lalu

read
183.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook