bc

Menanti Buah Hati (Spin off Secret Lover)

book_age18+
259
FOLLOW
1.1K
READ
billionaire
love after marriage
goodgirl
powerful
sweet
bxg
brilliant
city
wife
husband
like
intro-logo
Blurb

WARNING!! 18+ ONLY!!

===================

Sudah baca cerita Gibran - Ines di ceritaku yang berjudul Secret Lover (Kekasih Gelap Bos) ?

Kalau sudah, wajib ke sini buat tahu gimana perjuangan mereka untuk saling menguatkan hati dan mempertahankan rumah tangga, walau belum kunjung dikaruniai buah hati.

Mini series ini hanya akan ada beberapa bab saja. (Sekitar 7-11 bab)

Yuk, simak kisah pasangan fenomenal ini.......

=============

chap-preview
Free preview
Bab. 1 - Kepikiran
Sambil menunggu Special Love dan The Secrets of Marriage mulai up, mending kita intip keseruan kisah rumah tangga Gibran dan Ines dulu yuk di sini. ========================== Pernah kah kita berpikir sebelum bertanya sesuatu pada seseorang? Tentang bagaimana bila ia mendengar pertanyaan tersebut? Bisa kah ia menerima? Atau malah menambah beban dalam hatinya? Ini lah yang saat ini tengah menjadi objek angan dalam benak Ines. Ia terpekur di batas lamunan semu. Menatap langit dari balkon dengan pandangan kosong. Banyak bintang di sana, bahkan ada bulan sabit menghias separuh. Tetap saja hatinya terasa melompong. Terngiang kembali beberapa kerabat mempertanyakan sesuatu. Satu arti dengan banyak kosakata. Namun, cukup mengesalkan untuknya. "Kapan punya momongan?" "Belum program kehamilan ya?" "Loh, katanya kistanya sudah diangkat? Kok masih belum hamil juga?" "Aduh, buruan ke tukang urut, biar cepet isi. Mau nunggu sampai tua apa?" Dan lain sebagainya. Terdengar berbeda kalimat, tapi tetap saja maknanya satu. Ines jengah dengan semua nyinyiran tak berdasar itu. Memangnya dia mau terus menjadi istri tanpa bisa jadi seorang ibu? Memangnya dia mau menunda punya anak? Memangnya dia juga tak berharap segera merasakan susah senangnya ketika hamil? Tentu tidak. Ia juga menginginkan semua itu. Hanya saja, mungkin memang belum waktunya. Lenguhan napas menguar di udara, Ines mengembuskan karbondioksida perlahan. Mengisir penat yang mengganggu dalam otak dan jiwanya. Seseorang merengkuh dari belakang. Mengecup leher jenjang istrinya penuh sayang. Seolah tahu apa yang sedang melanda batin Ines. Gejolak itu menghantar dalam mimik wajah istrinya sejak menyingkir dari kerumunan keluarga besar Rakabumi. Tahun baru yang selalu jadi penantian indah bagi setiap kaum, malah justru menjadi hari paling menyebalkan bagi Ines. Berkumpul dengan sanak keluarga yang sebagian besar hobi julid. Maklum saja, kadang orang memang suka bicara tanpa berpikir panjang. Tidak peduli bagaimana perasaan yang bersangkutan. Realistisnya, mereka menganggap pertanyaan itu hanya basa-basi belaka. Tapi faktanya, yang ditanya bisa saja mengira itu sebuah sindiran keras. "Nggak usah didengerin omongan yang kurang ngenakib hati," bisik Gibran berusaha menenangkan kegundahan istrinya. "Makanya aku mending di sini. Bisa-bisa kupingku ikutan sensi kalau terus ngeladenin pertanyaan kayak gitu. Apa ini salahku kalau kita belum dikasih momongan?!" keluhnya setengah emosi. "Bukan salah kamu, Sayang... memang belum saatnya aja kita dikasih." "Ya tapi mereka tuh selalu aja gitu. Kayak kedengeran nyalahin aku. Kamu tahu nggak, masa aku nggak sengaha dengar, bibimu siapa itu namanya yang kalau pakai konde gede banget?" "Bude Sari?" "Nah iya itulah. Masa katanya mau jodohin kamu sama anak kenalannya. Lhah, memangnya siapa dia berani ngusik suami orang?!" omel Ines menggebu-gebu. Melihat tingkah istrinya yang emosi, bukannya sebal, Gibran malah tersenyum. Istrinya yang dulu penyabar sekarang jadi lebih sensitif sekali. Bisa ditebak alasannya mungkin ya karena penantian mereka ingin segera punya anak. Sudah berbagai cara dilakukan. Nyatanya belum juga berhasil. Gibran tak pernah mempermasalahkannya. Baginya, memiliki Ines lebih dari cukup melengkapi kebahagiaannya. Ia mungkin belum paham, ada kekhawatiran dalam diri Ines. Bagaimana bila nantinya Gibran bosan padanya karena ia tak kunjung hamil? Bagaimana bila akhirnya suaminya mencari pelampiasan lain di luar sana? Atau lebih parah lagi, bagaimana bila ada wanita lain terang-terangan dibawa ke rumah ini sebagai yang kedua? Berbagai pertanyaan itu seringkali menyekap jiwa Ines yang meronta. Kepercayaan dirinya sedikit demi sedikit terkikis tanpa daya. Ia sadar, Gibran pria yang mendekati kriteria sempurna. Sedangkan Ines sendiri merasa, apa arti seorang istri bila tak bisa memberi keturunan? Hatinya benar-benar berperang dengan logika. "Apa sih yang bikin kamu secemas ini? Kan bisa kita angkat anak, malah nambah pahala," saran Gibran santai. "Ya tetep aja orang mana mikir ke sana." "Buat apa mikirin omongan orang? Sejak kapan juga istriku yang strong dan cuek sama nyinyiran ini jadi begini sih?" "Kamu nggak akan tahu gimana tertekannya aku tiap ngadepin keluargamu itu. Mereka kalau ngomong asal jeplak banget. Difitnah jadi pelakor dulu aku masih bisa tahan, tapi kalau sampai mereka datangin pelakor di rumah tanggaku, nggak bakalan bisa kuterima!" Tawa Gibran pecah, ia sadar ke mana arah pembicaraan ini berjalan. Cemburu berbaur was-was. Dikecupnya pipi Ines dengan gemas. "Siapa yang mau datangin pelakor?" Ines bersungut tanpa menjawab. "Lagian nih ya, adanya pelakor itu bukan cuma karena terciptanya sebuah kesempatan, melainkan juga adanya kekhilafan dua belah pihak." "Maksudnya? Kamu nggak akan khilaf kan?!" Ines mendelik menoleh ke arah suaminya. "InsyAllah . . . jiwa ragaku cuma buat kamu seorang." "Semoga..." lirih Ines melunak kembali. "Kamu kebanyakan nonton drama Indosiar sih, mikirnya jadi pelakor mulu. Udah tahu suami kamu ini paling setia di seluruh muka bumi." Ines geleng kepala. Bibirnya tak mampu menahan senyum simpul. "Mulai kumat penyakitnya," ujarnya. "Kamu tahu nggak apa persamaan rumah kita dan kamu?" "Apa?" "Sama-sama ngasih keteduhan dan kenyamanan buatku." "Dapat contekan lagi ya dari Abrar?" sindir Ines tepat sasaran. "Sekarang dia agak pelit. Katanya stok gombalannya buat istrinya sendiri," Gibran mendumel sambil garuk kepala. "Berarti kamu harus lebih kreatif." "Ehm, kamu kan tahu, Sayang. Suami super setiamu ini aslinya nggak pinter bermanis-manis dengan teori. Aku lebih gercep kalau disuruh praktek langsung." Mendadak dua tangan Gibran menarik Ines ke dalam pelukannya kembali. Bibirnya menjelajah di leher sang istri. Kecupan itu membuat Ines tak bisa menahan diri. Ia berusaha meloloskan diri tapi gagal. Pesona Gibran lebih mendominasi ketimbang penolakannya. "Ini kan di rumah Bunda. Nanti ketahuan orang gimana?!" protes Ines masih berusaha melepaskan pagutan Gibran. "Biarin aja." "Nggak boleh gitu." Gibran mengangkat wajah. Berpikir sejenak, kemudian menarik lengan istrinya untuk mengikuti langkah kakinya. "Mau ke mana?" seru Ines bingung. "Ke mana lagi? Ke kamar lah." "Hah? Tapi acaranya belum selesai, nanti kita dicariin-" Kalimat Ines terhenti. Mereka melihat Abrar dan Disya baru ke luar dari salah satu kamar. Tampang Abrar mencurigakan dengan dua tangan sibuk membenarkan kancing kemeja bagian atas. "Gila lu, udah tancap gas duluan aja!" pekij Gibran. "Hehe, maklum bos, namanya juga masih pengantin baru..." "Pengantin baru dari mana? Kalian nikah udah hampir setahun masih ngerasa pengantin baru kemarin aja," celoteh Ines tak habis pikir. "Kak Ines, kami kan ngikutin jejak kalian. Biar langgeng sampai ke surga. Ya kan? Harus selalu mesra," timpal Disya sembari merangkul lengan Abrar. "Gue ada urusan. Kalau ada yang nyariin gue sma bini gue, lo kasih aja alasan yang masuk akal!" tukas Gibran pada Abrar. "Siap Bos!" Mereka pun berjalan ke arah tujuan masing-masing. Abrar dan Disya menuju lift untuk turun ke lantai bawah. Sedangkan Gibran dan Ines menuju kamar lama yang biasa ditempati Gibran dulu bila singgah di kediaman ibundanya ini. "Mau mulai dengan gaya apa nih?" goda Gibran usai mengunci pintu. "Apaan sih kamu-" Belum sempat membalas perkataan suaminya, bibir Ines lebih dulu dikunci oleh ciuman panas Gibran. =======Mini Series======= Sampai jumpa di episode berikutnya.......

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

CEO Dingin Itu Suamiku

read
151.4K
bc

Sekretarisku Canduku

read
6.6M
bc

My Hot Boss (Indonesia)

read
660.8K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M
bc

Over Protective Doctor

read
474.2K
bc

Billionaire's Baby

read
279.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook