bc

THE REAL CEO

book_age18+
417
FOLLOW
1.4K
READ
billionaire
dare to love and hate
CEO
drama
sweet
bxg
brilliant
another world
others
superpower
like
intro-logo
Blurb

Keylea Delora tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan hidup setelah ia berhasil lolos dari kematian. Jika saja ia sudah memiliki ingatan sejak lahir, maka ia akan mengetahui bahwa ini bukanlah pertama kalinya. Di usianya yang ke-24 tahun, ia kembali mendapat keajaiban setelah sebelumnya percobaan pembunuhan dilakukan orang terdekatnya sejak ia kecil.

Sebuah danau yang memiliki nama 'Danau Kunci' adalah satu-satunya saksi bisu atas pembunuhan berencana terhadap Keylea. Di tempat itu pula, ia mendapatkan kisah kehidupan baru. Tepatnya ketika seorang lelaki memanggilnya dengan sebutan nama 'Key.'

Untuk menyelidiki dalang di balik musibah yang menimpa Keylea Delora, maka ia pun hidup menjadi istri simpanan seorang CEO muda bernama Kenzo Revanditya. Ia juga telah mengambil peran dengan merebut nama Keyra Delisti.

Lantas, bagaimana dengan nasib dari wanita pemilik nama Keyra Delisti yang sebenarnya?

chap-preview
Free preview
BAB 1 - AKIBAT KESASAR
Keylea Delora, menggantungkan nasib diri pada seorang CEO terkenal di tanah kelahirannya ini, demi untuk mengungkap kebusukan kedua paman dan kedua bibinya. Padahal, ia sudah berusaha mengubur status yang berhubungan dengan perusahaan itu, selama hidup 24 tahun ini. Berawal ketika ia membawa kemarahan, di sebuah gedung berlantai tiga puluh ini. Ia mendapat hadangan dari empat penjaga setempat, karenanya mereka tidak mengenali siapa wanita yang sedang berteriak-teriak memanggil pemimpin kedua di dalam perusahaan ini. “Bill, sialan! Awas aja kalo lu nongol depan gue, gue elus lu pake parutan keju!” Suaranya menggema di udara, membuat gendang telinga setiap insan yang berada di lobby ini, seolah-olah akan pecah. Perlahan-lahan suara itu menghilang, ketika keempat penjaga di sana berhasil menyeretnya hingga ke bibir pintu. Ia bukan tidak melakukan perlawanan, sebabnya jika ia berkenan, jurus yang dipelajari dari bela diri dan tinjunya, bisa membuat keempat penjaga itu kehilangan nyawa. Ia hanya sedang menyalahkan diri, sebabnya tiada pernah ingin mempublikasikan tentang kedudukan yang seharusnya menjadi CEO dalam perusahaan ini. “Lepasin dulu bisa ga sih?! Gue bisa jalan sendiri kali!” Ia terlampau kesal, bentakan itu menggiring emosi kepada empat penjaga yang tak gentar untuk menyeret tubuhnya. Namun, belum jua raganya terlempar keluar ruangan, seorang petinggi, pemilik jabatan tertinggi dalam perusahaan bernamakan SteLea Telekomunikasi ini, berjalan menghampirinya. “Lea!” Lelaki ini jelas terkejut, akan tetapi berbicara dengan nada yang sangat lemah. Sehingga tiada yang mendengarnya, meskipun di belakang, ada tiga orang yang membuntuti langkahnya. Sudah dua puluh empat tahun ia menunggu Keylea mengunjungi perusahaan miliknya, tak jua wanita itu menampakan diri. Kali ini, ia menganggap kehadiran anaknya untuk membawa kabar gembira. Stevan memburu langkah, untuk menghampiri wanita yang sudah terlepas dari jeratan empat penjaga. Ia meninggalkan kedua rekan kerja yang sebelumnya berencana untuk keluar bersamanya. “Kenapa kamu ke sini?” tanya Stevan, tepat setelah keempat penjaga menyambutnya dengan salam hormat dari tubuh yang membungkuk. “Tuan Jeff, aku ke sini mau ketemu sama Bill Jonathan. Tapi kayanya satpam-satpammu ini minta dihajar,” sahut Keylea dengan nada jengkel. Telunjuknya melenting dan mengedar pada empat penjaga yang berdiri di belakangnya. “Oke, nanti akan kupecat semua.” Stevan begitu memanjakan Keylea, sehingga ucapan ini bukan hanya gertakan semata. Ia memutar tubuh, ketika memanggil, “Jennie, catat nama-nama mereka!” katanya kepada wanita yang baru merampungkan ayunan kaki di belakangnya. Sontak, keempat lelaki yang memakai seragam berwarna biru donker itu saling menatap. Pikiran berbeda berkumandang dari dalam benak setiap insan. Ada yang mengira jika Keylea adalah istri simpanan Stevan. Ada pun yang menyangka bahwa Keylea istri siri dari Bill Jonathan. Kemudian dua yang tersisa menyatakan jika Keylea adalah tamu penting yang tidak sengaja mereka usir. Sementara pemeran kegaduhan, ia mencibir ayahnya dengan decakan. “Tuan jangan gunakan kekuasaan buat nindas orang, dong. Mereka ‘kan masih punya keluarga yang harus dikasih makan,” kata Keylea mengundang tawa tertahan dari para insan yang mendengar celotehannya. “Oke, ga akan kupecat. Jadi, kamu mau ke ruangan Bill?” Stevan sepertinya tidak ingin mempermasalahkan ucap cibiran anaknya itu. “Iya.” Lantas, Keylea segera melangkah tanpa menunggu jawaban ayahnya. “Biar Jennie yang antar kamu!” Stevan agak berteriak, manakala wanita itu sudah menjauhinya. Keylea menghentikan ayunan kakinya sejenak, seraya memutar setengah kepala dan berkata, “ga usah, aku bisa cari sendiri.” Padahal, Stevan mengkhawatirkan anaknya tersesat. Dalam gedung luas ini, wanita itu belum pernah mengenali tata letak ruangnya. Namun, ia yakin, dengan kenakalan anaknya, akan dengan mudah menemukan tempat tujuan. Seperti yang dikhawatirkan Stevan, setengah jam sudah Keylea berjalan tanpa arah. Dari setiap lantai ia kunjungi, dan sudah lima lantai yang berhasil dia gapai. Tidak sedikit pun ia menemukan di mana ruang direktur itu berada. “Salah lagi ‘kan gue? Sial … sial! Napas aja gue mah udah salah!” katanya menggerutu jengkel. Sebelah tangannya menepuk pelipisnya sendiri. Dalam sejarah hidupnya, tidak ada kata menyerah. Kemudian dengan lincah menggerakan kakinya. Namun, ketika melintasi pintu yang bertuliskan nama ‘Jhon Antonius’ sebagai pemilik ruang itu, samar-samar terdengar percakapan yang menyebutkan nama ibunya. Ya! Dia mengetahui nama ‘Keyla Deluna’ dari ayahnya, akan tetapi, ia tidak pernah melihat secara langsung bagaimana wajah dari pemilik nama tersebut. Sebabnya, sejak ia berusia dua bulan, sang ibu sudah meninggalkannya ke alam lain. Perlahan-lahan Keylea mengayunkan kakinya, mendekati pintu ruang dimana sumber suara dari percakapan itu berada. Ia melekatkan telinga pada pintu yang terbuka sedikit itu. “Keyla sudah lama kita singkirkan, seharusnya bukan Bill dan Erlan yang megang kendali perusahaan ini, bukan?” Suara perempuan melantun nyaring, setelah mengetahui jika Stevan tidak berada di tempat ini. Biasanya, mereka was-was jika saja Stevan menyaksikan pertemuan di ruang itu, dari alat perekam yang sengaja disembunyikan Stevan. Mereka berpura-pura tidak mengetahuinya. “Kita bisa singkirkan dua anak itu, yang harus kita pikirkan sekarang adalah Keylea Delora. Satu-satunya pewaris perusahaan yang tercantum dalam surat wasiat Keyla.” Kali ini, suara lelaki menyambutnya, dia adalah pemilik ruang ini. Dari dua kalimat yang melantun itu, telah mengusik amarah Keylea. Inginnya, ia menunjukan wujud kepada mereka, agar dapat dengan mudah memberikan pukulan pada mulut-mulut itu. Memang pasangan serasi. Paman pemuja harta dan bibi berhati busuk. ‘Bener-bener klop. Yang satu ngerangkai niat sialan, yang satu praktekin. Haiss ….’ Keylea hanya dapat membatin saja, sementara ia masih menunggu ucapan selanjutnya dari mereka. Dan …. “Kita tebas dulu mereka dari atapnya, terakhir kita sisakan tiangnya.” Bukan dua insan yang sudah berbicara saat lalu, kali ini adalah adik dari si pemilik ruang yang berucap. “Kamu pintar, Robert Agustinus.” Ini adalah suara istri dari lelaki yang disebutkan nama olehnya. Keheningan di dalam ruang itu, membawa asa Keylea untuk dapat meresapi amarahnya. Ia tidak mengira jika kecelakaan dua puluh empat tahun silam yang terjadi pada ibunya, adalah rekayasa untuk mengubur kenyataan. Akibat terlampau emosi, tanpa sengaja kepalanya mendorong pintu. Kriet …. Ada lantunan suara yang disebabkan oleh anggota tubuhnya, ia berlari segera, agar kedua paman dan bibinya tidak mengetahui jika diri telah menguping perbincangan. Ia tidak panik, untung saja ada ruang yang tak terkunci. Sehingga ia dapat bersembunyi di sana. Setelah suara jeritan pintu yang terbuka perlahan itu melantun, dengan gesit Robert meninjaunya. Terlihat seorang wanita sedang berlari memunggunginya. Ia menyeringai karena mengetahui dengan pasti siapa orang tersebut. “Keylea … kamu cari masalahmu sendiri!” Pikiran buruk berkumandang, untuk melakukan tindakan terhadap wanita itu. Ia pun kembali berkumpul dengan dua kakak serta istrinya, dan membawa kabar akan yang dilihatnya kepada tiga insan tersebut. Sementara pihak yang sedang diperbincangkan keempat insan di dalam ruang manager umum itu, kini sedang menarik napas dalam sambil mengusap dadanya. Napasnya memburu, membuat kakinya melemah. Ia sandarkan tubuh pada pintu ruang, dan kembali mendapat kejutan manakala …. “Lea! Kamu kenapa?” Di hadapan Keylea, tepatnya pada jarak tiga meter. Seorang lelaki menyapa dengan gaya santainya. Keylea sontak mengangkat kepala, ia menyeringai sadis tak lantas berjalan untuk menghampiri pria yang tangannya sedang mempermainkan pena. “Lu, Bill sialan! Di sini lu sembunyi, hah?!” Hingga pada akhirnya, emosi itu tercurah pada orang yang menjadi tujuan awal kedatangannya. “Kamu bisa ga bicara sopan di sini?” Walaupun demikian, lelaki yang sering dipanggil dengan sebutan Jonathan ini tersenyum riang. Karena, panggilan nama terhadap dirinya dari adiknya adalah sesuatu yang spesial. Tidak boleh ada orang lain yang memanggil nama depannya, jika bukan wanita ini. “Sopan … sopan, punggung lu bolong.” Sebelum melanjutkan kalimat, Keylea merogoh tas selempang yang dibawa serta sejak kedatangannya ke sini. “Mana sih? Ah, sial banget!” katanya ketika tidak mendapatkan apa yang dicarinya dari dalam benda itu. “Nih anak kebiasaan sibuk sendiri.” Sambil menunggu yang akan dilakukan Keylea, Jonathan memperhatikan tindak-tanduk pemicu amarah itu. “Bentar, deh, jangan ganggu konsentrasi gue.” Keylea terus berusaha mencari benda itu, akan tetapi hingga dua menit berlalu, ia tak kunjung menemukannya. “Pokoknya-“ ucapan terjeda manakala benda pipih itu berhasil ia temukan. Kemudian dengan segera melemparkan benda itu ke atas meja. Jonatan meliriknya sejenak, dari benda itu ia sudah dapat membawa kemenangan. Yakni, “Kenapa? Keblokir?” ia tertawa kecil, sebabnya rencananya mendapat keberhasilan. Rupa-rupanya, ia sengaja menutup akses alat pembayaran yang berupa kartu itu. Agar Keylea mencarinya dan memohon kepadanya untuk diaktifkan kembali. “Bener lu ya …?” Keylea kian geram, ia beranjak hingga berdiri di samping kakaknya. Tanpa ragu tangannya mengepal, dan mengulur untuk memberikan sebuah kenang-kenangan pada anggota tubuh kakaknya. Namun, tenaga wanita tiada mampu melampaui kekuatan lelaki, tangan itu berhasil ditepis oleh sang empunya. “Kamu tau kenapa aku blokir kartu kredit itu?” kata Jonathan tanpa melepaskan tangan Keylea dari genggamannya. Ia malah menyeretnya hingga tubuh Keylea terpaksa mengikis jarak dengan wajahnya. “Lu ga mau gue pake duit papa gue?” sahut Keylea disambut dengan decakan lantang oleh kakaknya. “…semalem, kamu ngapain di hotel?” ujar Jonathan ragu-ragu, pasalnya ia takut jika dugaan akan keburukan itu benar adanya. “Tidur ‘lah, ngapain lagi?” “Kamu emangnya ga punya rumah?” “Gue cape! Habis minum-minum mana bisa gue nyetir?” “Emang kamu biasa nyetir?” Sebab, Jonathan sangat mengetahui jika kendaraan milik adiknya dapat dengan otomatis mengendalikan sendiri. “Tetep aja cape! Lagian, ngapain lu takut gue macem-macem sih? Inget, Bill, gue udah dewasa, wajar kali kalo nginep di hotel sama cowo.” “Lea!” Jonathan dengan tegas membentak adiknya, tak ayal tatapan dendam menyorot wajah yang berjarak lima centi meter dengan tubuhnya. “Apa?!” kata Keylea tak kalah memekiknya. “Kamu bisa ga, jaga nama papa kamu? Gimana kalo orang-orang nyebar berita kalo anak CEO SteLea tidur bareng sama cowo di hotel, udah gitu hamil di luar nikah-“ Pikiran buruk Jonathan, dengan cepat dipenggal ucapan adiknya. “Hei, Bung. Lu ga lupa ‘kan kalo gue bukan bagian dari sini? Itu makanya gue ga mau berurusan sama yang penting-penting kaya gini, gue masih pengen bebas nikmatin masa remaja gue, tau!” Keylea baru mengingat jika tangannya tergenggam sejak lama. Dari rasa sakit yang menusuk akibat Jonathan melampiaskan amarah pada cengkramannya, ia dengan lekas menyadari dan melepaskan genggaman itu. Dengan tangan kirinya, ia memijat pergelangan tangan kanannya. “Oke … oke, lupain itu. Aku bukain blokiran kartu kredit kamu, tapi … jangan lagi kamu nginep-nginep di hotel. Kalo ngelanggar, aku ga segan nyeret kamu buat duduk di kursi ini seumur hidup!” Rasa khawatir terkemuka dengan ancaman, membuat Keylea memutar bola matanya. “Iya, oke, kakak Bill Jonathan yang overprotective!” “Lea, aku serius!” “Gue dua puluh rius! Udah lah, lu buka lagi cepetan, gue mau traktir temen-temen, nih!” Jonathan benar-benar kewalahan, mendidik wanita yang setengah jantan. Untuk kali ini, ia masih akan memberikan kesempatan, dengan lekas mengotak-atik tombol aksara dari laptop yang berada di atas meja. Beberapa menit kemudian, ia meraih kartu yang dilemparkan adiknya saat lalu. Kemudian berdiri dan memberikan benda itu pada adiknya. “Udah! Awas aja kalo sampe ingkar janji!” kata Jonathan kembali mengancam. Keylea menerima barang itu dengan senyuman, keceriaan tergambar dari lesung pipit yang mengiringi rekahan bibirnya. “Ga janji!” Tanpa ingin mendapat hukuman, ia bergegas meninggalkan ruang. Jonathan hanya melenguh pasrah, kemudian duduk pada tempat semula. Ia merenungkan nasib diri yang berkaitan dengan adiknya di sana. “Suatu hari … aku pasti mendapatkannya!” Dengan lantang ia mengungkap harapan, semoga akan segera terkabulkan. Sesungguhnya, do’a ini terpanjat sudah puluhan ribu kali, sejak ia berusia 18 tahun. Dan tidak pernah berhenti sampai sekarang ia berumur 27 tahun. . . . Tbc

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook