bc

Jeon's Ethereal

book_age0+
1.0K
FOLLOW
7.2K
READ
revenge
dark
family
kickass heroine
mafia
gangster
bxg
city
first love
like
intro-logo
Blurb

Insiden mengerikan di hari istimewa Jordan Jeon mengubah kehidupannya. Kala Jeon muda hampir menyerah, takdir mempertemukan dirinya dengan seorang lelaki bernama August. Pertemuan itu menyelamatkan hidup Jordan. Namun, tanpa dia sadari, dirinya semakin terjerumus ke dunia tanpa cahaya dan menjadikannya seorang mesin pembunuh dari kelompok paling berbahaya yang berkuasa di New York.

Seiring dengan bergulirnya waktu, Jordan Jeon benar-benar berubah menjadi mesin pembunuh di dunia gelap New York. Keji dan tanpa ampun. Selalu berada di barisan terdepan, tercepat dan tak terkalahkan. Menjadi seorang Jeon dari Triptych, membuatnya selalu gelap mata, tak mengenal cahaya, serta buta akan keindahan.

Hingga pada suatu misi, tanpa diduga dia bertemu dengan keindahan yang tak pernah ditemuinya selama dirinya terkubur dalam kegelapan. Cahaya itu adalah Cassie.

Sejak malam itu, dia menemukan etherealnya.

chap-preview
Free preview
Prolog
Amarah langit tidak membuatnya gentar. Mata gelapnya semakin nyalang bersamaan dengan guyuran air hujan di pergantian musim. Dingin mencekam. Tidak bagi Jordan Jeon. Tubuh anak lelaki berusia lima belas tahun itu justru mengeluarkan uap. Langit seolah-olah memohon agar bocah itu berhenti melakukan perbuatannya.  Satu.  Dua.  Tiga.  Empat.  Belum. Dia belum puas.  Jordan Jeon tetap memberikan tinjuan mematikannya ke titik yang sama. Objeknya sudah tak sadarkan diri. Terkulai lemas di lantai dengan darah menggenang di sekujur tubuhnya. Dia tidak peduli jika orang tersebut sudah mati atau masih hidup. Putra bungsu sekaligus generasi terakhir keluarga Jeon dari Queens itu telah berhasil melaksanakan tujuan utamanya untuk bertahan hidup.  Di sudut ruangan, berdiri tiga laki-laki yang mengamati bagaimana prosesi balas dendam itu berlangsung. Salah satunya, pria berkulit putih pucat duduk di kursi kayu yang rapuh dengan sebatang rokok di tangannya, sedangkan yang lain berdiri di sisinya. Di sisi kanan, lelaki jangkung dengan tinggi seratus delapan puluhan meminum sekaleng bir dan di sisi kiri mengamati kejadian tersebut dengan tangan terlipat di depan d**a.  "Bagaimana sekarang?" tanya lelaki jangkung bernama Nathan kepada dua temannya.  Tak ada jawaban. Lelaki yang duduk di kursi justru menyentil puntung rokok yang tersisa setengah, kemudian menyalakan lagi yang baru. Masih diam dan mengamati.  "August," panggil Nathan.  "Terserah," jawab August dengan rokok terselip di antara bibirnya. "Aku di sini hanya untuk membayar hutangku."  Mendengar obrolan August dan Nathan, Jordan Jeon berhenti menghantam salah satu manusia yang paling dia benci di muka bumi.  Detik itu, dia baru tersadar bahwa tangannya terasa kebas. Lebam dan terluka karena terlalu banyak meninju wajah korbannya yang sudah tak berbentuk lagi. Darah melumuri tangannya yang terasa seperti batu.  Dia perlahan bangkit dari posisinya dan berdiri tegap. Dengan tangan yang lain, Jeon membersihkan bekas darah yang mengotori wajahnya, lalu menoleh ke arah di mana dua orang itu berada.  Dari tempatnya berdiri, dia berkata, "Saya akan ikut kalian."  Nathan mengangkat sebelah alisnya. Dia membuang asal kaleng bir yang masih tersisa seperempatnya. Bunyi hantaman tersebut menggema ke seluruh sudut gudang gelap di mana mereka berada. Bir yang dinikmatinya beberapa saat lalu itu pun membanjiri lantai.  Nathan berjalan menghampiri Jordan Jeon. Kaki panjangnya bergerak santai dan membuatnya tampak angkuh. Dia berhenti sekitar lima meter dari tubuh-tubuh tak bernyawa yang berjejer di depan lelaki muda itu.  "Sialan. Kamu belum mengerti?" Nathan terkekeh sinis. "Seperti yang kamu dengar tadi, kami di sini hanya melunasi hutang, lalu membantu kamu hidup dan memberi sedikit ilmu untuk bertahan. Sekarang, semua sudah selesai."  Jeon menatap lelaki berkulit putih pucat yang duduk santai dengan sebatang rokok di sana. Dia adalah laki-laki muda berumur sembilan belas tahun yang melatih dan mengajarinya segala hal. Apapun yang dilakukan Jordan Jeon malam ini. Hal yang harus dia lakukan demi harkat dan martabatnya sebagai penerus terakhir keluarga Jeon.  "Izinkan saya."  Nathan mengangkat kedua alisnya. Ini merupakan kali pertama baginya untuk menyaksikan sendiri bagaimana seseorang dengan sukarela menjerumuskan diri ke dunia gelap yang mengikat dan membelenggu. Tanpa paksaan. Orang-orang yang berurusan dengan Tuan August selalu berupaya untuk melarikan diri dan terlepas darinya. Namun, bocah ini....  "Tidak terlalu buruk," kata pria yang sedari tadi diam mengamati, Aldrich. "Dia berbakat."  Nathan terkekeh karena sebuah komentar yang tak terduga muncul dari lelaki gila seperti Aldrich.  "Kalian yakin?" tanya Nathan sekali lagi dan dijawab dengan sebuah anggukan pasti dari Aldrich.  "Akan sangat menyenangkan jika bekerja bersamanya, Joon." Aldrich menyeringai, memberikan berbagai khayalan mengerikan dari ekspresinya.  Nathan hanya dapat menggeleng tak habis pikir. Dia melirik Tuan August dalam diam, menunggu sebuah keputusan.  "Kemarilah."  Jeon tersentak. Tidak menyangka bahwa pria yang telah menyelamatkan nyawanya dan mengajarkannya cara bertahan hidup itu memintanya untuk mendekat. Dia menatap lekat Tuan August, pria yang tidak dia ketahui asal-usulnya tersebut.  Bak terhipnotis, dengan langkah gontai bersama tenaganya yang tersisa, Jeon muda pun bergerak menghampirinya.  Lelaki remaja itu berdiri sekitar tiga meter dari August. Kedua matanya melebar ketika melihat tangan August yang terulur, menawarinya sekotak rokok.  "Ambil."  Jeon menurut. Dia mengambil salah satu batang rokok. Perlahan, tangannya naik dan meletakkan rokok tersebut ke sela bibir. August mengeluarkan sebuah pemantik klasik berwarna keemasan dan menyalakannya. Lalu dia meminta Jeon untuk mendekat karena ingin menyulutkan rokok tersebut untuknya.  Jantungnya terasa berdegup lebih cepat. d**a berdebar sangat keras. Napasnya pun sempat tertahan. Jordan Jeon mendekatkan ujung rokoknya pada api yang menyala di ujung pemantik. Terlintas sebuah pertanyaan di benak lelaki muda tersebut.  Apakah dia juga akan dihabisi dengan sebuah pemantik karena telah bersikap lancang pada pria bermarga Min itu?  Tidak.  Setelah rokok tersulut, Tuan August justru berkata, "Selamat datang di Triptych, saudaraku."  Dari belakang punggung Tuan August, Jeon melihat Aldrich menyeringai semakin lebar dan mendengar Nathan berkata;  "Once you're in, there's no way out, brother."  Detik itu merupakan momen untuknya. Jordan Jeon yang baru. Jordan Jeon dari Triptych.  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Prince Meet The Princess

read
181.7K
bc

The crazy handsome

read
465.3K
bc

Mafia and Me

read
2.1M
bc

CUTE PUMPKIN & THE BADBOY ( INDONESIA )

read
112.2K
bc

Crazy In Love "As Told By Nino"

read
279.4K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.0K
bc

Bridesmaid on Duty

read
162.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook