bc

Biru Langit Mencari Cinta

book_age18+
281
FOLLOW
1.9K
READ
possessive
family
sensitive
drama
tragedy
comedy
sweet
no-couple
brilliant
like
intro-logo
Blurb

Biru, wanita yang pernah mengalami kegagalan dalam rumah tangga karena pengkhianatan mantan suami, kalah dalam taruhan bersama teman-temannya, akankah dia menjalani hukuman tersebut dan malah mengakibatkan suatu masalah baru?

Langit, pria keturunan Jepang harus kembali ke Indonesia untuk meneruskan perusahaan almarhum ayahnya. Indonesia, negara yang sebenarnya tak ingin dikunjunginya walaupun ibu sambungnya dan adik kandungnya berada di Indonesia. Disaat sedang ada urusan bisnis ke Singapura, ia malah bertemu seorang wanita yang menginjak-injak harga dirinya.

chap-preview
Free preview
Part I Kesalahan
Jadi gimana?" suara di seberang sana membuyarkan lamunan Biru yang menatap ke pantai. "Hah? Apaan? Eh, ia ...ia. Sory gue gak fokus!" jawab Biru menatap langit dengan mata nanar. "Kalau lo liburan cuma buat nginget kejadian sama mantan laki lo, udah pulang sono ke kampung lo!" bentak suara di gawai Biru. Desahan nafas berat Biru terdengar kasar seperti ingin melepaskan semua beban berat yang tertanam di dadanya. Perih hatinya jika mengingat masa lalu yang berakhir dengan tangisan. "Bukan gitu Gin, gue cuma iri melihat pemandangan di luar hotel. Banyak banget keluarga yang pergi liburan. Adem lihatnya, gak kayak gue," jawab Biru yang menyesali apa yang sudah terjadi dalam kehidupannya. "Bego lo, jangan iri. Tuhan pasti ngasih kebahagiaan buat lo. Siapa sih yang gak suka dokter cantik dan ramah kayak elo. Yah, walaupun lo janda, tapi gak masalah. Zaman sekarang udah gak banyak orang yang nuntut jodohnya mesti gadis. Keep strong dong!" hibur Gina pada Biru. Ya, perkenalkan aku Biruni. Tapi, biasa dipanggil Biru. Seorang dokter muda nan cantik tapi, aku seorang janda. Aku jatuh cinta dan menikah pada orang yang salah. Pernikahanku ditentang oleh keluargaku, tapi kubulatkan tekadku. Karena aku yakin ia jodoh yang Tuhan kirim untukku. Tahun pertama pernikahan terasa indah, walaupun belum memiliki keturunan, padahal ketika dicek tak ada yang salah dengan kami berdua. Ditahun kedua suamiku mulai berubah dan cuek, begitupun keluarganya. Sayang, ditahun ketiga ada seorang wanita yang datang dalam keadaan hamil empat bulan dan mengatakan bahwa ia mengandung anak suamiku. Keluarganya malah mendukungnya atas perilakunya, dan meminta aku menerima dengan lapang d**a atas perlakuan mereka. Tapi aku tak bodoh, begitupun keluargaku, mereka memintaku untuk bercerai daripada aku sakit hati dan hidup menderita. Akhirnya perceraian itu terjadi. Pria yang aku bantu diawal karirnya ketika ia mulai merintis bisnis konveksinya. Uang yang diberi ayah dan bunda sebelum aku menikah selalu kutabung dan ketika aku menikah meninggalkan segala kemewahan membuatku menjadi seorang pedagang online dan dokter muda tentu banyak membantunya mengenai masalah keuangan yang ia hadapi. Tapi setelah berhasil bukan aku yang menjadi ratunya, ia memilih sekretarisnya untuk menemaninya. Rumah yang kutinggalkan selama tiga tahun lebih, karena aku memilih suamiku. Sekarang, kembali menerimaku, yaitu rumah kedua orang tuaku. Orang tuaku dan dan adikku menerimaku dengan lapang d**a. Pelukan hangat mereka mampu membuatku bangkit dari keterpurukan atas penghianatan suamiku. Sekarang usiaku menginjak tiga puluh tahun, usia yang tak lagi muda tapi belum terlalu tua. Aku menikah diusia dua puluh tiga, usia yang sebenarnya bisa dikatakan dewasa. Tapi Tuhan berkehendak lain. Ia mengajarkanku agar aku tak terlalu percaya pada orang lain. "Halo! Halo! Halo! Masihkah ada orang di sana?" sekali lagi suara Gina membuyarkan lamunanku. "Ia, gue masih di sini!" jawab Biru asal. "Gimana jadi gak?" tanya Gina sekali lagi. "Hm, gue takut tapi pengen!" ucap Biru ragu-ragu. "Kalau gak jadi gue cancell pesanan lo, soalnya banyak banget pelanggan gue yang suka sama dia," jelas Gina yang teman Biru sekaligus seorang g***o. "Hm! Ya deh, ok! Gue tunggu jam delapan, lewat dari itu gue cancel!" celetuk Biru dengan keringat dinginnya yang mulai mengucur deras. "Nah, gitu donk! Gue kasih diskon sama lo! Ntar malam, gue yakin lo puas deh. Jamin deh!" terdengar suara yang sedang membanggakan hasil kerja kerasnya. *** Waktu yang disepakati pun tiba. Di lobi hotel. "Duh, mampus gue! Mampus gue!" seseorang menggunakan kemeja hitam tampak mondar-mandir sambil mengketuk-ketukkan gawainya ke kepalanya. Brak!!! Suara dua orang pria yang bertabrakan di lobi hotel membuat pelanggan hotel memandang kearah mereka. "Aryo!" teriak pria berbaju kemeja hitam. "Reno!" teriak pria berbaju kaos motif bunga-bunga dan memakai hotpant. "Elo, ternyata Yo! Udah lama gak ketemu, hampir tujuh tahun!" sapa Reno dengan menepuk pundak kawan lamanya. "Ish, Aryo-aryo apaan sih? Eyke tuh, sekarang Aryani!" suara dan tingkah gemulai Arya membuat Reno tertawa terbahak-bahak dan membuat Aryo menatap tajam seperti ingin menguliti Reno hidup-hidup. "Ok! Ok! Maaf Yo! Eh, Aryani. Ngapain lo di sini?" tanya Reno. "Duh, kepala eyke rasa mau pecah nih!" jawab Arya memijit kepalanya. "Kenapa?" tanya Reno, padahal ia sendiripun sedang kebingungan karena permintaan bosnya. "Sstt ... sini!" Aryo mengajak Reno untuk mendekatkan telinganya. Reno mengikuti perintah Arya, dan mendengar ucapan Arya membuat ia merasa mendapat solusi atas permasalahan mereka berdua. "Pria bayaran untuk pelanggan gue tiba-tiba sakit perut, mencret. Gara-gara tadi siang makan bakso kebanyakan cabenya. Mampus gue kalau dia gak dateng, bisa-bisa gue dimutilasi Mbak Gina, soalnya yang mesen temen baiknya," jelas Arya. Dengan senyum jahilnya Reno pun berkata, "gue punya ide." "Ide apaan?" tanya Reno. "Gue yakin lo suka deh!" ucap Reno dengan mengerdipkan matanya. **** Di tempat lain. "Halo, Mbak!" sapa suara digawai Biru. "Ia, siapa ini?" tanya Biru dengan ramah. "Ini saya Aryani, Mbak. Orang suruhannya Mbak Gina. Jadi gini Mbak, pesanan Mbak udah datang. Tapi sebenarnya dia juga lagi nginep di hotel ini Mbak! Kamarnya VVIP lo Mbak, kebetulan dia lagi dapat bonus karena kemaren habis ngelayanin tamu VVIP. Makanya dapat bonus nginep di hotel ini selama satu minggu. Kalau Mbak mau ke kamarnya akan saya kasih kunci kamarnya ke Mbak, kalau gak mau. Ya, biar si pesanan Mbak aja yang ke kamar Mbak? Gimana?" jelas Aryani dengan suara halusnya, ngalahin suara cemprengnya Biruni. Biru berfikir, bukan ia tak mampu menyewa kamar VVIP. Tapi ia terlalu malas, untuk menghamburkan uang karena pelajaran yang telah dialaminya ketika menikah dengan mantan suaminya. Dan kalau dipikir, memang kondisi kamar Biru sedang berantakan. Biarlah ia yang menyusul pria sewaannya daripada ia melihat isi kamar Biru. Biru pun takut, bisa saja ketika ia tertidur, maka pria pesanannya akan mencuri barang miliknya. "Ok, antar sekarang kuncinya ke kamar saya!" jawab Biru dengan nada yang terdengar tegang. Maklum saja, ia tak pernah melakukan hal ini dengan siapapun kecuali mantan suaminya. *** Di lobi hotel. "Gimana?" tanya Reno. "Huft, berhasil donk! Aryani!" ucap Aryo membanggakan dirinya. Aryo meninggalkan Reno dengan senyum puas, karena mereka berdua sama-sama terselamatkan dari tugas berat mereka. Reno, adalah sekretaris seorang CEO di perusahaan properti sedang bertugas untuk memesan wanita panggilan untuk bosnya. Tapi, tak bisa datang karena kecelakaan mobil. Arya atau Aryani, tangan kanan dari Gina yang tak lain seorang g***o dan teman Biru. Dia bertugas untuk menjemput pria panggilan yang di pesan oleh teman bosnya. Dan, ia pun sama-sama sial. Karena pria pesanan itu tak datang. *** "Mbak, ini kunci kamarnya!" ucap Arya dengan khas kemayunya. "Hm! Tapi kok aku ngerasa jadi wanita panggilan ya? Kan aku yang pesan?" tanya Biru dengan keraguan yang dari tadi hilang dan muncul kembali. Ucapan Biru membuat mimik wajah Arya berubah, ia takut rahasianya terbongkar. Maka ia akan dipecat oleh Gina. "Apaan sih Mbak, gak kok! Ini mah service buat Mbak lho!" bohong Arya. Biru hanya tersenyum kecut, ia mulai menyadari apa yang dilakukannya salah. Tapi seolah otaknya berkelahi dengan hatinya. Menuntut untuk memuaskan nafsunya yang tertahan selama empat tahun. Biru memang menikah muda di umur dua puluh tiga tahun dan bercerai di usia yang menginjak dua puluh enam tahun. Sudah empat tahun ia hidup dengan status lajangnya sebagai janda. Ceklek! Pintu kamar VVIP yang berada satu lantai di atas kamarnya terbuka. Menampilkan aroma maskulin khas pria dewasa. Kamar ini begitu luas, sama besarnya dengan besar rumah sederhana milik Biru dan mantan suaminya. Sesosok pria dewasa keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya hanya sebatas paha. Dengan kulit kuning langsat dan berbadan kekar itu terpaku menatap Biru seolah sedang lapar dan seketika membuat nyali Biru menciut. "Ma, ma-af, saya salah kamar!" ucap Biru dengan kikuk dan berusaha menutup pintunya kembali. "Jika, kamu pergi begitu saja. Maka aku akan mencari identitasmu, sungguh kau akan menyesal!" jawab pria itu santai dengan nada mengancam. Pembawaan Biru yang biasanya tegas dan tenang sekarang memudar bersama dinginnya suhu ruangan.. Pikirannya berkecamuk menatap tubuh atletis pria yang sedang di hadapannya. Ada rasa penasaran ingin mereguk asmara dengan pria tersebut. Dilain sisi, ia masih berfikir dengan akal sehatnya, jika ia melakukannya berarti ia akan berdosa. “Apa kau akan berdiri di sana terus?” tanya pria dingin itu dengan berkacak pinggang, semakin menampilkan bentuk tubuhnya yang begitu sempurna. “Hei, kau masih di sana?” ucap pria itu membuyarkan lamunan serta menambah kegugupan di hati Biru. “Ya, aku akan menutup pintunya!” ucap Biru dengan terbata-bata. Pikiran kotornya kembali berkecamuk tatkala ia menutup pintu kamar. Akankah hal yang tertahan selama empat tahun ini dapat terlampiaskan? “Duduklah!” perintahnya pada Biru, ucapan pria itu membuat Biru merasa sebentar lagi pria itu akan menerkamnya. Keringat dingin mulai bercucuran tatkala otak mesumnya sedang berdebat dengan hati kecilnya. “Jadi, kau kerja dimana?” tanyanya yang menatap Biru dengan berjalan pelan mendekati wajah Biru yang sudah memerah sedari tadi. “Bukankah kita harus professional? Kenapa kau bertanya masalah pekerjaanku? Bukankah kau sudah tahu pekerjaanku? Terlalu basa-basi jika kau kembali mempertanyakan pertanyaan yang tak perlu ku jawab,” keberanian Biru mulai terkumpul, ia takut jika ia kembali terpuruk seperti masa lalunya. “Apa kau ingin membantahku? Kau belum tau siapa aku Nona! Kau akan menyesal memperlakukanku seperti ini!” debatnya dengan mencengkram pipi Biru yang sebelah kiri. “Jika kau ingin mempermainkanku, aku akan keluar!” bentak Biru berusaha melepaskan dekapan pria itu. “Kau!” jawab pria itu dengan sinisnya. Pria dingin itu melancarkan aksinya dengan sentuhan-sentuhan yang ia berikan pada Biru, sehingga Biru tak sanggup menolaknya. Gelenyar-gelenyar aneh muncul dan kembali mengeluarkan sisi liar Biru yang terpendam. Akal sehatnya kalah oleh nafsu yang ia tahan selama ini, mereka berdua sama-sama mereguk nikmatnya malam ini. *** Pagi harinya Biru merasa sakit disekujur tubuhnya, karena sudah tak lama ia melakukan olahraga malam. Pakaian yang ia gunakan pun tak terbentuk dan berserakan dimana-mana. Ia lihat banyak bekas kissmark yang bersarang di leher jenjangnya. “Astaga!” pekik Biru pelan, takut membangunkan pria yang sedang tertidur itu. Ia mengingat jika hari ini adalah hari terakhirnya di negara ini dan harus ke Bandara jam 10:00. Tak mungkin ia memungut baju yang ia pakai tadi malam. Dengan langkah perlahan Biru mengendap mendekati lemari hotel dan membukanya. Ada beberapa kemeja dan satu hodie yang bergantung rapi. Cih, rapi sekali dia, berbeda denganku, umpat Biru dalam hati. Ia putuskan memakai hodie yang berwarna abu-abu tersebut. Tak lupa ia mengeluarkan sepuluh lembar uang merah dan empat lembar uang biru yang berada didompetnya untuk service tadi malam serta hodie yang dipakainya. Tak lupa ia menuliskan note yang berisi: terima kasih atas servismu tadi malam, aku puas dan ini bayaranmu. Maaf kebetulan dollarku sudah habis, kau bisa menukarkan rupiah tersebut bukan? Semoga kita tak bertemu lagi. Eh, ia aku ambil hodiemu. Sudah kuganti senilai dua ratus ribu. Semoga kita tak pernah bertemu lagi. Kemudian ia meninggalkan pria yang sedang terlelap tersebut dan bergegas menuju bandara.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Prince Meet The Princess

read
181.7K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.2K
bc

Love Match (Indonesia)

read
173.0K
bc

Turun Ranjang

read
578.8K
bc

PEMBANTU RASA BOS

read
15.7K
bc

CEO Dingin Itu Suamiku

read
151.4K
bc

I Love You, Sir! (Indonesia)

read
260.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook