bc

SUAMI Kejamku!

book_age18+
1.1K
FOLLOW
8.5K
READ
dark
contract marriage
love after marriage
arrogant
dominant
goodgirl
drama
tragedy
virgin
passionate
like
intro-logo
Blurb

Antara cinta, benci dan dendam, mana yang lebih dominan?

Salwa Maheswari mengalami dua kejadian naas yang akhirnya mengantarkan ia sebagai penebus hutang juga penebus nyawa bagi Kaisar Devano Mahendra. Salwa tak sengaja menabrak calon istri Kaisar hingga tewas dan ayahnya ternyata berhutang banyak dengan keluarga besar Mahendra yang akhirnya membawa Salwa di bawah kekuasaan Kaisar yang Kejam!

Hari-hari Salwa jalani di Istana mewah namun bak neraka baginya. Salwa juga harus menerima perlakuan semena-mena dari Kaisar. Salwa tak ubahnya penghangat ranjang sekaligus mesin pencetak anak bagi Kaisar. Setelah anak itu lahir, Kaisar bimbang, sebab perasaannya kepada Salwa justru muncul perlahan ke permukaan, sementara Salwa justru telah dinyamankan oleh seorang lelaki, sahabat baik Kaisar sendiri.

Siapa akhirnya yang akan Salwa pilih? Lelaki yang sudah kejam memperlakukannya atau lelaki yang sudah menyentuh hati Salwa tentang ketulusan?

chap-preview
Free preview
Aku Menabraknya!
Salwa membanting setir, mobilnya menghantam pohon dengan keras. Salwa selamat, walau keningnya kini berdarah. Namun, Salwa baru menyadari, dia bukan hanya sudah menabrak pohon, tapi lebih dulu sempat menghantam tubuh seseorang sebelum akhirnya ia membanting setirnya. Salwa segera keluar dari mobil, ia tercengang, menutup mulutnya sambil menggeleng. Seorang perempuan tergeletak di atas aspal yang mulai basah karena rintik hujan. Darah menggenang, perempuan itu masih hidup, tangannya menggapai. "Aku menabraknya, ya Tuhan!" Salwa hampir menangis, tenggorokannya tercekat hebat. "To ... long!" Salwa secepat mungkin berlari, menerobos jalan sepi yang kini semakin sepi karena hujan deras mulai turun. "Nona, maafkan aku. Aku akan membawamu ke rumah sakit secepatnya!" Terseok, Salwa berusaha memapah perempuan yang sudah berdarah dan lemah itu, tapi dia tidak bisa. Perempuan itu terlalu lemah hingga tak bisa berdiri. Mata itu terpejam, tapi nafasnya masih ada walau terputus-putus. Salwa meraih tas yang terpelanting milik perempuan itu, ia segera mencari nomor yang bisa dihubungi. Kekasihku. Salwa segera menghubunginya. Ia tidak tahu lagi harus melakukan apa, jiwanya terguncang, baru kali ini ia menabrak seseorang. Jiwanya juga terlanjur penakut untuk menghubungi polisi sementara rumah sakit masih jauh dari tempat itu. Tak adakah orang yang lewat? Salwa mengerang ia bingung. Tanpa sadar tak sengaja menekan tombol panggilan. "Hallo Sayang, kau masih di taman? Aku akan segera menjemputmu." Salwa belum sempat bicara, telepon itu sudah mati. Salwa menggigil karena nafas perempuan itu semakin terputus. Lalu mata itu benar-benar terpejam. Salwa berusaha membangunkannya, memangku perempuan yang sudah berlumuran darah itu dengan sekuat tenaga. Dia mati? Ya Tuhan, aku sudah membunuhnya?! Salwa menangis terisak. "Tolong Nona, bangunlah!" Salwa mengerang hebat berharap ada keajaiban segera. Tak lama kemudian, sebuah mobil datang. Lampunya menyorot tepat ke dua orang yang masih berada di atas aspal. Salwa menyadari kedatangan orang lain, tapi seseorang itu keluar dengan rahang mengeras. Ia segera menyingkirkan Salwa dan memeluk perempuan yang sudah tak bernyawa. "Safira, tolong bangun, Sayang! Kita akan menikah tiga hari lagi!" Lelaki itu meraung, hujan membasahi tubuhnya. Salwa hanya bisa terdiam, ia tak mampu menatap lelaki yang kini sedang meratapi kematian calon istrinya. "Tu-tuan ..." Suara Salwa tercekat, lelaki itu menoleh, baru sadar ada orang lain di sana. "Kau membunuhnya!" tuding lelaki itu berang. Salwa menggeleng. "Aku benar tak sengaja, Tuan." Salwa hampir meloloskan tangis. "Kau harus membayarnya!" "Tuan, tolong maafkan aku." "Tunggu, kau akan aku beri perhitungan!" Lelaki itu membawa tubuh calon istrinya yang sudah tak bernyawa ke dalam mobil. Salwa tak punya pilihan lain selain pergi ke mobilnya sendiri. Ia segera tancap gas, ia takut! Bukan bermaksud menjadi pengecut, tapi Salwa butuh ayahnya. Mungkin ayahnya bisa membantunya keluar dari masalah ini. Namun, setibanya di rumah, Salwa disajikan pemandangan menyedihkan saat ayahnya berlutut di hadapan beberapa orang berpakaian seragam layaknya bodyguard. "Ayah ..." Lelaki yang dipanggil ayah itu menoleh, terlihatlah Salwa yang basah dengan beberapa noda darah di baju dan tubuhnya. "Salwa ... maaf, kita jatuh miskin." Salwa menutup mulutnya, apalagi ini?! Ia baru saja mengalami musibah dan sekarang ia harus mendengar hal semacam ini. Ayahnya bangkrut dan siapa lelaki-lelaki berbadan kekar itu? "Ayah berhutang pada keluarga Mahendra, Salwa. Ayah tidak bisa membayarnya." "Ayah ..." "Salwa, Ayah bisa di penjara sekarang juga kalau tidak bisa menggantinya." Salwa terjatuh lemas, menangis terisak. Bukan hanya dia yang akan masuk penjara karena telah menabrak seseorang hingga tewas tetapi ayahnya pun akan mendekam di penjara jika tak bisa melunasi hutang-hutangnya! ****** Ayah, aku baru saja menabrak seseorang hingga tewas." Kalimat itu membuat tuan Subroto menoleh dengan mimik wajah tercengang. Belum cukup hari ini para pengawal keluarga Mahendra menagih hutang dan akan menyita semua hartanya, anak gadisnya mengatakan ia baru saja menghilangkan nyawa orang lain. "Salwa?!" Ayahnya berdiri, dicengkeramnya bahu sang puteri satu-satunya itu. "Maafkan aku, Ayah aku tidak sengaja. Demi Tuhan." Isaknya terdengar memilukan. Para pengawal menatap keduanya sesaat tapi kemudian perhatian mereka teralihkan dengan sebuah panggilan. "Baik Tuan Kaisar, tapi sepertinya Tuan Subroto tidak bisa melunasi hutang kemarin karena puterinya baru saja menabrak seseorang." Wajah pengawal itu kemudian nampak tegang saat ia mendengar titah yang begitu jelas dari lelaki yang sedang berbicara di telepon dengannya. Pengawal itu juga melihat Salwa dengan teliti. "Tuan Subroto, silahkan duduk, tuan kami sedang menuju kemari." "Siapa? Tuan Mahendra?" "Bukan, puteranya yang sudah mengambil alih semua pimpinan. Tuan muda Kaisar Devano Mahendra." Mendengar nama itu, Salwa jadi bergidik ngeri, entah mengapa. Beberapa saat menunggu, Salwa menjadi pusing. Ia ingin sekali menenangkan diri sejenak saja. Tapi masih ada satu tanggungjawabnya yang harus ia tuntaskan yaitu menjelaskan kepada polisi bahwa ia tak sengaja menabrak Safira. "Selamat datang Tuan Kaisar, saya ..." "Aku tidak butuh basa basimu, Tuan Subroto. Anakmu harus membayar kematian calon istriku!" Di tengah rasa pening, Salwa bahkan tak sadar jika lelaki bernama Kaisar itu sudah datang. Dan saat ia mengucapkan kata-kata barusan, Salwa hampir limbung. Itu adalah lelaki yang tadi datang untuk menjemput calon istrinya. Perempuan bernama Safira yang sudah ia tabrak tanpa sengaja. "Salwa??!" Tuan Subroto meminta penjelasan. Salwa menunduk dalam tapi kemudian ia mengangguk perlahan. "Tuan, tolong maafkan Puteri saya." Tuan Subroto berlutut, Salwa segera mendekat ia meminta ayahnya berdiri tak sanggup melihat ayahnya mengiba pada lelaki dingin bernama Kaisar itu. "Calon istriku sudah mati, Tuan! Jenazahnya akan segera dimakamkan. Dia, lari dari tanggungjawab dan aku ingin dia menebusnya!" Kaisar menunjuk wajah Salwa dengan geram. Salwa menunduk lagi, tubuhnya menggigil hebat membayangkan dia akan segera masuk ke penjara. "Kebetulan pula, kau berhutang banyak kepada keluargaku." sambung Kaisar sambil melihat beberapa dokumen yang tergeletak di atas meja. "Tuan, berikan aku waktu untuk melunasinya." "Dengan apa?!" "Tuan, tolong jangan kasar kepada Ayahku!" Salwa yang tadinya hanya bisa menunduk, merasa marah saat ayahnya tak berhenti dibentak. Lelaki bernama Kaisar itu maju selangkah, Salwa segera mundur. Kaisar menatapnya dari atas hingga bawah. "Ayahmu, berhutang kepada keluargaku, dan kau, sudah membunuh calon istriku." "Aku tidak membunuhnya, Tuan. Aku benar-benar tidak sengaja." "Kau sudah membunuhnya!" Suara Kaisar menggelegar. "Tuan maafkan aku, berikan kami waktu untuk melunasi hutang itu dan tolong, tolong maafkan puteriku, dia benar-benar tidak sengaja sudah menabrak calon istrimu." lagi, ayah Salwa memohon kepada Kaisar. "Nyawa yang sudah melayang tidak akan bisa kembali lagi." "Lalu, apa yang bisa saya lakukan, Tuan? Tolong kasihanilah puteri saya." "Beri dia untukku, jadikan dirimu penebus hutang dan penebus nyawa yang sudah kau hilangkan!" Salwa limbung setelah mendengar titah penuh amarah itu. Ayahnya menatap mereka nanar. Kaisar menatap tajam tuan Subroto. "Setelah dia sadar, antar dia ke rumahku! Jangan coba kabur, aku akan menyiapkan banyak orang di bandara juga tempat penyeberangan lainnya. Kabur artinya cari mati," desis Kaisar lalu ia melangkah, pergi dengan segala kebencian yang tersemat kepada Salwa mulai hari ini.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook