bc

Miss Bar-bar - Indonesia

book_age18+
7.9K
FOLLOW
85.8K
READ
dark
possessive
sex
family
love after marriage
pregnant
dominant
boss
royalty/noble
sweet
like
intro-logo
Blurb

[Mature 21+]

***

"Berhenti menatapku seperti itu!" kesal Kirana. Sudah lebih setengah jam ia di kurung di ruangan ini tapi pria sialan yang sedang duduk santai di depannya tidak juga membuka mulut untuk bersuara.

"Oke, kalau lima menit lagi Mas gak juga bersuara, aku akan teriak dari jendela ini biar keluargaku mendengarnya," ancam Kirana sambil beranjak menuju jendela di ruangan tersebut.

Pria itu menghembuskan napas panjang, "Menikahlah dengan Mas."

Tiga kata yang berhasil menghentikan aksi tangan Kirana yang berniat untuk membuka jendela. Kirana berbalik. Bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman. Tatapan matanya lurus membalas tatapan mata sang pria.

"Aku gak mau!" tolak Kirana. Hal tersebut membuat pria di depannya menjambak rambut dengan frustasi.

"Jangan egois, Ana!" bentaknya.

"Aku gak akan menikah dengan pria yang sudah ber-ISTRI!!" sentak Kirana dengan tegas.

chap-preview
Free preview
First Love
Kirana Atmaja. Teman-teman dan sahabatnya biasa memanggilnya Ki. Sedangkan keluarga dan orang-orang di sekitar tempat tinggalnya memanggil Ana. Usianya saat ini 22 tahun. Dia bekerja di salah satu hotel ternama di kotanya. Bukan sebagai karyawan biasa. Bukan pula sebagai pimpinannya. Kirana hidup dengan keluarga yang berada. Ayahnya Antonio Atmaja memiliki latar belakang keturunan darah biru. Antonio merupakan pebisnis handal yang disegani. Ibu Kalista Kusuma juga orang terpandang meski bukan keturunan darah biru seperti ayahnya. Ibunya bekerja sebagai juru memasak atau lebih dikenal dengan nama jaman now, seorang Chef. Chef terkenal, tentu saja. Kirana memiliki dua orang kakak laki-laki, satu kakak perempuan dan satu bocah tengil kesayangan kakak perempuannya. Siapa lagi kalau bukan adik bontotnya yang bernama Kayden Lionil Atmaja. Hidup Kirana awalnya bahagia, memiliki keluarga yang menyayanginya. Teman yang benar-benar tulus berteman dengannya tanpa memandang fisik dan materi seperti kebanyakan orang lainnya. Dan kekasih yang mencintainya. Namun siapa sangka, kisah bahagia yang dijalaninya justru berbalik arah. Kekasih yang dibanggakannya malah berkhianat. Bukan dengan teman atau sahabat seperti kebanyakan cerita di novel. Tapi kekasihnya, Niko Wijaya bermain api dengan kekasih Kayden, adik bungsu Kirana. Perempuan normal manapun akan shock jika mengalami hal tersebut. Butuh beberapa tahun untuk Kirana bisa mengendalikan hatinya setelah hancur berkeping-keping. Dia bersyukur mempunyai lingkungan yang diisi oleh orang-orang penyayang. Setidaknya banyak hal yang bisa dilakukannya untuk dijadikan pelarian sementara dari masalah hidup pelik yang menimpanya. *** Suara ketukan pintu disertai teriakan nyaring di luar sana membuat gadis yang tengah menikmati indahnya alam mimpi memberengut kesal. Berusaha acuh, gadis tersebut malah semakin menenggelamkan kepalanya d bawah bantal. Namun, ketenangannya tidak bertahan lama, karena setelah suara ketukan pintu dan suara teriakan itu menghilang, malah yang terdengar sekarang semakin membuatnya kesal. Dengan mata terpejam, ia berusaha mencari benda pipih yang berhasil merusak tidurnya. Siapa sih yang telepon pagi buta begini, astaga! Gerutunya kesal. "Halo!" bentaknya tanpa melihat nama yang tertera dilayar ponselnya. "Astaga, Ki! Lo masih molor jam segini? Sumpah ya lo! Bener-bener mau digantung Pak Keenan," cecar suara di sebrang sana. "Lo yang mau gue gantung! Ganggu kedamaian gue aja lo. Masih subuh ini," balasnya ogah-ogahan. "Subuh mata lo juling. Lo gak punya jam? Gue tunggu di kantor! Rapat 10 menit lagi dimulai. Buruan!" sambungan telepon pun terputus. Kirana mendengkus sebal. Dengan gerakan malas, ia melirik jam yang tertera di ponselnya. Matanya langsung terbelalak. Sial! Dengan langkah lebarnya Kirana memasuki kamar mandi. Hanya membutuhkan waktu lima menit untuknya bersiap-siap. Tanpa mandi, tentu saja. Hanya mencuci muka dan menggosok gigi. Tidak lupa ia menyemprotkan parfum mahal yang harumnya semerbak ke seluruh tubuhnya. Gak masalah gak mandi. Yang penting tetep wangi, pikirnya. "Pa, Ma, Ana berangkat dulu. Gak sempat salam!" teriaknya saat menjejakkan kaki di undakan tangga terakhir sambil menjinjing high hells berwarna peach kesukaannya, kemudian ia berlari menuju pintu utama tanpa menoleh ke kanan atau ke kiri. "Sarapan dulu, An!" Teriak sang mama dari arah dapur. "Telat, Ma." Kirana berlari kemudian memasuki mobil merah kesayangannya. Jarak rumah dan kantornya memang tidak terlalu jauh. Hanya memakan waktu kurang lebih sepuluh menit. Tapi apa daya jika kalian sudah terlambat begini, waktu sepuluh menit pun terasa satu jam lamanya. Apalagi ini Jakarta. Macet di mana-mana. Mampus gue. Pasti di kasih kultum lagi nih sama si monyet Keenan, batin Kirana. *** Sesampainya di kantor, Kirana bergegas turun dari mobil dan melempar kunci mobilnya ke arah satpam yang sudah siap tanggap untuk menangkap lemparan Kirana. Satpam yang biasa dipanggil dengan Pak Jon itu hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum geli melihat tingkah laku adik dari pimpinannya di perusahaan ini. Memang seperti inilah kebiasaan Kirana jika sudah menyangkut hari Senin. Setengah berlari Kirana akhirnya memasuki lift dengan napas yang tersenggal-senggal. Ia memilih menyandar di dinding lift sambil mengatur napas. Kemudian mencoba menghubungi sang kakak yang tak lain adalah Keenan. Ting! Pintu lift akhirnya terbuka. Dengan segera kaki Kirana melangkah menuju ruang rapat. What the... Dengan kesal Kirana membanting pintu rapat. Astagaaa! Kenapa dia sial sekali? Langkah lebarnya ia arahkan menuju ruangan Keenan. "Gak jadi rapat?" tanyanya saat memasuki ruangan Keenan tanpa mengetuk pintu. Keenan membalas dengan gelengan kepala yang teramat santai, membuat Kirana menggeram kesal. "Kenapa?" tanyanya lagi mencoba bersabar dengan sikap acuh sang kakak. Dan Keenan hanya mengedikkan bahunya tanpa mengeluarkan suara. Dia tetap fokus dengan layar laptop di depan matanya. "Bang!" Pekikan kesal dari bibir Kirana berhasil membuat Keenan mengangkat kepalanya menatap sang adik. "Kamu di pecat." Kirana melongo. Ini lelucon? Abangnya sudah gila? Separah apa salahnya sampai dipecat secara tiba-tiba begini. Hampir saja segala bentuk caci maki keluar dari mulut cantiknya namun tertahan saat Keenan melanjutkan kembali kalimatnya. "Niko lagi butuh manajer untuk mengelola hotelnya di Bandung." Kirana yang mendengar nama laki-laki yang pernah singgah dihatinya itu mendengkus kesal. Niko? Manajer? Yang benar saja. Apa hubungannya sama gue, Bang! Jeritnya dalam hati. "Dan dia maunya kamu yang jadi manajer di sana," lanjut Keenan membuat Kirana terbelalak. "What the f**k!" umpatnya yang membuat Keenan terkekeh kecil. Keenan dan Niko memang bersahabat sejak kecil. Mulai dari rumah yang berseberangan, satu sekolah dasar, satu SMP dan satu SMA. Hingga satu universitas, bahkan dengan jurusan yang sama. Benar-benar friendship goals banget. "Mon(ster)day!" teriak Kirana frustasi sambil melangkahkan kakinya menuju sofa kemudian berbaring di sana. *** Kirana memasuki rumahnya saat waktu menunjukkan pukul lima sore. Setelah merenungkan hari-hari buruk yang akan ia lalui ke depannya saat bekerja satu hotel dengan Niko benar-benar membuatnya pusing tujuh keliling. "Tumben anak Mama kusut gini mukanya." Sapaan pertama dari mulut Kalista malah membuat Kirana menekuk wajahnya. "Bang Keen nyebelin, Ma," adunya menghampiri Kalista yang sedang duduk santai diruang keluarga sambil menonton acara memasak di televisi. "Kenapa lagi abangmu itu, Dek?" tamya Kalista sambil mengelus lembut rambut gelombang Kirana saat anak gadisnya itu menyandarkan kepala di bahu sang mama. "Masa aku dipecat sih, Ma," kesalnya. "Loh? Kenapa? Kamu bikin salah apa sama abang?" Kalista penasaran dengan alasan anak keduanya sampai memecat adiknya sendiri. Kirana menggeleng di bahu sang mama. Kemudian ia duduk tegak sambil menghadapkan tubuhnya ke Kalista. "Aku disuruh jadi manajer di hotelnya Niko. Gila gak tuh Bang Keen," ucapnya cemberut. Kalista terkekeh, "Bagus dong, Sayang. Itu tandanya kamu bisa bebas dari kekangan abangmu," ucap sang mama yang memang ada benarnya. Tapi bukan itu masalahnya. Kirana belum siap bertemu lagi dengan Niko setelah empat tahun mencoba meredam rasa yang pernah timbul di hatinya. "Tapi aku gak pernah ketemu lagi sama Niko, Ma. Pasti canggung gitu rasanya." Kirana memang selalu terbuka dengan Kalista. Setiap apa yang ia rasakan, pasti akan ia bagi dengan sang Mama, termasuk perasaannya kepada Niko, dulu. Tidak hanya Kirana, semua kakak-kakaknya juga begitu. Mereka di didik begitu agar tidak terbiasa menyimpan masalah sendiri-sendiri dan menyebabkan terjadinya sesuatu hal yang tidak di inginkan. "Kamu masih ada rasa sama Niko?" pertanyaan sang mama sontak membuat Kirana memandangnya dengan tatapan sendu bercampur kecewa. "Ana gak tahu, Ma. Ana cuma belum siap aja ketemu dia lagi. Takut jatuh ke rasa yang sama, mungkin." Kalista memahami bagaimana perasaan anak gadisnya saat ini. Karena ia juga pernah muda dan merasakan hal yang sama seperti Kirana. Jatuh cinta. Apalagi laki-laki itu adalah orang terlama yang menjalin hubungan dengannya. Tidak akan mudah untuk melupakan semua yang pernah dilewati bersama. Apalagi kenangan manisnya. "Udah, gak usah dipikirin sampai begini. Sekarang kamu mandi, biar mama siapin makanan, kamu pasti lapar," Kalista mengusap lengan anak gadisnya dan di balas anggukan kecil oleh Kiran. Kenapa lo balik lagi sih, Nik? Di saat gue udah susah payah buat lupain elo! Gue benci perasaan seperti ini. Jujur, rasa sayang gue masih ada buat lo. Meski gak sebesar dulu. The first love, bastard!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dosen Killer itu Suamiku

read
310.8K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

Mendadak Jadi Istri CEO

read
1.6M
bc

Love Match (Indonesia)

read
172.8K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

My Husband My Step Brother

read
54.8K
bc

I Love You Dad

read
282.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook