bc

IS SHE REALLY PREGNANT?

book_age0+
2.1K
FOLLOW
41.5K
READ
age gap
goodgirl
omega
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

Apakah kalian pernah membayangkan seluruh kegiatanmu selalu diikuti para paparazzi? Apakah kalian pernah membayangkan bahkan ketika kau makan ice cream di pinggir jalan dan menemukan artikelmu di dalam majalah remaja? Kalian pasti senang karena jadi terkenal. Well, Lilo Dommer tidak senang! Mungkin para pemburu itu akan muncul di kamarnya dan berteriak, "Ci luk ba!" di saat Lilo sedang berloncatan di ranjang karena streaming konser BTS di laptopnya!

Menjadi putri dari Walikota Berlin, membuat segala kegiatan Lilo diliput. Lilo harus tersenyum, tidak boleh berjongkok di jalan, bahkan tidak boleh sembarangan mengupil. Kalau tidak ayah dan ibunya akan malu. Tidak! Lilo ingin kabur. Jadi, bagaimana dong? Sebuah akal gila-gilaan muncul di otak Lilo ketika usai meniup lilin ulangtahun ke 16. Dia mengaku dirinya hamil pada sang ayah ketika pesta usai, disaksikan sekretaris ayahnya yang nyaris pingsan, syok memikirkan bagaimana cara memberitahu ibunya.

Kurt Dahlheimer terbangun di tengah malam oleh panggilan atasannya, diminta untuk berkemas dan segera ke rumah Walikota. Pria berwajah masam itu merupakan salah satu bodyguard yang ditugaskan untuk keluarga Dommer. Dari sekian banyak daftar bodyguard yang ditawarkan kepala bodyguard, Kurt menjadi nomor teratas sebagai penjaga putri walikota yang berusia 16 tahun, yang menjadi top secret di kalangan bodyguard, bahwa gadis remaja itu sedang hamil. Kurt diminta menjaga Lilo Dommer selama masa kehamilannya yang disembunyikan oleh dunia luar, dengan alasan gadis itu menerima beasiswa di luar negeri selama setahun penuh.

Masalahnya, Kurt tidak percaya kalau Lilo sedang hamil!

chap-preview
Free preview
EINS (SATU)
3 hari sebelumnya. "Ciit!!" Sebuah Audi berwarna pink tampak berhenti tepat di depan gerbang Berlin British School, diam sejenak dengan mesinnya yang tanpa suara. Dua mobil sedan hitam lainnya berhenti tepat di depan dan belakang audi pink tersebut. Tampak pintu-pintu dari dua sedan hitam itu terbuka dan keluarlah empat pria muda berpakaian hitam, lengkap dengan kacamata hitam dan alat komunikasi yang tergantung di telinga masing-masing. Jika ditotalkan maka ada delapan pria berpakaian seperti itu berdiri di sekitar audi pink itu dan salah satu dari mereka membuka pintu mobil mungil tersebut. "Silakan, Nona Lilo." Pria muda berkacamata hitam itu membentang pintu mobil, memberi jarak agar sang pemilik mobil keluar dari tempatnya, berdiri tegak dengan sebelah tangan memegang daun pintu mobil sementara pria-pria lainnya berdiri mengitari audi pink dengan posisi sama, siaga dengan punggung tegak. Seorang gadis remaja keluar dari mobil dengan pakaian sekolahnya yang berwarna putih dan rok lipitnya yang manis. Kulitnya putih dan sepasang pipinya meranum merah muda ketika terkena sinar matahari pagi. Angin lembut menyapu ujung rambut panjangnya yang berwarna pirang dan sepasang bibirnya yang berwarna pink melebar dalam senyum lucu ketika menjawab salah satu bodyguard yang bertugas mengekor hidupnya sepanjang hari. "Danke, Alois." Lilo menarik tas punggungnya dan mendapati talinya tersangkut pada sudut pintu tepat ketika benda itu tertutup. "Opss!" ia meringis melihat tangan Alois menahan pintu mobil dan melepaskan tali tasnya yang tersangkut. Lilo yakin tangan itu pasti nyeri ketika terjepit daun pintu mobil demi tali tas sekolahnya. "Tanganmu baik-baik saja?" Bodyguard bernama Alois itu segera menyembunyikan tangannya di balik punggung, menjawab sang nona dengan nada suara keren. "Tidak masalah, Nona. Silakan masuk ke kelas anda. Berg akan mengawal anda hingga ke kelas." Lilo meringis dan mencoba melongok ke balik punggung Alois. "Kau yakin jari-jarimu tidak patah?" pandangannya terhalang oleh tubuh Alois yang bergeser. "Ini bukan masalah besar. Silakan nona." Lilo menaikkan alisnya dan memberikan kunci mobilnya pada bodyguard lainnya. "Baiklah. Selamat tinggal!" kedua kakinya melangkah lincah menuju halaman sekolah, mendekati tangga sekolah diikuti dua bodyguard lainnya sementara ia melihat kilatan cahaya kamera yang mengarah padanya dari balik jeruji pagar sekolah. Bagai sudah menjadi kebiasaan, Lilo akan menghadap kamera para paparazzi yang tak pernah bosan menjempret kegiatannya sepanjang hari, bersyukur ketika ia pup, tak ada yang menerobos memasuki toiletnya. Sambil memiringkan kepalanya, Lilo tersenyum lebar sebelum berlari memasuki lobi sekolah, disambut oleh teman-temannya. Keberadaan dua bodyguard yang berada di belakang Lilo sudah menjadi pemandangan biasa bagi penghuni sekolah. Lilo selalu dibuntuti bodyguard ketika menuju kelas, makan di kantin dan juga saat praktikum. Tak jarang, Lilo akan melotot ketika ia akan memasuki toilet siswa dan men in black itu akan berjaga di depan pintu. "Nasib menjadi puteri dari seorang walikota." Salah satu teman Lilo menggoda dan tanpa sengaja menepuk bahu Lilo. Maka salah satu bodyguard secepat kilat berada di sisi Lilo, menarik sang nona dan bertanya cepat, "Anda baik-baik saja, Nona?" si bodyguard memang bertanya pada Lio tapi matanya menukik tajam pada teman Lilo. Lilo memutar bola mata. "Yeah, inilah nasib menjadi putri dari seorang walikota." Sementara itu, di luar dari gedung sekolah, Alois tampak melepas kacamata dan mengurut telapak tangannya yang nyeri karena terjepit pintu mobil milik Lilo. Temannya mendekat dan bertanya lirih. "Sepertinya kau harus memeriksakan tanganmu ke dokter, bung." Alois menggembungkan pipinya, "Anak itu sengaja." Terdengar tawa kecil beberapa teman bodyguard yang berada tak jauh darinya. Setengah lusin dari bodyguard yang menjaga Lilo Dommer kerap kali mendapatkan "kecelakaan" yang diciptakan sang nona di setiap kesempatan, seakan itulah cara Lilo memberontak prihal penjagaan ketat atas dirinya sepanjang waktu. Suara gemerisik pada alat komunikasi mereka mengentak pendengaran mereka yang berjaga di parkiran. Pria berambut pirang menekan tombol yang melekat di telinganya dan menjawab suara kepanikan temannya. "Ada apa?" "Nona Lilo kabur! Baru saja dia kulihat keluar dari kelas terakhirnya! Dan sekarang dia lenyap!" "Ya Tuhan! sudah kukatakan jangan pernah lengah menjaga gadis itu!" Kini suara pria lainnya yang menjawab. "Aku akan ke tempat kalian. Salah satu dari kalian membawa mobil nona!" Mereka semua bergerak memasuki mobil, menekan GPS masing-masing ponsel untuk melacak keberadaan sang nona yang kabur. Satu dari mereka mengirim pesan darurat kepada Kepala Bodyguard mereka yang berada di gedung walikota. SOS. Nona Lilo kabur lagi. SOS. Pesan itu mengudara cepat di kalangan barisan bodyguard Walikota, tak hanya pada Kepala Bodyguard saja. Seperti ada jaringan khusus tiap kali sang nona kabur dari penjagaan hingga seluruh bodyguard yang bertugas menjaga keluarganya dapat menerima pesan darurat itu. Dan sebelum sang walikota dan isterinya menyadari sang nona kabur, para bodyguard itu akan saling bekerja sama mencari jejak Lilo Dommer di seluruh Berlin. Nikolaus Eberwein menerima pesan darurat itu tepat di saat ia sedang berjaga di depan ruang pertemuan Walikota bersama bodyguard inti lainnya, menghela napas dan melihat ponselnya. Tampak di layar membentang peta kota Berlin, yang di tiap sudutnya berada titik-titik merah keberadaan anak buahnya yang menyebar di kota untuk mencari Lilo. Nikolaus menekan batang hidungnya, berpikir keras akan pola kabur Lilo kali ini. Jika kemarin Lilo ditemukan di kawasan Gerbang Brandenburg,- melongo menatap gerbang dengan 12 pilar Doric beratap patung dewi klasik dengan earphone di telinga-, dua hari sebelumnya gadis itu berada di Potsdamer Platz –sebuah lapangan kota dan persimpangan jalan penting kota Berlin- tidur duduk di bawah pohon rindang-, maka kali ini gadis itu menghilang ke mana lagi? Lilo paling ahli menghilang satu-dua jam dari pandangan bodyguard, membuat semuanya kalang kabut di sepanjang kota, mengubek-ubek tiap sudut kota untuk mencarinya. Tak hanya itu, terkadang ada dua atau tiga paparazzi yang berhasil mengendus kehilangan sementara sang nona dan berhasil dibungkam dengan ancaman jika membocorkan berita tersebut. Nikolaus mendapatkan lagi pesan dari salah satu bodyguard, Lilo masih belum ditemukan sementara paparazzi berada di belakang mereka. Nikolaus ingin mengumpat dan hanya berpikir satu orang yang bisa memecahkan keberadaan Lilo meskipun orang itu berada di toilet sekalipun. Sayangnya, orang itu kini sedang berada di gedung lain di kota Berlin bersama lusinan bodyguard lainnya dalam pekerjaannya menjaga Nyonya Walikota di pertemuan bersama beberapa wanita penting dunia. Ia sudah berjanji akan memberikan orang itu libur sehari penuh jika bertugas lembur dan takkan meminta orang itu membuka jaringan rahasia ponselnya untuk mencari sang nona yang gemar kabur. Tapi Nikolaus tak bisa melepaskan kewaspadaan pada tugasnya menjaga Walikota. Maka dengan mendesah, Nikolaus menekan nomor ponsel orang itu. Satu umpatan terlontar dari mulut Nikolaus ketika pada dering kesekian, panggilannya belum juga diterima. Ketika ia mendengar suara malas yang menjadi ciri khas orang itu, Nikolaus menyemburkan nada tak sabarnya. "Dahlheimer! Atasanmu menelpon dan kau membiarkannya selama dua kali panggilan?" "Sorry. Ponselku dalam mode getar." "Apakah di sana suasana aman?" "Sehr sicher. Sangat aman." "Oke, pergilah ke suatu tempat yang sepi. Buka jaringan khusus ponselmu..." Belum Nikolaus menyelesaikan perintahnya, dia bisa mendengar embusan keras di seberang. "Kabur lagi?Tak bisakah satu hari saja anak itu tidak menghilang dari semua cecunguk itu?" Nikolaus menyeringai mendengar gerutuan Kurt Dahlheimer. Lelaki itu tidak berada dalam barisan penjaga Lilo Dommer, Nikolaus menjauhkan lelaki itu dari Lilo mengingat tampang sangar yang melengkapi diri Kurt. Lilo adalah remaja lincah yang terkadang membutuhkan penjaga yang cukup fleksibel meski ternyata mereka sukses dibodohi oleh Lilo. Setidaknya, Lilo cukup bergembira atas kebodohan para bodyguardnya itu, pikir Nikolaus dalam hati. "Tolong cari dia. Temukan titik keberadaan Nona Lilo di seluruh kota. Jika kau sudah menemukan dia, sebar melalui pesan darurat..." "Dia ada di Alexanderplatz, tepat di tepi sungai Spree. Dia cuma berputar-putar di sekitar itu." Suara malas Kurt membuat Nikolaus melongo. Dari beberapa menit berlalu, mereka pontang panting mencari Lilo sementara Kurt hanya butuh beberapa detik untuk menemukan Lilo. Nikolaus berutang naik pangkat untuk Kurt Dahlheimer! "Kau serius sudah menemukannya? Bukankah kau sedang berbicara padaku?" "Ponselku lebih dari satu dan lebih canggih dari yang kau bagi secara massal ha ha ha." Tawa di seberang terdengar pongah. "Bukankah sudah sepakat bahwa di semua sepatu Nona Lilo selalu terpasang alat pelacak? Kau perlu mengganti 8 orang bawahanmu itu. Bye." Ya, Nikolaus harus mengganti 8 pria yang menjaga Lilo Dommer secepatnya. Kabur selalu menjadi agenda wajib Lilo hampir setiap hari. Lilo ingin menjadi remaja biasa meski hanya 1-2 jam saja tanpa setengah lusin bodyguard dan jepretan kamera paparazzi. Menjadi putri dari seorang walikota, membuat sejak kecil Lilo menerima kondisi dirinya yang menjadi konsumsi publik. Dulu, ayahnya yang merupakan ketua senat saja sudah menjadikan hidup keluarganya asupan bagi semua berita gosip. Apa yang dikenakan sang nyonya senat dan putrinya selalu menjadi sorotan tabloid-tabloid, tak jarang ketika Lilo menguap saja, gambarnya akan muncul di kolom artikel majalah remaja. Saat ayahnya menjabat sebagai Walikota, maka sedikit sekali bagi Lilo memiliki privasi dalam hidupnya. Jika dulu hanya ada dua bodyguard, sekarang hampir sepanjang hari Lilo melihat men in black di depan matanya. Hidup Lilo sangat mewah dari remaja pada umumnya. Bahkan di acara ulang tahunnya yang ke 16 nanti, ibunya sudah berjanji akan memberikan mobil baru bagi Lilo. Sayangnya, Lilo menyayangi si pinkie, Audi pink yang sudah dimilikinya sejak usia 14. Lilo mempunyai kartu khusus untuk jatah jajannya, memuaskan hobinya mengoleksi pernak pernik berbau pink dan tiket konser grup band Korea kesukaannya. Pakaian Lilo dari merk perancang dunia dan kehidupannya membuat gadis remaja lainnya iri. Melihat wajahnya terpampang di majalah remaja, berada di acara-acara keren dan kamar tidur seindah milik Barbie. Tapi Lilo tidak suka akan segala kemewahan itu. ia ingin seperti remaja pada umumnya, tertawa keras di pinggir jalan, bergandengan tangan dengan teman-temannya dan makan malam bersama ayah dan ibu di meja makan bahkan hanya dengan menu sederhana sekalipun. Lilo hampir tak pernah merasakan itu. Ayah dan ibunya terlalu sibuk dengan aktivitas mereka dan Lilo dikelilingi lusinan pembantu yang selalu siap melayaninya, bodyguard yang bersedia dibodohinya, dan makan sendirian di ruang makan luas dengan semua menu mewah tiap harinya. Itu membosankan! Urgh. Kini berjalan santai di antara para pengunjung Alexanderplatz sore itu membuat Lilo senang. Tak ada penjaga dan paparazzi, meski ia tahu itu hanya sementara. 8 bodyguardnya pasti sudah menyebarkan pesan darurat ke seluruh jajaran bodyguard terutama pada Paman Nikolaus. Maka sebelum dia ditemukan, Lilo berputaran di area itu, membeli gulali di salah satu toko kecil dan ice cream, menikmati kenyataan bahwa tak ada satupun yang mengenali wajahnya. Lilo sangat pintar untuk tidak menggunakan ponselnya untuk berfoto, ia mematikan benda itu hingga publisisnya tidak bisa melacaknya. Oh, bahkan ketika Lilo ingin mengupdate ** saja harus melalui pemeriksaan sang publisis. Terbayang sangat membosankan sekali! Lilo melihat aliran sungai Spree saat ia menerima sinar blitz yang menyerangnya. Tak cukup sekali, berkali-kali dia mendapatkan jepretan kamera paparazzi yang berhasil menemukannya. Ia mengembuskan napasnya, menelan habis gulalinya dan bersiap akan mendengar seruan lantang suara-suara pria yang berlari ke arahnya. "Fräulein Lilo!" Itu suara bodyguardnya, salah satu yang berambut pirang. (Nona Lilo) Here we go! Lilo melempar tangkai gulali ke dalam tong sampah, membalikkan tubuhnya menghadapi semua kamera yang mengarah padanya, meringis pada para pengunjung Alexanderpatz yang segera menyadari keberadaan sang putri walikota. Menyebalkan! Punggung-punggung lebar menghalangi Lilo dari semua sinar kamera, sebagian dari pemilik punggung itu menghalau paparazzi dan sebagian lainnya membimbing Lilo menuju mobil yang sudah menanti. Lilo duduk diam di bangku belakang, menatap ke luar jendela mobil dengan pandangan kesal setengah mati. "Jangan kabur lagi, Fräulein." Itu suara Alois. "Anda akan selalu dapat ditemukan." Lilo melotot pada Alois tapi dia sama sekali tidak membantah kenyataan di mana dia selalu berhasil ditemukan. Bersembunyi di lubang semutpun dia akan selalu ditemukan. Bagaimana caranya Lilo bisa menemukan tempat persembunyian yang tak terjamah oleh siapapun? Lilo ingin kabur dari situasi memuakkan di sekitarnya. Ia ingin bersembunyi tanpa bodyguard, kamera dan senyum-senyum palsu teman-temannya serta perlakuan istimewa di manapun dia berada. Sumpah, Lilo bahkan ingin kentut dengan suara keras dan menikmati tawa keras bersama teman-teman sesungguhnya, mengupil dan berlompatan di ranjang saat streaming BTS, tanpa cemas kamera tersembunyi dari paparazzi yang gigih muncul di kaca jendela kamarnya. Ide apa saja, tolonglah muncul sebelum pesta ulangtahunku yang ke 16! Lilo mengeluarkan ponselnya, menghidupkan benda itu dan sengaja selfie dengan kamera instagramnya dengan caption "Bored." Dan seketika keterangan itu diganti dengan kalimat manis "Hari ini menyenangkan meski pelajaranku membuat pikiranku kusut." Bahkan ada emoticon imut di sana. Publisis Lilo yang merupakan sekretaris ayahnya melakukan tugasnya dengan sempurna. Ya Tuhan! Lilo meletakkan kepalanya ke sandaran kursi, mengerang keras dan menatap wajah serius bodyguardnya. "Maukah kalian melemparku ke bulan?" "Kau akan melayang-layang di sana, Fräulein." "Biar saja." "Banyak lubang dan kau bisa terjeblos ke dalamnya." "Kalian tidak asyik!" Kurt menatap rekaman dari hasil kamera tersembunyi dari mobil yang membawa Lilo kembali ke rumah. Ia akan mengirim rekaman itu pada Nikolaus seperti yang diperintahkan lelaki itu padanya. Nikolaus harus menaikkan gaji Kurt mengingat usaha keras Kurt tiap kali diperintah untuk menemukan jejak keberadaan Lilo Dommer yang bandel. Anak itu berhasil ditemukan dan Kurt bersyukur bukan dia yang berada di dalam barisan bodyguard yang menjaga gadis remaja bandel itu. Dia bahkan melihat dan mendengar "kecelakaan" kecil yang kerap kali terjadi dalam penjagaan Lilo. Para bodyguard sepakat bahwa "kecelakaan" adalah hasil dari otak nakal Lilo pada para bodyguardnya. Kurt berdecak kecil dan menelpon Nikolaus setelah mengirim rekaman keberadaan Lilo yang aman di dalam mobil. "Sudah aman. Anak itu sedang menuju rumah. Frau Dommer tidak tahu." (Nyonya Dommer) ia diam sejenak mendengar jawaban Nikolaus. Dengan wajah datarnya, Kurt melanjutkan pembicaraannya. "Naikkan gajiku dan berikan aku dua hari penuh untuk bersantai. Aku tak mau masuk dalam barisan penjagaan ketat di ulangtahun Nona Lilo." Kurt menutup pembicaraan dengan kalimat, "Bis Später ! – Sampai nanti !" Ia menatap ponselnya dan mengedikkan bahunya. Siapa yang mau menjaga Lilo Dommer yang gemar kabur? Siapa yang tahu apa yang akan dilakukan gadis itu saat pesta? Kurt bernapas lega dia termasuk ke dalam bodyguard elit yang tak perlu menjaga gadis remaja yang memiliki segudang akal muslihat di otaknya. Ah, dia menanti hari liburnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.8K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.8K
bc

Mrs. Rivera

read
45.2K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.0K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.8K
bc

Bukan Ibu Pengganti

read
525.6K
bc

CEO Pengganti

read
71.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook