bc

Double L

book_age18+
47
FOLLOW
1K
READ
possessive
mate
goodgirl
brave
sweet
mxb
icy
city
like
intro-logo
Blurb

Aleana Pratiwi, gadis manis, cantik, dan periang. Lea mempunyai tipe ideal laki-laki yang ingin dia ajak untuk hidup dan menua bersama.

Tipe idealnya tak pernah berubah sejak dari dalam kandungan sampai sekarang menjadi orang dewasa. Laki-laki yang ingin Lea ajak untuk menua bersama adalah laki-laki yang hangat, ramah, baik tutur katanya, perhatian, dan yang pasti dapat membuatnya nyaman.

Bekerja di perusahaan yang bagus, membuatnya bertemu dengan orang-orang yang hebat. Di sana juga, dia juga bertemu dengan Leo Angkasa Bintang yang berstatus sebagai atasannya, laki-laki yang memiliki sifat lebih dingin dari Kutub Utara.

Teman-teman kantornya menyukai dan membenci Leo di saat yang bersamaan. Hanya Lea satu-satunya yang tidak tertarik pada Leo, dan tak tertarik pada wajah tampan lelaki itu.

Benci jadi cinta. Itulah yang Lea rasakan.

Tipe ideal laki-lakinya berubah 360°, dari yang hangat dan ramah berubah haluan pada laki-laki dingin dan ketus. Pergantian perasaan dari hangat ke dingin membuatnya mengalami sakit dan patah hati beberapa kali. Tekadnya semakin kuat untuk meluluhkan Leo dan memiliki lelaki dingin itu. Lalu, mampukah Lea meluluhkan hatinya Leo? Layaknya Kutub Utara yang semakin mencair karena hangatnya mentari.

chap-preview
Free preview
1 - Leo Angkasa Bintang
Seperti biasanya, setiap pagi jalanan ibu kota selalu dipadati oleh para pejuang rupiah. Asap dari berbagai macam kendaraan membuat udara semakin pengap. Baju yang sedari rumah wangi, hanya dalam hitungan menit saja sudah bau apek. "Aduh, bau banget ini," gumam Lea sambil mengendus-endus pakaiannya yang sudah bau segala macem. Gadis cantik itu berjalan masuk menuju gedung pencakar langit, tempat kerja barunya. Sudah hampir empat bulan Lea bekerja di Livia Furniture, perusahaan furniture terbesar di Indonesia. Lea bergegas masuk ke dalam perusahaan. Tempat tujuannya saat ini adalah toilet, karena Lea ingin merapihkan penampilannya yang sudah dapat dipastikan berantakan akibat desak-desakan di dalam bus tadi. "Uh, berantakan banget!" gumam Lea sambil menatap dirinya dari pantulan cermin. Rambutnya yang sudah acak-acakan, riasannya yang sedikit luntur akibat keringat, belum lagi pakaiannya yang sedikit kusut dan juga bau apek. Nano-nano pokoknya! Ritual Lea setiap pagi setibanya di kantor adalah, pergi ke toilet. Merapihkan pakaian, rambut, riasan dan tak lupa Lea menyemprotkan minyak wangi di beberapa bagian tubuhnya. Kembali menatap pantulan dirinya dari cermin, dan satu kata keluar dari mulutnya. "Perfect!" Merasa penampilannya sudah sempurna Lea bergegas keluar dari toilet dan masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke lantai 5, di mana dirinya bekerja. Senyumannya langsung mengembang, kala lift yang ia naiki sudah tiba di lantai 5. Matanya langsung melihat ke arah teman-temannya yang sudah datang dari tadi. "Weh, si Lea baru datang!" ucap Prass sambil nyengir kuda. "Sambut dengan meriah, dong," gurau Lea sambil menyimpan tas di atas meja kerjanya. "Udah sarapan?" tanya Eka, lelaki yang sudah hampir satu bulan ini mencoba untuk mendekati Lea. "Udah, aku sarapan di rumah," sahut Lea sambil tersenyum canggung. "Oh, gitu? Aku kira belum." "Iya, maaf, ya." "Santai aja kali, kayak sama siapa aja." Eka kembali ke meja kerjanya, dan Lea pun mulai menatap layar monitor yang ada di depannya padahal jam kerja belum mulai. Inggit, teman dekat Lea langsung menarik kursi untuk mendekat ke arah Lea. Kebetulan meja kerja mereka dekat, sehingga sering kali ngobrol ngalor-ngidul di saat jam kerja berlangsung. "Le," panggil Inggit setengah berbisik. "He'em, apaan?" sahut Lea dengan mata masih fokus menatap layar monitor. "Kenapa tiap kali si Eka ngajak makan, atau jalan selalu kamu tolak?" tanya Inggit penasaran. Pertanyaan Inggit mampu membuat Lea menyudahi agenda menatap monitornya. Ditatapnya Inggit, gadis yang 1 tahun lebih tua darinya. "Karena aku ga suka sama dia," bisik Lea hati-hati, karena takut ucapannya terdengar langsung oleh Eka. "Kenapa? Padahal dia ganteng, baik, tajir, perhatian, hangat. Tipe ideal kamu, lho, Le!" Inggit gemas sendiri. "Tapi, ada satu hal yang bikin aku ga mau sama dia." Lea akhirnya berterus terang. "Apaan?" tanya Inggit penasaran, tubuhnya semakin ia dekatkan pada Lea, demi mendapatkan jawaban yang memuaskan. "Dia ga bisa bikin aku nyaman," jujur Lea. Tanpa berpikir panjang, Inggit langsung menepuk Lea dengan cukup kencang sampai yang ditepuk mengaduh kesakitan. Dengan tanpa tau malunya, tadi nabok sekarang Inggit nyubit pipinya Lea. Sekali lagi Lea mengaduh kesakitan, tadi lengan sekarang pipi yang jadi korban. "Sakit, ihh!" keluh Lea sambil mengusap-usap lengan dan pipinya. "Kok kamu dengan bodohnya bilang ga nyaman sama dia?" Inggit mulai kesal. "Ya ga nyaman aja gitu. Tiap dia ngajakin makan atau apalah gitu." "Le, kamu udah kenal Eka berapa lama?" tanya Inggit gemas. "Em ... kira-kira tiga bulan?" jawab Lea sambil mengingat-ingat kapan dia mulai kenal Eka. "Itu, tiga bulan itu emangnya cukup buat tau karakter seseorang? Buat tau kalau dia itu baik atau nggak, bisa bikin nyaman atau nggak? Dan yang lebih penting, kamu juga ga pernah respon dia, ga pernah ngobrol atau sekedar makan bareng. Kalo gitu, kamu tau dia bisa bikin nyaman apa nggak nya dari mana, Lea yang cantik dan baik tapi sombongnya kebangetan?" Inggit mulai gemas setengah mati. Lea yang Inggit tau, gadis cantik yang punya tipe ideal yang katanya nggak pernah berubah sejak dari dalam kandungan hingga sekarang. Tapi, kalau soal pengalaman asmara, Lea nol besar. Selama kenal baik dengan Lea, Inggit tak pernah sekali pun gadis itu dekat dengan laki-laki, jalan dengan laki-laki, atau sekedar kirim pesan dengan laki-laki. Inggit hanya tau, kalau Lea hanya dekat dengan satu laki-laki, Kiano. Kiano adalah kakak laki-laki Lea, yang punya wajah super ganteng, dan juga sikapnya yang baik. Buronan emak-emak komplek yang pengen punya mantu segala bisa, dan tipe-tipe calon suami idaman. Tapi sayangnya Kiano sudah punya pacar, dan hal ini membuat Inggit patah hati. "Ya kalo ga nyaman gimana? Ga mungkin dipaksa, kan?" Lea masih membela diri. "Mungkin bukan ga nyaman, tapi lebih tepat kamu ga suka sama dia. Bohong kalo dia ga bikin kamu nyaman, apalagi sifatnya yang selembut pantatt bayi, Le." Lea tampak berpikir, apakah dia tak nyaman dengan Eka atau memang dia tak menyukainya. Entahlah, yang pasti Lea kurang srek kalo sama Eka. Ga tau gara-gara apa, karena gadis itu memang kurang peka terhadap perasannya. Obrolan keduanya selesai, saat waktunya kerja sudah tiba. Semuanya sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, saking fokusnya sampai-sampai tak ada suara apapun selain suara keyboard yang diketik oleh para karyawan. Mata Lea mulai terasa berat, efek semalaman begadang nonton drakor. Padahal udah tau besok kerja, tapi tetep ngeyel nonton. Lea bergegas bangkit dan berjalan menuju pantry. Sepertinya secangkir kopi dapat menghalau rasa kantuknya. Saat sedang membuat kopi, Lea melihat managernya sedang memandu seorang lelaki yang ... cukup tampan? Setelan jas berwarna navy membungkus tubuh lelaki asing itu. Selesai membuat kopi, Lea bergegas kembali ke mejanya. Waktu berlalu dengan cepat, waktu makan siang pun tiba. Lea, Inggit, Prass dan Eka memilih untuk makan siang di kantin kantor. Lea mau makan bareng dengan Eka, ada asalnya. Asal, makannya bukan berdua aja, tapi rame-rame gini. Kalau rame-rame begini, Lea pun tak masalah. Tapi kalau hanya berdua, yang ada Eka hanya akan mendapatkan penolakan yang diberikan oleh Lea. "Tau ga?" Siang itu Inggit memulai sesi gosipnya. "Ga tau, kan kamu belum ngasih tau," sahut Prass asal dan di angguki oleh Lea dan Eka. "Kalian itu emang ngeselin, ya!" Inggit pura-pura marah. "Ada apaan? Ada gosip baru?" tanya Lea penasaran. "Iya, aku punya breaking news!" ucap Inggit penuh dengan semangat. "Buruan deh, mau ngasih tau apaan, deh?" Prass yang mulai tak sabaran, meminta Inggit untuk cepat-cepat bercerita. "Jadi gini, tadi gue dapet kabar. Katanya, bakalan ada manager baru!" seru Inggit semangat. "Cuma manager aja sampe ribut begini!" cibir Prass. "Ah, Lu mah ngeselin! Pergi sono!" usir Inggit mulai naik darah. Lea dan Eka hanya tersenyum tipis, mereka hanya jadi penonton. Kalau adu mulut antara Inggit dan Prass tak ada tanda-tanda akan usai, justru makin parah. Mereka baru akan bertindak memisahkan mereka. Bahaya kalau dibiarkan, bisa-bisa kantor tempat mereka bekerja roboh gara-gara mereka. "Pasti managernya ganteng, kan? Kalau nggak ganteng, nggak mungkin kamu sampe berisik begini," tebak Eka dan tepat sasaran. Inggit menjentikkan jarinya, membenarkan tebakan Eka. "Iya, dia ganteng bangettt! Tadi aku liat dia pake setelan jas warna navy," jelas Inggit. Setelan jas berwarna navy? Laki-laki yang tadi, kah? "Namanya, Leo Angkasa Bintang."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
93.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook