bc

Bahagia (Bukan) Milik Kita

book_age16+
853
FOLLOW
3.2K
READ
possessive
family
goodgirl
drama
sweet
bxg
city
office/work place
first love
friends
like
intro-logo
Blurb

Indira dan Bastian adalah sepasang kekasih yang tengah merencanakan pernikahan mereka, namun semua itu harus kandas karena kesalahan besar yang di lakukan oleh Bastian. Indira membatalkan semuanya dan memilih untuk pergi dari hidup Bastian.

Kepergian Indira membawanya bertemu dengan Giandra Nareswara, laki-laki yang begitu sederhana namun dapat mencuri perhatiannya. Sampai akhirnya Indira dan Nares saling mengenal dan menjalin hubungan.

Bastian ingin kembali dengan Indira karena sampai sekarang dia masih begitu mencintai Indira, hal tersebut membuat Indira goyah, kenangan bersama dengan Bastian kembali berputar namun saat ini dia sudah memiliki Nares.

Apa yang harus Indira lakukan? Kembali dan memperbaiki semuanya dengan Bastian dan memaafkan kesalahan yang telah Bastian lakukan kepadanya? Atau melangkah dan bertahan bersama Nares yang menemani dia selama ini? Tetapi apakah Indira akan bahagia jika kembali bersama dengan Bastian yang sempat menorehkan luka di hatinya?

**

Cover : Orisinal

Dibuat oleh : Purplerill

Gambar : Unsplash.com

Font : App text on photo

chap-preview
Free preview
Kabar tak terduga
#1 Kabar tak terduga Bastian baru saja sampai di apartemen, saat dalam perjalanan pulang tadi, setelah bertemu dengan temannya di salah satu restoran yang Bastian kelola untuk membahas tentang perencanaan restoran baru di luar kota, Bastian mendapatkan pesan dari Indira -tunangannya- bahwa perempuan itu sedang berada di apartemen miliknya. Bastian memang sudah lama tinggal di apartemen, tepatnya saat Bastian mulai merintis usahanya sendiri setelah selesai kuliah. Bastian membuka pintu apartemen, mencari keberadaan Indira. Namun suasana apartemen tampak sepi, Bastian pun memilih untuk mencari Indira di kamar, mungkin tunangannya itu tengah tidur seperti biasa setiap kali Indira datang ke apartemen karena keasyikan menonton film atau membaca novel yang selalu di bawanya. Saat berada di kamar, Bastian sama sekali tidak mendapati keberadaan Indira. Dia mencari di kamar mandi dan ... kosong, tidak ada Indira di sana. Bastian pun beranggapan bahwa Indira sudah pulang karena terlalu lama menunggu, akhirnya Bastian memilih untuk menghubungi Indira saja. Belum sempat Bastian menekan tombol angka satu, di mana kontak Indira yang telah secara otomatis Bastian setting di angka pertama untuk panggilan cepat, Bastian tak sengaja melihat sebuah kotak berukuran sedang di atas tempat tidur. Bastian pun lebih memilih mendekat ke arah tempat tidur, mungkin itu hadiah yang di maksud oleh Indira tadi. Memang Indira mengatakan akan memberikan hadiah yang Bastian sendiri tidak tahu dalam rangka apa. Bastian tersenyum kecil membawa kotak tersebut, lalu dengan perlahan Bastian membuka pita yang mengikat kotak tersebut. Bastian mengernyit, ada beberapa barang yang Bastian ingat sekali pernah memberikannya untuk Indira, tidak hanya itu saja tetapi ada sebuah cincin dan juga surat. Cincin yang Bastian kenali sebagai cincin pertunangan mereka berdua. Namun Bastian tidak mengerti kenapa Indira memberikan semua ini kepadanya, termasuk cincin yang merupakan tanda cinta mereka dan pengikat Indira dengan dirinya satu bulan lalu. Bastian membawa surat tersebut lalu mulai membacanya. Tian... Makasih buat semua yang kamu kasih sama aku. Makasih juga satu bulan lalu kamu bikin aku jadi perempuan paling bahagia karena pertunangan kita berdua. Tapi hari ini aku ingin batalin semuanya, aku kasih lagi cincin ini sama kamu. Kamu bingung kenapa aku kasih cincin ini sama kamu? Kamu bisa pulang dan tanya sama Mama, makasih Tian karena kamu selalu mencintaiku, semoga kamu bahagia. Deg. Bastian terdiam. Kenapa Indira mengembalikan cincin pertunangan mereka? Sebenarnya apa yang terjadi dan kenapa Indira mengatakan bahwa pertunangan mereka batal? Tanpa pikir panjang, Bastian keluar dari apartemen dan pergi ke rumah orang tuanya. Bastian sama sekali tidak mengerti dengan apa yang telah Indira katakan dalam surat tersebut, bahkan kali ini rahangnya mengeras, sampai kapan pun Bastian tidak akan melepaskan Indira dari hidupnya dan Indira akan selalu menjadi miliknya. ** Plak. Tamparan cukup keras berhasil membuat pipi kirinya memerah, Bastian mendapatkan tamparan dari sang ibu. Bahkan Bastian baru saja sampai di rumah orang tuanya dan tiba-tiba saja mendapatkan hadiah tersebut dari ibunya. “Mama kenapa? Kok tampar Tian?” Halimah -Ibu Tian- menatap anaknya dengan tajam, “Kamu yang kenapa?! Kelakuan kamu itu bikin Indira batalin rencana pernikahan kalian! Kamu sadar nggak sih, kamu bikin kesalahan besar Tian!!” pekik Halimah yang sudah terlanjur emosi. Bastian masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Kesalahan apa yang di maksud oleh sang ibu yang telah Bastian lakukan sampai Indira membatalkan semuanya. “Tian nggak ngerti, Ma. Tian udah lakuin kesalahan apa?” tanya Bastian. “Kamu hamilin perempuan lain Tian!!” pekik Halimah dan tangisnya pun pecah seketika. Deg. Bastian terpaku. Dia menghamili perempuan lain? Kapan? Dan ingatannya kembali ke hari di mana Javi -sahabatnya- mengajak Bastian ke sebuah kelab malam, saat itu dia memang tidak meminta ijin kepada Indira untuk pergi ke sana karena Bastian tahu Indira tidak menyukainya, namun Javi terus memaksa sampai akhirnya Bastian ikut bersama dengan Javi. Bastian saat itu memang menikmati suasana di kelab tersebut, asap rokok dan aroma minuman beralkohol menusuk indera penciumannya. Lalu Javi dan teman-temannya yang lain menantang dia untuk minum, jujur itu pertama kalinya lagi untuk Bastian karena selama berpacaran dengan Indira, Bastian menjadi laki-laki yang begitu baik dan tak ikut dalam pergaulan teman-temannya yang bebas. Bastian sudah keluar dari pergaulan tersebut semenjak bersama dengan Indira. Namun malam itu, teman-temannya terus mengolok-olok Bastian dan mengatakan bahwa Bastian terlalu cupu dan takut pada kekasihnya, karena tidak ingin menjadi bahan olokkan oleh semua temannya, Bastian pun meminum alkohol yang di berikan oleh Javi, satu kali, dua kali dan sampai akhirnya tak terhitung berapa kali dia menghabiskan minuman haram tersebut. Kesadarannya masih bisa Bastian kendalikan, sampai beberapa menit kemudian saat dia ijin untuk pergi ke kamar mandi. Bastian berpapasan dengan seorang perempuan yang mengenakan pakaian sederhana namun bisa membangkitkan gairahnya. Entah .., sepertinya Bastian tengah kerasukan seetan. Untuk pertama kalinya Bastian hilang kendali, dia membawa perempuan tersebut ke salah satu kamar yang ada di kelab dan malam itu terjadi, penyatuan keduanya, kenikmatan yang di rasakan oleh Bastian untuk pertama kalinya, membuat dia melayang dan kehilangan kendali, namun satu nama yang telah Bastian sebut saat pelepasan itu terjadi. Kekasihnya, Indira. “Kamu ingat sekarang?” Suara sang ibu menyadarkannya, Bastian mengacak rambut penuh penyesalan. Kesalahan yang telah dia perbuat membuat dirinya kehilangan Indira, perempuan yang begitu Bastian cinta. Bastian tidak menyangka malam itu menghadirkan nyawa lain dalam diri perempuan yang bahkan Bastian sendiri tidak mengenalnya. “Mama mau kamu bertanggung jawab dengan apa yang udah kamu perbuat!” seru Halimah membuat Bastian menatap sang ibu tak percaya. “Nggak, Ma! Bastian maunya Indira bukan perempuan lain!” “Tapi perempuan itu lagi hamil dan anak kamu, Tian!” Deg. Hamil? Secepat itu? “Bastian nggak peduli, Bastian juga gak tau sekarang perempuan itu di mana dan siapa perempuan itu.” “Indira udah kasih tau Mama semuanya, namanya Atika, gadis yang malam itu hendak bertemu dengan sepupunya di kelab, tetapi kamu dengan teganya menodaai gadis tersebut. Atika yatim piatu, Tian. Dan sekarang dia sedang hamil anak kamu, kamu tega biarin dia nanggung semuanya sendirian?” Kedua tangan Bastian mengepal, pikirannya kacau. Bagaimana mungkin dia menikah dengan perempuan lain sementara yang dia inginkan adalah Indira, tunangannya sendiri. “Tapi Tian mau Indira, Ma.” “Indira udah pergi, Tian. Ini karena kesalahan kamu sendiri, Indira bilang sama Mama, demi dia tolong kamu harus tanggung jawab sama Atika. Janin itu anak kamu Tian,” lirih Halimah. Indira memang sudah menceritakan semuanya kepada dirinya, tentang Atika yang merupakan anak yatim piatu. Tinggal bersama sepupunya di kota ini untuk mencari pekerjaan. Namun kemalangan terjadi kepadanya, malam itu saat Atika akan bertemu dengan Novi yang tak lain adalah sepupunya, karena Novi bekerja di kelab malam menjadi salah satu pelayan di sana untuk mencukupi kebutuhan selama tinggal di Jakarta, Atika malah bertemu dengan Bastian dan semua terjadi menimpanya bahkan Bastian meninggalkan dia setelah puas dengan apa yang sudah laki-laki itu lakukan. ** Indira menangis dalam pelukan sang ibu, tadi setelah dia bertemu dengan mamanya Bastian dan menceritakan semuanya, tentang Atika dan apa yang sudah Bastian lakukan kepada Atika, semua Indira ceritakan karena dia tidak ingin Atika menanggung semuanya sendirian. Setelah itu Indira juga pergi ke apartemen Bastian untuk mengembalikan semua barang yang Bastian berikan selama ini kepadanya, termasuk dengan cincin pertunangan mereka. Keputusannya sudah sangat bulat, melepaskan Bastian untuk selamanya. Indira tidak akan sanggup jika bertemu dengan Bastian, akhirnya dia memilih untuk melakukan semua itu saat Bastian masih sibuk bekerja dan lebih memilih untuk mengirimkan pesan kepada Bastian bahwa dia sudah menyimpan hadiah untuk Bastian di apartemen milik laki-laki itu. “Kamu yakin, Nak. Mau pergi ke Bandung?” tanya Farida kepada anak semata wayangnya. Tadi saat anaknya sampai di rumah, Indira langsung menangis memeluk dirinya. Farida yang begitu terkejut akhirnya meminta Indira untuk menceritakan apa yang terjadi sampai anaknya menangis seperti itu. Secara perlahan Indira pun menceritakannya, Farida sangat kecewa kepada Bastian, calon menantunya. Farida sama sekali tidak menyangka, laki-laki yang selama ini dia percaya akan menjaga anak perempuannya ini ternyata mengingkari janji. Bastian malah menorehkan luka di hati Indira, pun dengan hatinya sebagai Ibu yang ikut terluka. Indira pun akhirnya meminta untuk pergi meninggalkan Jakarta, menjauh dari kehidupan Bastian lebih dulu dan mengobati luka yang sudah digoreskan oleh Bastian. Farida mengerti dengan apa yang di rasakan oleh anaknya, namun keputusan ini sangat sulit untuknya. Apalagi sang suami sedang berada di luar kota karena urusan bisnis, tentu saja harus dengan persetujuan sang suami. “Iya, Bu. Indira nggak mau ketemu sama Tian,” lirihnya. “Kalau gitu kita kasih tahu Ayah dulu, Ibu nggak bisa mutusin gitu aja. Ada Ayah yang jadi kepala keluarga, keputusan di tangan Ayah,” ucap Farida. Indira mengangguk dan kembali mengeratkan pelukannya. Indira kembali menangis, Bastian terlalu memberikan luka yang dalam di hatinya. Indira sangat kecewa, tetapi juga dia masih begitu mencintai Bastian. Indira tidak tahu apa ini keputusan yang tepat untuk mereka berdua, tetapi kalau tidak seperti ini, kalau Indira tetap ingin Bastian bersama dengannya, Indira akan menyakiti hati Atika yang saat ini sedang mengandung anak Bastian. ** Bugh. Bugh. Bugh. Pukulan bertubi-tubi membuat tubuh Bastian tersungkur. Baskara menatap laki-laki yang sudah menyakiti anaknya dengan tajam. Sebagai orang tua tentu saja Baskara tidak terima dengan apa yang telah di lakukan oleh Bastian kepada anak semata wayangnya. Sejak kecil Baskara dan Farida berusaha untuk memberikan kebahagiaan kepada Indira, anak mereka, namun sekarang Bastian yang bahkan belum sah menjadi suami Indira malah menorehkan luka cukup dalam kepada Indira. “Pergi kamu! Saya sudah tidak ingin melihat wajah kamu lagi!” teriak Baskara. “Ayah, Tian mohon ijinkan Tian ketemu sama Indira,” ucap Bastian berusaha untuk bangkit. “Tidak usah panggil saya Ayah lagi! Kamu bukan anak atau calon menantu saya!” “Bastian mau jelasin semuanya sama Indira, Yah.” “Semua sudah jelas. Kamu sudah mengecewakan anak saya dan juga saya, lebih baik sekarang kamu pergi dan jangan pernah kamu muncul di hadapan keluarga saya terutama anak saya!” tegas Baskara. “Bawa dia keluar dan jangan pernah ijinkan dia masuk ke rumah ini.” Baskara menyuruh satpam di rumahnya untuk membawa Bastian keluar dari rumah. Bastian terus berontak tetapi kedua satpam tersebut berhasil menyeretnya keluar dari rumah. Teriakan Bastian yang memanggil nama Indira sama sekali tidak membuat Baskara menoleh ke arah Bastian, Baskara memilih masuk ke dalam rumah dan menutup pintu dengan amarah yang masih menyelimuti hatinya. Tidak boleh ada yang menyakiti anak perempuan satu-satunya, jika ada yang menyakiti maka Baskara akan menjauhkan orang tersebut dari hidup anaknya. Kemarin saat dia baru saja sampai di rumah, Baskara sudah mendapatkan kabar tentang anaknya yang memutuskan pertunangan dengan Bastian karena laki-laki itu menghamili perempuan lain, Baskara tentu saja murka dan langsung mengirim Indira ke Bandung, tempat tinggal dia dan istrinya dulu, juga tempat kelahiran Farida sang istri. Baskara bukan tega mengirim Indira ke sana, tetapi ini juga keinginan anaknya. Rumah mereka memang di tempati oleh salah satu asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja dengan mereka, jadi Baskara tidak khawatir jika Indira tinggal cukup lama di sana, semua kebutuhan sudah terpenuhi. Baskara membiarkan Indira untuk tinggal sementara waktu di Bandung, menenangkan dirinya lebih dulu dan menjauhkannya dari laki-laki bernama Bastian.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

MANTAN TERINDAH

read
6.9K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Dua Cincin CEO

read
231.3K
bc

Pengganti

read
301.7K
bc

The Ensnared by Love

read
103.8K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.3K
bc

Undesirable Baby 2 : With You

read
161.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook