bc

A Better Lover

book_age16+
7.1K
FOLLOW
58.3K
READ
billionaire
dark
possessive
contract marriage
family
second chance
drama
sweet
bxg
betrayal
like
intro-logo
Blurb

A/N: Banyak episode namun sedikit koin; bisa dibaca dengan koin gratis harian. Coba saja dulu, siapa tahu suka.

***

(Episode 1-165)

Alyssa Grace lahir dari perselingkuhan papanya dengan seorang wanita imigran asal Italia. Sejak kecil tanpa kasih sayang orang tua, ia mulai merasakan cinta kasih dari dua orang pemuda yang menyukainya.

Dilema melanda saat ia diharuskan untuk memilih antara Evan Ageng Sanjaya, pemuda manis dan baik-baik; dan Rainier Bhimantara, cowok dingin pemimpin grup usaha ilegal.

***

(Episode 166-253)

Warning: Kemesuman bertebaran. Siap-siap rinso buat cuci otak.

Pelecehan seksual oleh atasan? Beruntung ada Evan yang menolong Lyssa. Selepas kuliah, takdir lagi-lagi mempertemukan mereka.

Bagaimana dengan Rainier? Pemuda itu semakin gila begitu tahu Lyssa dan Evan akan segera bertunangan!

***

Cover: Lamont Thompson from Pexels.

Fonts: Alice and Great Vibes from Canva.

chap-preview
Free preview
1. Murahan
Suara mangkuk terbanting ke lantai memancing perhatian. Di sebuah kantin sekolah yang ramai, seorang gadis berkuku manikur dengan sengaja menabrak siswi berambut hitam panjang. Siswi berambut panjang tersebut menoleh ke belakang, alisnya berkerut. “Apa maumu?!” tanyanya kesal. “Apa mauku?” Gadis bertubuh tinggi lencir itu balas bertanya, melipat kedua lengan di depan d**a. Matanya terlihat malas saat ia memandang gadis di depannya. Di belakangnya, rombongan teman-temannya ikut menyeringai jahat. “Gue mau, elu,” Tangannya menusuk-nusuk bahu gadis sasaran, membuat gadis itu mundur beberapa langkah, “... lu keluar dari SMA ini.” Teman-temannya yang semula berdiri di belakang kini mengerubung, mengelilingi gadis cantik yang sedang mereka rundungi. Menarik napas-napas dalam, Alyssa Grace, gadis yang sedang mengalami perundungan itu meletakkan nampan berisi makan siang di meja panjang sebelahnya. “Aku tidak tahu apa urusanmu, tapi aku sama sekali tidak pernah menggoda pacarmu. Tidak pernah sekalipun aku membalas pesan Johan!” Mata gadis di depan Lyssa menyipit, “Oh?! Jadi lu mau bilang, kalo lu yang paling cantik, gak pernah godain cowok-cowok, tapi cowok-cowok yang pada genit godain lu, gitu?” Pearl, si gadis berkuku panjang dengan manikur indah itu melangkah maju, semakin maju, begitu pula teman-temannya yang lain. Lyssa menahan diri. Tidak berniat untuk mundur. Dalam jarak yang semakin dekat, Pearl memandang sinis pada Lyssa, “Lu. Pindah dari sini. Atau gue buat hidup lu menderita. Gue gak takut, lu bawa seluruh keluarga lu, gue tetep yang akan menang.” Dengan itu, tangannya menjangkau trai makan siang Lyssa ... mengguyurkannya dari atas. Tepat di atas kepala Lyssa. Lyssa, gadis cantik itu berdiri membeku. Matanya mengerjap-ngerjap tak percaya, sebelum akhirnya berganti dengan ekspresi marah melihat wajah Pearl yang tersenyum menyeringai. Tumpahan nasi, sayur, dan kari ayam menggelinding dari atas kepala, mengotori baju seragamnya. Pearl mencibir, “Gue tahu kok. Lu itu miskin. Ngapain juga lu repot-repot sekolah di SMA mahal, hahaha, dasar gembel.” Teman-temannya ikut tertawa. “Aku sekolah di mana pun bukan urusanmu!” geram Lyssa. “Oh? Hahahaha.” “Mingir.” Suara dalam seorang pemuda memecah kekhusyukan Pearl. Gadis itu mengangkat wajahnya dari Lyssa, melihat siapa yang mengganggunya. Ekspresi Pearl yang semula sengak melembut. “Ayo pergi,” ujarnya. Mengibaskan seragam sebelum mengembalikan trai Lyssa di meja sebelah. Rombongan gadis-gadis jahat mengikuti ketuanya. Tak lupa untuk menyenggol tubuh Lyssa dalam perjalanan. Tubuh gadis itu goyah. Hampir saja terjatuh jika tidak ada yang memeganginya. Tanpa memandang siapa yang menolongnya, gadis itu membungkuk mengucapkan terima kasih. Tumpahan makanan di atas kepalanya berjatuhan. Para penghuni kantin hanya diam. Meski sebagian mulai berbisik-bisik. Mengambil trai makan siangnya, gadis itu berlalu. Mengembalikan trai itu kemudian keluar dari kantin yang mulai bising dengan gosip-gosip. Sejak beberapa hari terakhir ini, Lyssa memang sering menjadi sasaran Pearl. *** Mungkin nama Lyssa sudah terkenal sebagai target bullying Pearl, si gadis kaya dengan kroninya di mana-mana. Sekarang tidak ada lagi yang berani terang-terangan berteman dengan Lyssa, kecuali anak cowok tentunya. Anak-anak cowok yang sedang bermain di lapangan luar tampak kaget melihat Lyssa yang berlumuran sayur dan nasi sedang mencuci rambut dan wajahnya di keran luar. Beberapa di antara mereka datang menghampiri, penuh dengan pertanyaan ‘kenapa’ ‘ada apa’. Tapi Lyssa bergeming. Gadis itu tetap diam sembari membersihkan rambutnya dari nasi yang mulai lengket. Menyerah, para cowok itu meninggalkan Lyssa sendirian. Di antara air yang ia gunakan untuk mencuci wajahnya, buliran-buliran air mata menetes menjadi satu. Dia sebenarnya tidak ingin menangis, tapi perasaannya campur aduk, satu sisi dia takut, satu sisi dia tetap ingin bertahan. Di bangku taman sekolah, gadis itu duduk termenung. Melihat tapi tak benar-benar melihat ke arah anak-anak cowok yang tengah bermain bola sepak. Panas matahari dan angin yang semilir berembus mengipasi rambutnya yang basah. Tak ia sadari, dua orang siswi berjalan takut-takut ke arahnya. “Lyssa.. Maaf.. Tadi kami terlalu takut sama Pearl dan tidak berani membelamu.” Ucapan gadis berkuncir dua itu membuyarkan angan Lyssa. Gadis cantik itu mengangkat wajah, melihat ke dua sahabatnya. Gadis itu tersenyum, menyambut kedua temannya. “Tidak apa. Aku baik-baik saja.” Dua orang temannya itu ikut duduk di kedua sisi Lyssa. “Lyss, ini aku bawain minum,” ujar Veve, teman Lyssa yang bertubuh gemuk. “Terima kasih,” balas Lyssa. Tiga orang sekawan itu duduk berdampingan, termenung. “Pearl memang terkenal jahat dan suka bully sejak lama. Dulu aku satu SD sama dia. Dia suka mengerjai seseorang meski tanpa alasan. Dan lagi, ayahnya kaya raya. Tidak ada yang berani sama Pearl kecuali mereka sama-sama dari kalangan kaya.” Lyssa menoleh ke samping kanan, ke arah Veve. Wajahnya manyun saat berkata, “Aku pikir juga begitu. Hanya karena pacarnya mengirimiku pesan di Facebo-k, dia setiap hari membully-ku.” “Andai saja pacarnya satu sekolah sama dia. Mungkin pacarny bakalan ill feel sama karakter aslinya.” Septi ikut menyahut. “Oh!” Veve tiba-tiba menjentikkan jari, melihat pada Lyssa dengan wajah sumringah. “Aku punya ide. Gimana kalo kamu nyari cowok kaya aja? Yang lebih kaya dari Pearl, yang bisa lindungin kamu.” Wajah Lyssa kian tertekuk, “Aku saja tidak tahu seberapa kaya si Pearl.” “Kalo gitu kita cari cowok populer aja lah, yang ditakuti di sekolah. Yang disegani gitu..” kekeh Veve. Lyssa memandang hopeless pada dua temannya. “Aku gak tahu caranya nyari pacar kek mana.” “... Sementara aku jelek dan gendut. Gak bakalan ada deh yang suka sama aku,” imbuh Veve curhat. Septi turun tangan melihat kedua temannya putus asa. “Kita harus stay positive, guys.. Kita tuh cantik. Kita pasti bakalan punya pacar kalo kita mau. Aku juga bakalan milih-milih di antara cowok yang suka sama aku. Yang kuat, yang bisa ngelindungin kita di SMA barbar ini.” Pas saat itu, bel masuk kelas berbunyi. Rambut Lyssa yang belum sepenuhnya kering menggumpal basah di beberapa area. Perutnya keroncongan menahan lapar. Meski begitu ia tetap berdiri, bersama kedua kawannya beranjak menuju gedung kanan, area jurusan IPA. Sementara Lyssa dan Septi berada di kelas XI IPA-A, Veve berada di kelas IPA-D. Jadinya mereka berpisah di pertengahan jalan. Kalau menurut Lyssa, sebenarnya Veve bisa dikatakan berasal dari keluarga kaya. Ayah dan ibunya bekerja di salah satu bank ternama dalam negeri. Rumah mereka pun sangat megah berada di kompleks mahal. Hanya saja gadis itu sedikit minder dengan tubuhnya yang gemuk, membuatnya sering merasa insecure dan tidak percaya diri. Lyssa masuk ke dalam kelas, tak memedulikan bisik-bisik temannya. Ia berjalan lemah menuju kursi paling belakang pojok kanan, tempat duduknya. *** Keesokan harinya, tiga sekawan tersebut kembali makan siang seperti biasa. Di tengah kekhusyukan jam makan siang, suara jeritan beberapa anak perempuan terdengar. Salah satunya dari Veve. “Lihat, lihat. Evan datang,” jerit Veve sembari menunjuk pada rombongan siswa yang masuk kantin melalui pintu depan. Lyssa mengikuti arah yang ditunjuk oleh temannya, yang dimaksud Veve adalah pemuda yang berada di bagian depan tengah, ketua OSIS sekolah mereka. Wajah Veve yang semula berseri-seri ganti merengut, “Kenapa sih Karin selalu di samping Evan. Benci deh aku.” “Kau benar. Aku tidak suka sekali melihat Karin. Dia terlihat murahan.” Septi yang tengah menikmati makan siangnya menimpali. Lyssa berjengit mendengar kata ‘murahan’. Gadis itu berujar pelan, “Kalau menurutku, bukan Karin yang yang murahan, tapi Evan. Bukannya dia terkenal suka gonta-ganti pasangan?”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The crazy handsome

read
465.2K
bc

Married By Accident

read
223.9K
bc

Om Tampan Mencari Cinta

read
399.3K
bc

Crazy In Love "As Told By Nino"

read
279.1K
bc

HOT AND DANGEROUS BILLIONAIRE

read
569.1K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
75.4K
bc

Playboy Tanggung Dan Cewek Gesrek

read
461.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook