bc

Adegan Pesta Pora

book_age18+
detail_authorizedAUTHORIZED
1.2K
FOLLOW
5.8K
READ
bxg
kicking
like
intro-logo
Blurb

Sinopsis Adegan Pesta Pora:

Perselingkuhan istriku membuatku terpuruk. Namun, demi menafkahi keluarga dan putraku, aku menguatkan diriku dan berkeliling sepanjang hari mengantar orang ke tempat tujuan mereka. Kupikir hidupku akan berlanjut seperti ini selamanya, tapi one-night stand yang tak terduga mengubah segalanya. Gadis-gadis muda, guru-guru yang temperamental, dan istri-istri kaya mulai berbaris untuk memasuki hidupku. Aku tidak seperti sebelumnya. Wanita cantik dan uang, aku ingin semuanya!

chap-preview
Free preview
Bab 1 Bawa Aku Pulang
Aku tak pernah mengira akan melihat mantan istriku—Yang Yueling, di dekat klub malam. Yang Yueling berselingkuh beberapa tahun yang lalu, dan pada saat hubungan gelapnya terungkap, dia tanpa ragu memutuskan untuk menceraikanku serta meninggalkan rumah dan putranya. Hanya dengan bantuan orang tuaku lah, aku akhirnya bisa membesarkan putraku yang saat ini duduk di kelas tiga sekolah dasar. Agar bisa tetap hidup, keluargaku mengeluarkan semua tabungan mereka untuk membelikanku sebuah taksi bekas yang kemudian aku gunakan untuk mencari nafkah dengan mengemudi taksi setiap hari. Malam ini, aku kebetulan sedang bekerja di luar klub malam. Tetapi, aku tidak menyangka akan melihat Yang Yueling dan beberapa anak muda berjalan keluar dari pertunjukan malam itu. Dia terlihat memakai riasan tebal dan pakaian terbuka. Di belakangnya, ada dua pria muda berjas yang tampak sedikit berantakan. Mereka bertiga melihat sekeliling seperti sedang mencari sesuatu. Aku tidak ingin wanita sombong ini melihat betapa terpuruknya aku. Jadi, aku menolehkan wajahku untuk sembunyi darinya. Sekitar sepuluh detik kemudian, mereka pergi dengan tergesa-gesa. Setelah mereka pergi, aku tidak sengaja melihat seorang wanita bersandar di kursi umum yang berada di bawah naungan pohon tidak jauh dari pintu. Dia terlihat langsing dan mengenakan pakaian formal. Apakah dia orang yang dicari oleh geng Yang Yueling tadi? Karena hatiku tergerak, aku mencondongkan tubuh ke mobil dan berbisik, “Hey cantik, apa kamu bisa jalan?” Dia tidak menjawab, jadi aku memanggilnya lagi. Namun, dia masih belum memberikan jawaban maupun tanda-tanda bahwa dia sadar, memberikanku keberanian untuk melangkah maju dan mendekat. Bau alkohol yang kuat tercium dari badan wanita itu. Begitu pengat baunya membuatku serasa ingin muntah. Untungnya, aku sudah cukup sering mencium bau ini selama aku bekerja, sehingga aku cukup terbiasa dengan sengatan aroma tersebut. Tapi, tetap saja, aku merasa tidak terlalu nyaman dengan aroma ini. Sepertinya, wanita ini memang terlalu banyak minum. Awalnya aku ingin beranjak pergi, tetapi tiba-tiba jantungku berdegup kencang ketika aku melihat jas hujan yang sedikit terlepas yang membuat payudaranya terlihat di depanku. Bentuknya terlihat begitu besar dan putih. Pada saat itu, rasanya aku tiba-tiba tidak bisa lagi berkutik. Aku melihat sekeliling, dan tidak ada siapa-siapa! “Hey cantik! Bangun!” Aku dengan berani menepuk bahunya menggunakan tanganku sembari memanggilnya dengan pelan. Rasanya, seluruh tubuhku seperti tersengat listrik. Hmm, sepertinya dia sudah bangun kali ini. Tepat ketika aku sedang buru-buru menarik tanganku dan merasa sedikit kecewa, dia tiba-tiba mengulurkan tangannya, memegang tanganku, dan berbisik, "Bawa aku… Bawa aku pulang, cepat...” Dia sepertinya nampak sangat lelah setelah mengatakan kalimat itu yang kemudian membuatnya kembali bersandar di kursi. Pada saat yang sama, aku bisa melihat gadis ini dengan jelas melalui bantuan lampu jalan yang berwarna kuning remang-remang. Gadis itu terlihat begitu cantik dan berperangai lemah lembut. Pada saat itu aku juga berpikir bahwa dia memiliki tubuh yang bagus, dan penampilan yang tidak kurang dari artis mana pun. Dengan kata lain, aku juga telah menarik perhatian begitu banyak wanita cantik, dan yang satu ini tidak diragukan lagi adalah wanita dengan level yang teratas. Tanpa sadar, aku menjilat bibirku, dan mataku mau tak mau melihat dadanya yang terlihat terbuka. Sepasang aset kebanggaan ini bahkan tampak lebih menonjol dengan pakaian formal. Nafasnya yang naik turun terus menerus, membuat hatiku sangat b*******h. Bahkan, nafasku pun terasa menjadi tak menentu. Mungkin hal itu disebabkan karena mabuk, namun rona merah di pipinya membuatnya terlihat semakin menarik. Meskipun sangat berisiko, aku mau tak mau menepuk bahunya dan bertanya, "Hey cantik, dimana rumahmu?" Dia tampak berusaha untuk membuka matanya, menggosok pelipisnya dan berkata dengan susah payah, "Shun... Shunheju..." Shunheju? Itu adalah daerah kaya di kota kecil kita, dan tidak sembarang orang memiliki kepentingan di sana. Aku langsung meresponnya, “Baiklah. Apakah kau perlu bantuanku?” Dia nampak berusaha untuk sementara waktu, menggelengkan kepalanya dengan pelan, dan kemudian berkata dengan perlahan, "Ya…" Setelah mendapatkan persetujuan, aku kemudian merangkulnya, sembari menekan tanganku ke dadanya entah tanpa sengaja atau memang sengaja, dan membantunya berdiri dengan sekuat tenaga. Saat itu, aku hanya ingin merasakan kekenyalan sepasang payudaranya, tetapi aku tidak menyangka bahwa dia begitu lemas, yang membuatnya terjatuh ke depan dan tersungkur ke tanah. Aku diam-diam berpikir bahwa ini pertanda buruk. Lalu, aku memberanikan diri untuk mengulurkan tangan kiriku dan meletakkannya di depan dadanya. Kedua dadanya yang lembut lekat terasa di tanganku dan aku tak bisa menghentikan tanganku terulur untuk meraihnya dengan gerakan lihai yang tidak terlalu kentara. Payudaranya terasa sangat lembut dan ukurannya cukup besar, satu tangan tidak cukup untuk menggenggam seluruhnya. Aku melirik reaksinya dan wajahnya tampak lebih memerah. Diam-diam aku mulai merasa gugup, namun segera menenangkan diri, mengangkat dan menyandarkannya di bahuku, seolah tidak mau melepaskannya. Dengan tidak sengaja atau memang sengaja, tangan kananku terus menyentuh bagian bawah dadanya sehingga aku dapat merasakan payudaranya yang kenyal dan lembut. Perlahan, aku membantunya untuk naik ke kursi belakang taksi. Dia nampak sangat mengantuk, segera menyandar tanpa tenaga begitu punggungnya menyentuh sandaran kursi. Dia mengenakan rok mini. Dari arah mataku memandang, celana dalamnya sedikit terlihat walau samar-samar. Dan nampaknya, dia mengenakan celana dalam berwarna ungu. Aku menarik napas dalam-dalam, menyingkirkan keinginan untuk membuka kakinya supaya bisa melihatnya lebih jelas. Kemudian, aku menyalakan mobil dan mulai mengemudi perlahan menuju Shunheju. Sepuluh menit kemudian, aku berhasil membawanya ke gerbang Shunheju. Penjaga keamanan di Shunheju hampir mengenalku karena saking seringnya aku mencari pelanggan di sana. Saat dia melihat seorang wanita di belakangku, dengan penuh pengertian, penjaga tempat itu membuka pintu gerbang tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Saat itu hari sudah pagi. Tempat itu terasa sunyi dan lampu-lampu tampak redup. Aku memarkirkan mobilku di tempat parkir. Setelahnya, aku keluar dari mobil dan melirik wanita itu di kursi belakang. Jelas terlihat bahwa dia masih belum sadarkan diri. Dia masih bersandar di sana dan nampak lemah. Aku tidak tahu harus ke lantai mana atau ke mana harus mengantarnya, jadi aku mencoba memanggilnya. Namun, tidak ada jawaban. Aku menepuk lengannya lagi, barulah kali ini akhirnya aku mendapat jawaban. “Kunci pintunya ada di dalam tas... Di sana tertulis nomor rumah…” Aku merespon dan mengeluarkan kunci pintu, dan benar di sana tertera nomor rumah—No. 23, Unit 2, Gedung 8. Gedung nomor delapan ada di sebelahku, aku mengambil kunci dan membantunya keluar dari mobil. Setelah beberapa langkah dari tangga yang terbuat dari batu, kami memasuki lift, dan dia bersandar padaku tanpa sadar. Aku mencoba merangkulnya dengan meletakkan tanganku di atas pinggangnya, dan telapak tanganku pun terletak berada tepat di d**a kanannya. Payudaranya terasa begitu besar, kenyal dan lembut. Betapa senangnya suami atau pacarnya yang bisa tidur dengan sepasang p******a ini setiap malam. Sambil membayangkannya, aku tidak bisa menahan tanganku bergerak dan merabanya perlahan. “Hmm...” Wanita itu tampaknya sedikit bereaksi. Melihatnya, hatiku terasa menegang dan aku buru-buru menyudahinya. Aku sudah punya siasat, jika dia benar-benar menyadari apa yang kuperbuat padanya, aku hanya perlu pura-pura tidak tahu apa-apa. Untung saja, tampaknya dia tidak sadar. Jadi, aku segera mengambil kunci dan membuka pintu, lalu membantunya masuk ke lift dan menekan tombol nomor 8. Saat ini dia benar-benar sangat lemah dan nampak seperti sedang mual, seolah-olah dia ingin muntah. Untungnya, aku sudah siap-sedia dan segera mengeluarkan kantong plastik dari sakuku. Tetapi setelah beberapa saat, aku menyadari bahwa itu hanya kekhawatiranku saja. Melihat dia berjalan terhuyung-huyung seolah akan terjatuh di lift, aku mendekapkan tubuhnya ke dadaku dengan sigap dan meletakkan tanganku di pantatnya yang montok. Dalam posisi ini, p******a besar di dadanya langsung menempel di dadaku. Tiba-tiba, penisku menegang, dan langsung menekan ke perut bagian bawah wanita itu. Aku belum pernah merasakan bau seorang wanita begitu dekat selama bertahun-tahun, dan aku khawatir tidak dapat mengendalikan diri di saat seperti ini. Sembari menahan hasrat yang bergejolak, aku akhirnya sampai di lantai 23 dan menekan bel pintu di pintu nomor 3. Setelah menunggu lama, ternyata tidak ada yang membuka pintu. Di sana, hanya tersedia kunci sidik jari. Aku mencoba meraih tangan kanan wanita itu dan menekannya ibu jarinya ke alat pembaca sidik jari itu. Beruntung, rupaya sidik jari yang digunakan memang benar ibu jari tangan kanannya. Aku membantunya masuk ke rumah, meraba-raba dinding untuk menyalakan lampu, menutup pintu, dan membantunya berbaring di sofa ruang tamu. Setelah selesai melakukan semuanya, aku merasa cukup lelah. Aku mangambil napas beberapa saat, kemudian memandang sekelilingku dengan lebih dekat. Ini adalah apartemen kecil dengan dua kamar tidur, satu ruang tamu, satu dapur, dan satu kamar mandi. “Air... mana air...” Wanita itu merintih lemah. Aku melihat sekeliling, kulkasnya ada di dapur, dan benar saja, aku menemukan sebotol air mineral. Kemudian, aku mengambil gelas dan menuangkan segelas air untuknya. Tepat ketika aku hendak meminta ongkos dan pergi, dia tiba-tiba menarikku, "Jangan pergi!”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU

read
60.1K
bc

TETANGGA SOK KAYA

read
51.5K
bc

Anak Rahasia Suamiku

read
3.4K
bc

Marriage Aggreement

read
80.8K
bc

Perceraian Membawa Berkah

read
17.3K
bc

Menantu Dewa Naga

read
177.0K
bc

Scandal Para Ipar

read
693.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook