bc

Little Angel

book_age16+
17.3K
FOLLOW
155.5K
READ
dark
age gap
pregnant
badboy
goodgirl
drama
sweet
first love
twink
virgin
like
intro-logo
Blurb

Cerita pertama yang masih banyak kesalahan, harap dimaklumi:* Akan segera saya revisi agar lebih nyaman dibaca lagi. Sekiranya para pembaca mau membantu kritik dan saran, saya akan sangat berterimakasih:) Ataukalian baca setelah direvisisaja:)

Nila hanyalah seorang gadis miskin yang beruntung karena dapat berkuliah disalah satu kampus tersohor hanya dengan bermodalkan kepintarannya. Kampus yang terkenal diisi oleh anak-anak dari orang kaya dan para pejabat. Walaupun demikian, tak membuat Nila untuk patah percaya diri karena latar keluarganya. Ia malah semakin percaya jika ia mampu dan bisa sama dengan teman-temannya yang berasal dari kalangan atas.

Tak mudah untuk Nila mengingat latar belakangnya yang hanya berasal dari keluarga menengah. Tak banyak orang yang mau berteman dengannya. Ia-- oh bukan hanya dia, tapi mahasiswa beasiswa yang lain juga kerap menjadi sasaran bully untuk mereka yang merasa kaya.

Semua itu berhasil Nila lalui hingga tiba saatnya beasiswanya dicabut karena kelalaiannya. Ah ... ibunya sakit parah, membuatnya pecah konsentrasi yang berimbas pada nilainya yang menurun. Ia sudah pasrah untuk itu semuanya, tak peduli jika ia gagal lulus. Tapi, yang terpenting adalah kesembuhan bagi ibunya. Nyatanya, Tuhan tak berhenti mengujinya karena penyakit ibunya yang semakin parah dam membutuhkan banyak biaya untuk penyembuhannya.

Di tengah rasa putus asa karena tak dapat mendapatkan uang yang ia butuhkan. Bima, Abimanyu Nahabi Khorel datang. Menawarkan bantuan tapi juga dengan timbal baliknya.

Tak ada pilihan lain. Nila terima penawaran dari lelaki itu. Tak apa, pikirnya. Ibunya sudah banyak berkorban kini giliran dia yang harus berkobar. Meskipun setelah ini hidupnya tak akan ada artinya lagi.

Penyesalan dan rasa ingin mati Nila alami saat pengorbanannya berakhir sia-sia. Ia terlambat. Ibunya lebih memilih pergi.

Belum cukup sampai di situ penderitaan yang harus Nila hadapi saat sebuah fakta kembali terungkap. Ada sosok malaikat kecil yang bersemayam di dalam rahimnya. Laki-laki itu, meninggalkan benihnya.

chap-preview
Free preview
Bab 1
Seorang perempuan keluar dari sebuah ruangan dengan wajah sayu. Tersirat keputusasaan di wajahnya. Menarik nafas dalam perempuan itu lalu duduk di salah satu bangku yang ada. Menundukkan kepalanya dengan pikiran yang berkecamuk. "Nil," Perempuan yang dipanggil dengan panggilan Nila itu mendongak saat merasakan tepukan di bahunya. Dia tersenyum saat melihat siapa yang ada di hadapannya kini. "Gimana?" tanya perempuan yang tadi menepuk bahu Nila, saat melihat ekspresi sang sahabat. Dimana Ia tahu hanya senyuman palsu yang diberikan oleh temannya itu saat ini. "Ya nggak gimana-gimana," ujarnya masih dengan senyuman. "Apa yang dibilang sama Pak Rois?" tanyanya lagi menyebut nama dosen pembimbing mereka kini. Ia tahu tidak mungin tidak terjadi apa-apa. "Pak Rois bilang--" Nila menjeda kalimatnya sesaat untuk menarik nafas sebelum melanjutkan kalimatnya. "Beasiswa aku dicabut. Dan aku harus bayar uang semester bulan ini," lanjutnya, memberitahu masalah kegundahan hatinya. Nila hanyalah anak dari orang yang kurang berada. Dia kuliah hanya bermodalkan beasiswa. Kini dia sudah memasuki semester 8 dan sebentar lagi dia akan wisuda. Tapi, kini ujian menghadangnya. Beasiswanya dicabut. Hal itu yang mengusiknya, bagaimana ia bisa membayar uang kuliahnya yang mahal itu. Dia kuliah di universitas ternama. Go Internasional malahan, tidak heran jika mahal. Jika biasanya ia tidak perlu membayar karena beasiswa, kini ia harus membayar. Beasiswanya dicabut. Kini apa yang harus dirinya lakukan? Ini semua salahnya. Andai nilainya tidak menurun mungkin beasiswanya takkan dicabut. keadaan sang ibu yang sakit-sakitan menyebabkannya kepikiran yang berimbas dengan nilainya yang menurun. Belum lagi Sang adik, Jingga yang menelfon dan mengatakan bahwa sang ibu semakin drop dan tak mau di bawa ke rumah sakit. Semakin menambah beban pikirannya. Nila memang tidak tinggal dengan ibu dan adiknya, karena jarak rumah dan kampusnya yang jauh. Oleh karena itu, dia memilih untuk mengontrak dan bekerja di sebuah kafe. Gajinya tak seberapa, hanya bisa ia gunakan untuk membayar kostnya dan juga makannya sehari-hari, jika sisa pasti akan ia kirimkan kepada ibunya. Dan kini, bahkan gaji penuhnya pun tak akan sanggup membayar uang bulanan kampusnya. "Mending kita omongin di kantin sambil minum. Aku lihat Kamu kayak kelelahan gitu, Nil. Ayo!" ajak sang teman--Leny. Nila tersenyum lalu bangkit berdiri kemudian berjalan bersisian bersama Leny menuju kantin. Sesampainya di kantin, mereka langsung duduk di bangku dekat pojokan karena kantin yang memang sedang ramai. Tapi tidak sampai di paling pojok. Nila terlihat hanya memesan es teh sedangkan Leny memesan es jeruk. "Jadi?" tanya Leny memulai kembali pembicaraan. Nila menunduk bingung, bagaimana ia harus menceritakannya. Leny menghela nafas saat Nila tak kunjung bercerita. Ia hanya ingin mendengar kegelisahan yang saat ini tengah dirasakan oleh sahabatnya ini. Setidaknya akan sedikit mengurangi beban di pundaknya, mungkin. Walaupun dia tidak dapat membantu dengan uang, karena dia sendiripun sama, hanyalah anak beasiswa. Anak orang tak mampu. "Kalo emang Kamu nggak mau cerita juga nggak papa kok," ujarnya. "Aku bingung Len," lirih Nila dengan kepala menunduk dalam. Kalimatnya terjeda, saat tiba-tiba para perempuan di kantin banyak yang berteriak histeris. Hampir seisi kantin kini menatap ke arah pintu kantin dimana empat orang pemuda mulai melangkah masuk. Mereka berjalan dengan angkuh memasuki kantin. Aneh, karena hal itu bukannya membuat mereka dibenci malah semakin dikagumi oleh seisi kampus malahan. "Gila! Pangeran-pangeran surga udah turun ya?" "Ya ampun Bima. I love you!" "Kok bisa bening-bening sih mereka." "Ya Tuhan nikmat mana lagi yang kau dustakan!" "Bima sini. Dedek nungguin." Dan masih banyak lagi teriakan histeris dari para perempuan yang lainnya. Siapa sih yang tidak mengenal keempat lelaki tampan itu, terutama yang bernama Abimanyu Nahabi Khorel. Putra dari tuan Adi Khorel, Sang pengusaha terkenal. Pemilik dari Khorel company yang merupakan perusahaan nomor satu di Indonesia. Hal itu jugalah yang menyebabkan Bima diidolakan kaum hawa selain karena parasnya yang tampan. Mereka masih berjalan dengan angkuh. Melewati meja demi meja yang menyebabkan para wanita histeris sendiri. Hingga saat mereka melewati meja dari Nila dan Leny. Cyar! Leny yang juga mengagumi keempat lelaki itu tanpa sadar menjatuhkan gelas minumannya tepat mengenai sepatu Bima, yang menyebabkan keempat lelaki itu langsung berhenti. Kini seisi kantin beralih menatap pada Nila dan Leny. Mereka mulai berpikir apa yang akan dilakukan oleh Bima karena ada yang berani mengusiknya. Leny sendiripun juga sama kagetnya dengan apa yang baru saja dia perbuat. Dia langsung membungkuk di hadapan Bima, membersihkan sepatu mahal laki-laki itu dari tumpahan es jeruknya dengan telapak tangannya. "Maaf ... maaf ..." gumamnya tak henti-henti, wajahnya terlihat sangat ketakutan. Nila sendiripun juga sudah berdiri dari kursinya. "Bodoh! Mata Lo dimana, hah?!" sentak Bima kasar. "Maaf ... maaf ... aku benar-benar tidak sengaja," ujar Leny lirih, sudah berdiri dengan kepala yang menunduk dalam. Tangannya meremas ujung bajunya dengan gelisah. "Dasar orang kampung, sikap kalian, pun akan tetap kampungan walaupun sudah masuk di kampus elit," ujarnya tajam, penuh dengan nada mengejek. Leny sendiripun hanya mampu mengangguk mendengar itu. "Sekarang Lo minum tu minuman Lo, bukanya orang kam--" kata-kata penuh ejekan dengan menunjuk sepatunya itu terpotong saat Nila berteriak marah. "Cukup ya!" teriak Nila yang tahu akan kelanjutan dari kata-kata Bima, orang yang mengaku sempurna dengan tampang dan juga uangnya. "Wow, ternyata temanya nggak trima," ujar Bima dengan kekehan, saat melihat bagaimana gadis yang baru saja memotong ucapannya kini menatapnya dengan pandangan penuh kebencian. Mendengar ucapan Bima, seisi kantin mulai ikut menertawakan gadis itu. Mereka juga mulai berujar merendahkan kepada gadis itu. "Lo bisa masuk sini itu cuman karena beasiswa, jadi nggak usah sok berani lo sama gue," ujar Bima sinis memandang penampilan Nila dari atas hingga bawah. Tidak heran jika satu kampus dapat mengenali mahasiswa maupun mahasiswi yang kuliah dengan bermodalkan beasiswa. Karena kebanyakan anak beasiswa akan dikucilkan. Selain itu juga dapat dilihat dari penampilan mereka yang sangat jauh berbeda dengan mereka yang masuk dengan cara membayar. "Saya memang anak beasiswa, anak orang miskin, dan kampungan. Tapi, bukan berarti Anda bisa seenaknya dengan kami. Kami juga punya punya kelebihan yaitu, otak." Nila memandang Bima dengan sorot permusuhan, ia juga menunjuk kepalanya saat mengucapkan kata otak. "Kami bangga bisa membanggakan keluarga kami dengan kepintaran kami, bukan hanya tahu cara menghabiskan uang saja." ujarnya lagi, tajam. Hingga membuat seisi kantin langsung berhenti menertawakannya. Bima mengepalkan kedua telapak tangannya, mendengar ucapan gadis itu yang seolah menghinanya. Ia sangat muak dengan perempuan yang kini menatapnya dengan tatapan permusuhan itu. Dia akui memang gadis di hadapannya ini pintar. Terbukti dari bagaimana gadis itu dapat masuk di universitas milik keluarganya yang hanya berisikan mahasiswa dan mahasiswi dengan kepintaran di atas rata-rata. "Bukannya beasiswa Lo udah dicabut ya?" Salah satu teman Bima menyela, menatap mengejek pada Nila. "Gue yakin Lo nggak bakal bisa bayar uang kuliah. Paling juga bentar lagi Lo bakal dikeluarin," lanjutnya dengan mencemoh. Laki-laki yang baru saja berucap tadi ialah Andre. Dia mengetahuinya, karena Omnya yang kebetulan merupakan dosen di sini bercerita kepadanya tentang gadis itu. Dirinya selalu muak ketika Sang Om membanding-bandingkannya dengan orang kampungan di hadapannya saat ini. Bima tersenyum miring mendengar ucapan temannya. "Jadi, beasiswa Lo mau dicabut ya? gue yakin Lo bakal dikeluarin karena nggak sanggup bayar uang kuliah. Yah, Padahal, kan bentar lagi Lo wisuda." ujar Bima dengan nada yang dibuat kecewa diakhir. "Bukan urusan Anda!" sentak Nila muak, dia akan berjalan meninggalkan Bima dengan membawa serta Leny. Tapi ia kembali berhenti saat pergelangan tangannya ditarik oleh seseorang, dan ternyata orang itu adalah Bima. "Gue bisa bantu Lo lunasi biaya kuliah Lo," ujar Bima tersenyum penuh arti menatap Nila yang kini balas menatapnya dengan pandangan dingin. Nila tak menyahut. Ia menunggu kelanjutan dari ucapan laki-laki itu. Ia tahu bahwa Bima takkan memberikan sesuatu dengan percuma. Seisi kantin pun sama dengan Nila yang menunggu kelanjutan ucapan dari King of universitas ini. "Asal Lo bayar pake tubuh Lo itu, walau gue tahu rasanya pas--" Plak! Wajah Bima tertoleh ke samping, seiring dengan panas yang menjalar di pipinya. Bima kembali memandang Nila dan ia dapati wajah merah padam gadis itu kini. Tapi, saat ini dia sendiri juga sama marahnya dengan gadis itu. Berani-beraninya seorang mahasiswi beasiswa sepertinya menampar dirinya. Hal itu membuat egonya tersindir. Mengatur nafasnya yang memburu, Nila berusaha untuk tidak kembali menampar wajah Bima. Laki-laki itu benar-benar b******k, bagaimana bisa dia melecehkannya dengan ucapannya itu. Leny sendiri yang melihat itu terlihat langsunh syok. Ia kini merasa bersalah karena semuanya berawal dari dirinya. Leny berusaha untuk menenangkan Nila, yang terlihat masih dimakan emosi. "Nil, udah. Kita pergi aja." Ajaknya. Tapi, Nila malah melepas genggaman tangannya dan memilih maju, hingga tepat berada di hadapan Bima. "Saya lebih baik dikeluarkan dari kampus ini daripada harus memberikan tubuh saya pada orang yang tidak punya hati, seperti anda." Jeda, Nila mengatur nafasnya. "Anda sangat menjiji--" ucapan Nila terpotong karena sedetik kemudian tiba-tiba saja Bima sudah menarik kerah bajunya, hingga jarak mereka sangat dekat. Apa yang dilakukan Bima juga membuat ketiga temanya dan seluruh pengunjung kantin terkesiap. "Berani Lo bilang gue menjijikan? Lo dan temen Lo yang menjijikan. Orang miskin kaya kalian nggak pantes buat kuliah di sini. Kalian cuman jadi sampah di sini, Lo tahu itu?" tanya Bima tajam. "Bersyukur satu diantara kalian bakal ada yang dikeluarin, sory gue senang atas penderitaan Lo." lanjutnya sinis. Setelah mengucapkan itu, Bima melangkah pergi. "Nggak jadi makan Bim?" tanya Dimas--salah satu dari keempat kelompok laki-laki tadi. "Kalian aja, gue udah nggak nafsu lagi," jawabnya tanpa menoleh kemudian melanjutkan langkahnya berlalu dari sana. "Gue ikut Lo, Bim!" teriak Andre berlari mengejar langkah Bima. Sedangkan itu, Nila dan Leny memilih untuk keluar juga dari kantin sesaat setelah Bima menghilang dari balik pintu kantin. Nila berjalan keluar dengan diiringi sorakan-sorakan dari seisi kantin. Tapi, dirinya tak peduli dan dengan tegas melangkah keluar dari kantin. *** Nila memejamkan matanya, berusaha melupakan kejadian yang baru saja terjadi. Melupakan bagaimana ucapan Bima yang merendahkannya. Jelas ini bukan kalo pertama Nila bertengkar dengan laki-laki itu. Nila memanglah anak yang paling berani diantara anak beasiswa lainya. Dialah yang paling sering melawan dan membela jika anak beasiswa di kampus ini dibully. "Nil, aku minta maaf ya? Gara-gara aku, kamu jadi kena masalah sama Bima." ucap Leny penuh dengan penyesalan. Ia benar-benar merasa bersalah, kejadian barusan tentu saja penyebabnya adalah dirinya Nila membuka matanya, menoleh pada Leny yang duduk di sebelahnya. "Ini bukan salah kamu kok, Len! Kamu tenang aja. Aku emang udah seringkan berantem kayak gitu." ujarnya menenangkan gadis di sebelahnya. "Tapi, kamu keliatan frustasi banget Nil. Gara-gara kejadian tadi, kan?" tanya Leny cemas. Masih mempertahankan senyumannya, Nila menggeleng pelan. "Ngapain aku mikirin masalah tadi, nggak ada gunanya. Aku cuman kepikiran sama kuliahku dan kondisi ibuku. kamu tahukan?" tanya Nila menatap Leny lekat. Leny mengangguk, paham. "Andai aku orang kaya Nil, aku bakal bayarin kamu. Dan nganterin kamu ketemu ibu kamu, buat berobat. Tapi, nyatanya aku juga cuman anak dari penjual lontong sayur yang harus banyak bersyukur bisa dapet beasiswa. Maaf ya, nggak bisa nolong kamu." ujarnya dengan rasa bersalah. Nila tersenyum mendengar itu, dia tahu Leny memang baik. "Amin, semoga apa yang kamu inginkan terkabulkan." ujarnya. "Kamu nggak perlu ikut mikirin masalah aku. Insya Allah aku bisa bayar biaya kuliahku yang tinggal beberapa bulan lagi ini. Dan soal ibuku, kamu cukup doain aja biar ibuku selalu sehat. Biar Aku bisa bahagiakan dia." lanjutnya. "Pasti. Aku pasti bakal doain yang terbaik buat kamu, Nil." jawab Leny cepat, dengan kini sudah menitikkan air matanya. "Iya, makasih ya Len." Nila menghela nafas lelah saat Leny memeluknya. Saat temannya mengurai dia kembali memasang senyuman. *** "Kenapa sih Lo? Masih mikirin tu cewek?" tanya Andre yang melihat kekesalan di wajah Bima yang tak kunjung hilang. Bima memandang Andre sekilas dengan sinis. "Lo pikir?" Andre mengedik. "Iya, mungkin." Bima mendengus. "Gue masih nggak terima ditampar sama tu cewek kampungan. Sialan! Dia pikir dia siapa berani nampar gue." ujarnya kesal. "Salah sendiri ngapain Lo pake acara nawarin dia buat melacur sama Lo, tahu sendiri dia itu sok suci." "Gue cuman pengen jatuhin harga diri dia, gue bener-bener muak lihat muka sombong tu cewek. Lo tahu dia selalu berani sama gue, kan dari awal dia masuk. padahal gue ini senior dia." ujar Bima tajam. Ya, Bima adalah sosok senior Nila. Bima pada akhir memutuskan melanjutkan S3-nya di sini bersama teman-temannya, setelah sebelumnya mendapatkan tawaran untuk melanjutkan kuliah ke Amerika. Selain itu, ada alasan lain juga yang membuatnya memilih melanjutkan pendidikannya tetap di sini. Andre mengangguk-angguk setuju. "Gue tahu apa yang Lo rasain, gue sendiri juga benci banget sama tu cewek. Apalagi setiap kali Om gue banding-bandingin gue sama dia." Bima tak menyahut. Dia kini sibuk menatap ke depan dengan pandangan tajam. Bayang-bayang wajah Nila kini seolah terus berputar di kepalanya, mengejeknya. Nb. Kesannya untuk part pertama? Jadi, penasaran atau nggak?? Follow ** ? cucokstory untuk informasi cerita menarik lainnya❤️

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Undesirable Baby 2 : With You

read
161.6K
bc

Istri Kecil Guru Killer

read
156.3K
bc

Because Alana ( 21+)

read
360.3K
bc

Dependencia

read
186.2K
bc

Rujuk

read
908.0K
bc

Dear Doctor, I LOVE YOU!

read
1.1M
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook