bc

Winter For Spring

book_age18+
1.1K
FOLLOW
10.0K
READ
possessive
family
arrogant
CEO
prince
drama
sweet
bxg
serious
first love
like
intro-logo
Blurb

Jika diibaratkan dengan musim, maka Rigel adalah musim dingin. Di mana salju mulai turun, cuaca tak bisa diprediksi, dan semua tempat seolah membeku menjadi es. Sebagian penduduk bumi tak ingin keluar dari rumah dan memilih menyembunyikan dirinya di tempat yang paling nyaman. Berada di bawah selimut tebal atau duduk manis di depan perapian dengan secangkir coklat hangat dengan buku di pangkuan. Begitu juga dengan kemunculan Rigel bagi sebagian orang. Auranya yang dingin, hitam, dan menakutkan selalu menguar dalam diri lelaki itu membuat orang enggan untuk mendekat.

Sedangkan Bee, dia adalah musim semi. Musim yang datang setelah musim dingin. Di mana saat itu, bunga-bunga sedang mekar kembali dan kehangatan mulai muncul. Keberadaan Bee yang seperti musim semi, membuat Rigel mau tak mau harus mencoba menerima keberadaannya. Sayangnya keberadaan Bee, tak serta membuat dia harus ikut menjadi hangat. Lalu bagaimana kalau Bee pada akhirnya menyerah untuk berjuang menarik perhatian Rigel? Sedangkan selama ini dia hanya berjuang seorang diri.

chap-preview
Free preview
Part 1. Si Musim Dingin
Jika diibaratkan dengan musim, maka Rigel adalah musim dingin. Di mana salju mulai turun, cuaca tak bisa diprediksi, dan semua tempat seolah membeku menjadi es. Sebagian penduduk bumi tak ingin keluar dari rumah dan memilih menyembunyikan dirinya di tempat yang paling nyaman. Berada di bawah selimut tebal atau duduk manis di depan perapian dengan secangkir coklat hangat dengan buku di pangkuan. Begitu juga dengan kemunculan Rigel bagi sebagian orang. Auranya yang dingin, hitam, dan menakutkan selalu menguar dalam diri lelaki itu membuat orang enggan untuk mendekat. Jika musim dingin memiliki waktu kapan akan mulai dan kapan akan berakhir, maka Rigel adalah musim dingin sepanjang tahun. Dia tak memiliki kehangatan bahkan untuk orang lain sekalipun kecuali dengan keluarganya dan orang-orang tertentu saja. “Dia akan menikah, lo yakin nggak mau perjuangkan dia lagi?” Seperti saat ini ketika Rigel bersama dengan sahabat sehidup sematinya – Bintang Antariksa, ketika tiba-tiba Bintang membicarakan masalah pernikahan seseorang yang pernah masuk dalam kategori wanita beruntung sebab Rigel pernah menyukainya, Rigel pun terlihat biasa saja. Tidak ada kalimat sinis yang dilontarkan adaatau seolah-olah dia sedang memendam dendam. Padahal, kisah cintanya putus begitu saja. “Kenapa gue harus memperjuangkan perempuan yang jelas-jelas sudah memilih bersama dengan laki-laki lain dan meninggalkan gue? Gue rasa gue nggak punya waktu untuk itu.” Jawaban yang cukup dingin terlontar. “Lo akan datang?” Bintang bertanya lagi. “Tentu saja, gue juga sudah menyiapkan kado buat dia.” Satu minggu yang lalu, sebuah undangan tergeletak manis di meja kantor Rigel dengan namanya tertulis di sana sebagai orang yang diundang. Nama Bella dan Raga tercatat sebagai calon mempelai. Bella adalah kekasih Rigel setidaknya sebelum perempuan itu memilih Raga untuk dijadikan seorang suami karena beralasan Rigel tak kunjung melamarnya. “Lo mau kasih dia hadiah apa?” Pertanyaan itu lagi-lagi membuat Rigel pada akhirnya harus menyadarkan dirinya dari bayangan-bayangan yang seolah sedang menyerangnya. “Satu paket honeymoon ke Paris.” Enteng sekali cara pengucapannya, “Gue rasa, dia harus mendapatkan hadiah spesial dari gue.” Bintang tak lagi bertanya ini dan itu atau dia akan menjadi gila karena Rigel. Sejak dulu mereka saling mengenal, di antara mereka selalu Rigel yang menjadi pihak memberi rasa kesal kepada Bintang. Bahkan ketika jalinan asmara Rigel dengan Bella putus pun, Rigel sama sekali tak terlihat berduka. Dia masih bekerja dan beraktivitas seperti biasanya. Tak terlintas sedikitpun ekspresi sedih seolah hal tersebut adalah sesuatu yang sangat wajar. Berpacaran, putus, lalu kembali bertemu orang baru, itu adalah perputaran yang memang selalu terjadi pada setiap manusia. Lalu untuk apa dia harus bersedih hanya karena ditinggalkan seorang perempuan jika masih ada banyak perempuan lain yang bisa dia dapatkan. Seburuk itukah lelaki itu? Tentu saja tidak, dia hanya seorang lelaki yang realistis. Hari itu akhirnya tiba. Hari di mana dia harus datang ke pernikahan Bella. Lelaki itu tak membawa apa pun di tangannya. Pakaiannya pun masih pakaian kantor hari ini karena setelah dia bekerja langsung saja meluncur ke tempat acara. “Selamat!” Suara Rigel terdengar oleh pasangan pengantin yang sedang berbahagia tersebut. “Rigel? Kamu datang?” Bella terlihat sangat terkejut. Mungkin dia menyangka kalau lelaki itu tak akan pernah hadir di pernikahannya. “Kamu mengundangku bukan? Apa itu sebenarnya hanya sebuah formalitas saja?” cukup terdengar sinis ucapan Rigel, seperti dia tak memiliki filter dalam berbicara. “Tentu saja aku serius mengundangmu.” Bella sepertinya sedikit tersinggung. “Lalu, kamu datang sendiri?” Ada nada mencemooh terdengar tapi Rigel sama sekali tak peduli. “Aku rasa kamu adalah lelaki yang sangat hebat, seharusnya mudah saja mendapatkan penggantiku.” Mereka putus secara baik-baik meskipun Rigel tahu dia digantikan posisinya oleh orang lain. Tapi sekarang perempuan itu terlihat seperti memendam dendam. Padahal dia yang memutuskan hubungan mereka lebih dulu. “Siapa yang sendirian?” Seorang wanita cantik mendekat ke arah tiga orang yang saling berhadapan dengan ekspresi kelam seolah ini bukan acara pernikahan. “Dia sama aku.” Dengan sekali gerakan, tangan perempuan itu memeluk tangan Rigel yang dimasukkan ke dalam saku celana. Tingginya yang tidak beda jauh dari Rigel membuat keduanya terlihat sangat serasi. Rigel menoleh dan mendapati Bee ada di sampingnya. Untuk sesaat, Rigel merasa heran dengan gadis itu, tapi setelahnya dia sama sekali tak peduli. Membuka sedikit jasnya dan mengambil sesuatu di dalam sakunya. “Ini, ambillah. Aku hanya bisa memberikan hadiah ini untuk kalian.” Satu buah amplop berwarna coklat diterima oleh Bella. Perempuan itu bahkan tak sungkan membuka amplop tersebut di depan Rigel dan Bee. “Rigel, kamu serius memberikan ini?” Tiket perjalanan ke Paris dan beserta kamar hotel selama satu minggu di dekat menara eiffel ada di dalam satu amplop tersebut. Itu adalah perjalanan honeymoon yang pernah Bella ceritakan kepada Rigel ketika mereka masih berpacaran. Yang membuat Bella marah karena Rigel terlihat sama sekali tak peduli. Tapi, siapa sangka sekarang justru keinginan itu Rigel yang mewujudkannya. Bella, terlihat tak bisa berkata-kata lagi. Ekspresinya sungguh kalut dan kebingungan. Suaminya yang melihat itu berdehem dan sepertinya tersimpan kecemburuan di sana. Mungkin di dalam hati berpikir, kenapa mantan kekasih istrinya yang memberikan semua itu kepada Bella? Kenapa tidak dirinya? Karena setelahnya, justru amplop itu ditarik paksa oleh Raga dan dikembalikan oleh Rigel. “Ini berlebihan.” Katanya, “Kalau memang ini adalah keinginan Bella, maka biarkan saya yang memberikannya. Karena dia adalah istri saya sekarang.” Tersimpan nada cemburu di sana. Mungkin lagi lelaki itu sedang merasa cemburu karena terlihat jelas jika Rigel lebih dari dirinya. Untuk sesaat, atmosfer di sekitar mereka terasa kaku. Untungnya, Bee segera memecah kebisuan itu dengan ucapannya. “Ambil saja.” Begitu katanya, “Ini bukan karena Rigel sedang ingin membuat istri Anda terpengaruh kemudian kembali kepadanya, ini pure untuk hadiah perpisahan mereka. Hitung-hitung berbuat baik dengan mantan adalah perbuatan terpuji. Pahalanya cukup besar.” Bee jika sudah berucap, terkadang membuat orang lain kesal karenanya. Terlihat Bella pun tak suka dengan gadis itu. Tapi apa boleh buat, dia tak bisa berbuat apa pun. Amplop yang masih disodorkan oleh Raga itu diterima oleh Bee untuk selanjutnya diberikan kepada Bella. “Kami, bukan orang yang akan menerima kembali barang yang sudah diberikan kepada orang lain untuk kami terima. Ambillah dan bersenang-senanglah.” Bee menguasai percakapan. “Sepertinya di luar sana langit sudah menghitam. Kami harus pulang.” Rigel bahkan tidak menolak ketika Bee menariknya untuk pergi dari sana. Meninggalkan sepasang pengantin yang terdiam tak berkutik. Setelah ini, bisa saja Rigel meminta penjelasan kepada gadis itu bagaimana dan kenapa dia ada di tempat itu. Karena tingkah ajaib Bee jika berkaitan tentang Rigel benar-benar tak bisa diprediksi. *.*

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook