bc

MUSUHKU SEORANG CEO

book_age16+
476
FOLLOW
2.2K
READ
possessive
family
CEO
doctor
campus
office/work place
Writing Academy
like
intro-logo
Blurb

SEQUEL THE BOSS MAFIA AND MY HUSBAND

#PART DISA

Tentang Disa Smyth dan Kris Gibson. Mahasiswa jurusan kedokteran dan Seorang CEO yang dulu nya saling bermusuhan karena suatu hal.

Namun, apa jadinya kalau Disa malah menjadi dokter pribadi musuhnya itu?

chap-preview
Free preview
Pertemuan
Sequel untuk cerita Edgar silahkan di love dulu ya teman teman judulnya 'THE BOSS DEVIL' Gadis dengan rambut panjang yang dibiarkannya terurai itu menghapus peluhnya setelah berhasil menolong seorang balita yang sesak napas. Disa sesekali tersenyum saat orang orang memandangnya takjub. "Terimakasih terimakasih...." ujar Ibu dari anak itu mengecup berkali kali tangan Disa. "Sama sama Ibu." balas Disa sembari berusaha melepas tangannya yang terus di cium oleh Ibu itu. Bukan risih, jijik namun Disa tak melakukan hal besar. Disa hanya membantu karena Disa bisa. Itu saja. "Hati hati Cantik." lambai Disa pada balita kecil di gendongan Ibu itu. "Terimakasih sekali lagi." Disa mengangguk lalu melambai pada Ibu yang masuk ke dalam angkutan umum. Disa menghela napasnya. Lalu kembali menengok ponselnya. Tak lama, sebuah mobil berhenti tepat di depan nya. "Ayo, masuk." kata seseorang dari dalam, Disa mendengus lalu masuk ke dalam. "Kau lama sekali!" kesal Disa. "Aku baru mengantar Clara dan Lira pulang." jelas Edgar. "Pasang sabuk mu." Disa memasang sabuknya sembari mengomel. Clara adalah istri Kakaknya, sedangkan Lira adalah adik dari Clara. Baru beberapa Minggu yang lalu mereka menikah. "Itu bukan salah Kakak, Kau sendiri yang tiba tiba minta ikut Kakak rapat." ujar Edgar tanpa rasa bersalah sembari mengemudikan mobilnya dengan santai. "Lagian kenapa kau mau ikut?" heran Edgar. Disa tiba tiba ingin ikut rapat bersama Edgar. "Aku juga tak tau." balas Disa yang digelengi Edgar. "Kau sudah makan?" "Sudah." angguk Disa. Bagaimana pun Edgar, kakak nya itu tetap menjadi sosok penyayang baginya. "Jangan sampai telat makan. Kau sudah semester akhir kan?" Disa mengangguk. "Aku tau. Aku bukan anak kecil." sungut Gadis dengan dress cokelat pucat itu. "Kau tetap adik kecil kakak." Disa mencebik. Padahal umur mereka sama, Edgar tetap berpikir Disa adalah adik kecil baginya. Sampai disana, Edgar langsung bertemu dengan teman teman sesama petinggi perusahaan dan melakukan rapat. Sedangkan Disa, gadis itu malah berjalan jalan mengelilingi kantor. Disa tersenyum sesekali saat melihat karyawan yang tersenyum padanya. Gadis itu terus melangkah, berjalan perlahan sembari sesekali mengintip ruangan ruangan. Memang Disa, anak kecil. Prang Disa yang tengah melewati sebuah ruangan langsung mengintip ke dalam kala mendengar suara barang terpecah. Gadis itu langsung masuk, kala mendengar suara rintihan. Disa membuka pintu dan terkejut melihat seseorang tengah merintih di lantai. "O-obat..." Pria itu menunjuk laci, Disa langsung berlari membuka laci dan mengobrak abrik isinya. Setelah mendapat obat itu, Disa langsung mengambil air putih dan membantu pria itu menelan nya. "Di-dingin..." katanya memeluk Disa. Disa terus mengelus punggung pria itu. Pria itu sesekali menarik napas dengan susah payah, dan detak jantungnya sangat cepat. Disa membaca obat itu, obat untuk alergi dingin. Sebenarnya alergi dingin bukan penyakit berbahaya, tapi ada beberapa orang sampai pingsan dan mual karena tak kuat menahannya. "Berdiri, jangan di lantai." kata Disa lalu membuat pria itu susah payah berdiri dengan bantuannya. Dengan tertatih akhirnya Disa berhasil membantu pria itu sampai ke sofa. Disa langsung menyerobot jaket di kursi dan membalutnya di tubuh pria itu. "Sudahlah, jangan lemah Kris." Pria itu menatap Disa kaget yang tengah mengecilkan suhu AC. "Darimana kau tau namaku?" Disa berdecak lalu meletakkan remote AC. "Siapa yang tak mengingatmu anak nakal?" Kris lagi lagi menatap Disa kaget. Dengan melirik papan nama Disa langsung tau siapa itu Kris Gibson. "Kau...siapa?" Disa mendengus. Ingatan pria itu sangat buruk, padahal Disa dan Kris satu SMA. "Bocah yang daridulu membenci mu Kris." Kris terdiam, pria itu nampak berpikir. "Di-sa?" Disa mengangguk. "Bukankah aku calon dokter yang baik sekali? Aku bahkan membantu mu" kata Disa. "Kau jurusan kedokteran?" Disa lagi lagi mengangguk. Disa lalu menatap ruangan Kris, lalu kembali melihat papan nama Kris. matanya membulat kala meluhat jabatan pria itu. "Kau....seorang CEO!?" kaget Disa. "Ya. Sudah ku bilang dari dulu." Disa tersenyum mengejek. "Kau harusnya bukan mengonsumsi obat yang ini. Alergimu lebih parah, jadi ku sarankan kau mengonsumsi Leukotriene. Kau bisa juga meminta alat suntikan jika obat itu tak manjur. Atau sewa saja dokter pribadi. Alergimu bukan alergi ringan Kris, kau sesak napas dan detak jantung mu cepat. Kau ada di tingkat berat, gejala anafilaksis." Disa memaparkan cukup detail membuat Kris yang tengah menahan penyakitnya menatap Disa antara kaget, heran dan kagum dalam sekejap. "Sudahlah, aku pergi dulu." Disa lalu melangkah keluar, setelah meletakkan entah buku apa yang ia gunakan untuk menulis resep, meninggalkan Kris yang masih menetralkan tubuhnya. "Kau...sudah besar ternyata.." gumam Kris menatap kemana Disa pergi. *** Pria dengan kemeja putih yang tengah memasak sandwich dengan cekatan itu terlihat sangat maskulin. Kris Gibson. Seorang CEO yang dulunya adalah teman Disa saat taman kanak kanak. Namun pria itu di keluarkan karena ia berkelahi dengan Edgar, kakak Disa waktu itu ( ada di episode The Boss Mafia and My Husband). Lalu setelah tak satu sekolah, Kris dan Disa menjadi teman sekelas lagi selama tiga tahun di SMA. Namun, gadis yang dulu ia hina jelek itu sudah berbeda sekarang. Sebenarnya semua orang mengatakan Disa sangat cantik, hanya Kris saja yang mengatakan Disa jelek. That's why kenapa Disa membenci Kris. Karena Kris terus mengolok nya selama sekolah. Kris langsung membawa sandwich buatan nya ke ruang keluarga lalu menyalakan televisi untuk menonton tayangan berita. Sesekali pria itu menyesap kopi dengan tenangnya. Sudah kegiatan rutin Kris seperti ini. Kris hanya sesekali memakan nasi karena dia tak mau ribet menunggu nasi nya matang dan membuat sayur. Lebih baik membuat sandwich lebih simpel. Kris tinggal sendiri. Sudah lama. Orang tuanya berpisah dan sudah bahagia dengan keluarga baru mereka masing masing. Meninggalkan Kris sendiri. Tapi Kris tak kaget jika akhirnya orang tuanya memutuskan untuk berpisah. Karena sejak kecil mereka memang sudah membuatnya menjadi gila karena bertengkar setiap hari nya. Kris dianggap sebagai sosok penganggu dulu. Begitu juga kini, Kris menganggap anak kecil adalah penganggu. Untuk itu, Kris memutuskan untuk terus melajang dan tak menikah. Itu hanys merepotkan, apalagi Kris tak mau kalah jika sudah berdebat. Kris sesekali melirik suhu ruangan. Dia punya alergi dingin berat, seperti yang Disa katakan. Mungkin itu salah satu alasan Kris di anggap pengganggu, Kris juga kadang lelah dengan penyakit nya itu. Ponsel Kris berdering. Kris langsung gerak cepat mengambil dan mengangkatnya. "Halo?" 'Bos, Saya sudah temukan kampus Nona Disa.' kata seseorang yang terhubung dengan sambungan teleponnya. "Bagus. Kirim padaku." kata Kris senang dengan kabar yang suruhannya berikan. Setelah sambungan telepon terputus, Kris langsung membuka alamat yang suruhannya berikan. Kris langsung menyambar jas nya, tak lupa pria itu mengambil obat nya. Alerginya tak akan pernah tau kapan akan datang. Menghiraukan sandwich dan kopi yang masih tersisa dan ia letakkan begitu saja di meja. Kris langsung masuk ke dalam mobil setelah mengunci rumahnya. Dengan cepat pria itu mengemudi menuju kampus Disa. Beberapa hari silam Disa bilang, Kris sewa dokter pribadi kan? dan Kris tau siapa orang itu. Disa sendiri. "Disa!" Disa yang tengah bergurau dengan teman temannya menatap Kris kaget. Teman teman gadis itu sudah berbisik bisik melihat tampang tampan Kris. Disa bangkit, mendekati Kris. "Kenapa kau kesini?" tanya Disa sinis. "Kau bilang aku harus menyewa dokter pribadi kan?" Disa mengangguk malas. "Lalu?" tanya Disa malas, apalagi beberapa anak langsung menatap keduanya. Disa tak sudi di anggap berpacaran dengan pria di depannya itu. Non akhlak, Disa tak mau. "Aku ingin kau yang jadi dokter pribadi ku." kata Kris menatap Disa. ********* Kris menyisir rambutnya sembari menandatangani kertas kertas di depannya. Dua karyawan Kris yang tengah menunggu tanda tangan nya terpana melihat Kris. "Ehm, kalian tau bagaimana cara membujuk wanita?" tanya Kris. "Bapak, akan membujuk siapa?" tanya salah satunya. "Aku akan membujuk seseorang yang sedang marah padaku. Kalian tau bagaimana caranya?" dua karyawan itu langsung potek hatinya mendengar penjelasan Kris. "Ajak makan saja Pak." kata salah satunya. "Berdua?" karyawan itu mengangguk. "Dulu saya kalau marah sama pacar saya di ajak makan pak." Kris mengangguk. "Oke, terimakasih." Makan? Kris tidak tau selera Disa. Apa harus Kris mengajaknya makan romantis? atau makan saja di emperan jalan? Lagi lagi Pria itu menyisir rambutnya merasa frustasi. ********** Disa yang tengah keluar dari kampus membuka ponselnya. Disa mengumpat dalam hatinya melihat pesan dari nomor tak di kenal yang mengajaknya makan. "Apa sih mau mu!?" kesal Disa lalu kembali menutup ponselnya tak mau menbalas pesan itu. 08783xxxxx 'Kau mau makan berdua denganku?' Dari Kris Gibson

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Cici BenCi Uncle (Benar-benar Cinta)

read
199.9K
bc

HOT NIGHT

read
605.8K
bc

My Soulmate Sweet Duda (18+)

read
1.0M
bc

JODOH SPESIAL CEO JUDES

read
288.5K
bc

My Sexy Boss ⚠️

read
539.8K
bc

Crazy In Love "As Told By Nino"

read
279.6K
bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
464.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook