bc

Langit Senja

book_age16+
644
FOLLOW
3.5K
READ
possessive
second chance
badboy
goodgirl
brave
drama
highschool
office/work place
first love
intersex
like
intro-logo
Blurb

"Di belahan bumi manapun kita akan tetap bernaung dan melihat langit yang sama, bukan? Seperti itulah aku akan menemanimu. Dan seperti halnya Senja akan selalu menghiasi langit dengan sejuta pesona dan keindahannya, begitu juga caraku selalu mengingatmu." ~Langit

Langit, jatuh cinta dalam diam pada Senja sejak pertama mereka bertemu dan berkenalan. Kisah cinta yang semula biasa saja tiba-tiba dapat berubah menjadi sangat rumit dan tidak terduga.

chap-preview
Free preview
Prolog
    Langit dan Senja adalah dua hal yang saling melengkapi. Senja akan selalu ada di langit, demikian pula dengan Langit akan selalu menjadi tempat Senja untuk singgah. Sama halnya dengan Langit Aksara Mahedra dan Senja Nirmala Hapsari yang tidak sengaja bertemu disaat hari menjelang senja. dipinggiran Pantai Jimbaran berpuluh-puluh tahun lalu, tepat saat usia keduanya tujuh tahun.     "Langit."     "Senja."     Kedua anak kecil itu saling menautkan jemari dan tersenyum manis. Senja yang kala itu memiliki gigi ompong di samping kiri tersenyum manis dengan rambut kucir duanya, sementara Langit  yang berbadan gempal juga nampak tersenyum manis ke arah Senja. Kedua anak kecil itu dapat dengan cepat saling akrab. Kebetulan Ayah Langit yang bernama Anggoro Sumardi berporfesi sebagai seorang tentara yang kebetulan sedang berdinas di Bali. Sedangkan Ayah Senja, Hendri, adalah seorang pengusaha yang sedang berlibur bersama keluarganya di Bali.     "Papa kamu tentara?" tanya Senja saat dirinya dan Langit berjalan di sepanjang pantai Jimbaran. Langit mengangguk tipis. Tangan gempalnya masih menggenggam tangan Senja agar tidak terjatuh saat ombak menerpa mereka berdua. "Kamu juga pengen jadi tentara?" lanjut Senja. Langit tersenyum sembari menggedikkan bahunya acuh. "Nggak tahu. Bisa iya, bisa nggak," jawab Langit. Kedua anak itu akhirnya berhenti melangkah dan menatap semburat warna jingga yang terlukis di atas langit Jimbaran, Bali.      "Aku nggak pernah punya teman, kamu mau nggak jadi teman aku, Senja?" tanya Langit, netranya terus menatap Senja yang masih asyik menatap lurus kedepan. Tanpa pikir panjang, gadis kecil itu mengangguk. Senja lalu mengacungkan jari kelingkingnya dan meminta Langit melakukan hal yang sama juga seperti dirinya. Langit mengernyit saat kedua jari kelingking mereka akhirnya bertaut.     "Sampai kapanpun kamu teman aku, Langit," ucap Senja. Dari pertemuan singkat itulah akhirnya petulangan Langit dan Senja dimulai.     ***     Bugh     Bugh     Bugh     Perkelahian massal itu terjadi tak jauh dari perumahan warga. Tawuran antar pelajar itu berlangsung sengit, entah apa yang menjadi masalah dari para remaja itu hingga memutuskan berkelahi. Mayoritas dari mereka sudah mengenakan seragam putih abu-abu dan ada beberapa orang yang masih berseragan putih biru. Cowok jangkung dengan seragam putih biru itu tiba-tiba saja berlari keluar dari arena perkelahian saat netranya menatap ke tepi jalan, dibalik lapak pedagang kaki lima, ia melihat seorang gadis edang berjongkok dan meringkuk sendirian.     "Woy, Ngapain?" tanya cowok itu. Kehadiran cowok yang begitu tiba-tiba itu membuat gadis yang berjongkok itu pun terperanjat. Cewek itu menatap heran kearah cowok dengan penampilan acak-acakan, rambut tebalnya yang nampak kepanjangan, seragam yang tampak kumal dan dekil akibat perkelahian dan wajah yang tercetak beberapa luka dan juga lebam.     "Kamu?" pekik cewek itu.     "Ngapain disini?" tanya cowok itu singkat.     "Mau pulang." Jawaban cewek itu berhasil membuat cowok itu terdiam dan mengernyitkan dahirnya. Ia tahu dan ingat betul rumah cewek itu bahkan lebih jauh dari tempatnya saat ini.     "Kamu pindah rumah?" tanyanya.Cewek itu mengangguk. Beberapa kali cewek itu nampak kesulitan menelan salivanya karena tawuran yang sedang berlangsung sepertinya akan memakan waktu lama. Tidak ada yang menyerah dan mengaku kalah. Cewek itu lalu membuang nafas kasar, sebelum akhirnya cowok disampingnya meraih pergelangan tangannya dan menariknya.     "Eh mau kemana?"     "Anterin kamu pulang."     "Tapi rumah aku disana, Ngit. Ini salah jalan," ucap cewek itu. Cowok itu akhirnya menoleh sembari menyugar rambut tebalnya.     "Masih ingat sama aku?" tanya Langit ketus. Cewek itu mengangguk, yaa dia Senja. Entah ini kesialan atau sebuah keberuntungan bagi Senja, sejak pertemuan terakhirnya dengan Langit beberapa tahun lalu akhirnya mereka bertemu lagi hari ini.     "Kamu tawuran?" tanya Senja. Langit menggelengkan kepalanya sembari berjalan menjauhi arena perkelahian massal para pelajar itu.      "Terus?"     Langit menoleh dan menatap tajam ke arah Senja dan berkata, "Solidaritas," jawabnya singkat. Langit masih menggenggam jemari Senja erat, ia sungguh tidak ingin Senja melarikan diri darinya atau kabur dan kembali menghilang.     "Kamu masih ingat aku, Ngit?" tanya Senja dengan terus menatap wajah Langit dari samping. Garis wajah yang tegas serta rahang kokoh Langit menjadi perhatian tersendiri bagi Senja. Langit yang sekarang sudah jauh berubah dari terakhir kali mereka bertemu. Langit jauh lebih tampan (?)     "Masih. Rumah kamu yang mana?" tanya Langit saat mereka sudah sampai dipersimpangan jalan setelah sedikit lebih jauh berputar haluan menghindari perkelahian massal.     "Itu nomor 10," jawab Senja. Langit berhenti melangkah saat ia dan juga Senja sudah sampai tepat didepan pagar rumah sederhana berwarna merah.      "Tinggal disini?" tanya Langit singkat. Senja hanya mengangguk dan dengan senyum canggung menatap Langit. Senja mencoba menghindari tatapan tajam Langit yang seolah menyelidiki dirinya.     "Ada sedikit masalah, makanya aku sama Bunda sewa rumah disini," ucap Senja kemudian. Langit terdiam. Heran rasanya jika anak dan isteri dari seorang pengusaha sukses hanya mengontrak rumah sederhana di lingkungan biasa seperti sekarang? Langit tahu benar jika Hendri ayan Senja adalah orang yang bergelimang harta dan juga hidup mewah. Masih lekat dalam ingatan Langit, Hendri pernah memberikan mainan perang-perangan mahal pada Langit. Namun dalam situasi ini, Langit tidak ingin menanyakan hal itu lebih jauh lagi. Dia tidak ingin membuat Senja merasa tidak nyaman. Bagaimana pun juga masalah pribadi Senja adalah privasinya, Langit tidak ingin turut campur dalam masalah yang Senja saja enggan untuk bercerita. Langit tersenyum tipis sembari menatap rumah sederhana yang menjadi tempat tinggal Senja dan Nandini, Bundanya saat ini.     "Mau mampir?" tanya Senja saat keheningan menyelimuti mereka. Langit tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Lain kali aja. Paling nggak aku sudah tahu rumah kamu, jadi lain kali bisa mampir," ucap Langit. Senja mengangguk paham. "Kalau gitu aku pamit dulu. Lain kali kalau ada tawuran jangan ditungguin tapi lari. Menjauh. Untung ketemuanya sama aku, kalau mereka nggak tahu kamu bisa bahaya, Senja," ucap Langit. Senja memberikan cengiran kuda dan hormat ala militer pada Langit.     "Papa kamu udah pindah dinas ke Jakarta, Ngit?" tanya Senja yang seketika ingat jika Anggoro Sumardi, ayah Langit adalah seorang tentara. Langit menggeleng tipis. "Kemarin sempat di Jakarta tiga bulan, tapi ini udah pindah lagi ke Makassar," jawab Langit. Senja mengernyitkan dahirnya. "Terus kamu pisah sama orang tua kamu?" Langit tersenyum lebar dan mengangguk. Baginya kapan lagi dirinya bisa bebas dari kekangan asrama tempat dinas ayahnya jika tidak sekarang. "Sengaja. Ya udah, aku pamit," lanjut Langit seraya melambaikan tangannya pada Senja. Cowok itu berjalan tegal kembali ke area perkelahian massal. Senja menatap punggung tegap Langit yang kian lama kian menjauh dan akhirnya mengilang dari hadapannya. Banyak hal yang sudah aku alami selama ini, Ngit. Banyak hal yang tidak mugkin akan sama lagi. (*) __________________________________

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.4K
bc

My Secret Little Wife

read
92.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook