bc

Palupi Mahardika

book_age16+
581
FOLLOW
3.4K
READ
billionaire
love-triangle
reincarnation/transmigration
goodgirl
drama
comedy
bxg
like
intro-logo
Blurb

Seorang siswi bernama Palupi mengalami kecelakaan saat ia melarikan diri dari kejaran polisi gara-gara tawuran. Alih-alih meninggal, Palupi terbangun di tubuh baru bermama Palupi Jasmine Mahardika.

Sayangnya, dari semua keadaan yang bisa ia pilih, Palupi justru terbangun di tubuh wanita berusia dua puluh delapan tahun yang siap menikah dengan lelaki bernama Devano. "Siap menikah". Palupi harus menekankan fakta ini.

Tak ingin menjalani pernikahan yang bukan pilihannya, dia memutuskan untuk melarikan diri.

Sialnya, dia melarikan diri dari pernikahan dibantu oleh Samuel, yang ternyata musuh bebuyutan keluarga.

Situasi semakin rumit ketika dua lelaki ini menjadikan Palupi sebagai objek buruannya.

...

Jangan lupa tap love, ya. ❤❤❤

chap-preview
Free preview
Identitas Baru
"Woy lari, Woy! Ada polisi!" Si Kribo menarik lengan Palupi, gadis berusia dua puluh tahun dengan wajah manis dan mata bulat sempurna. Seragam putih abu-abu membalut badannya yang ramping dengan budge sebuah sekolah SMA ternama di ibu kota. Meskipun wajah ini sangat manis, jangan pikir karakternya halus. Dia adalah murid dengan pedikat paling badung seantero sekolah dan terkenal sebagai siswi paling lama. Setahun dia mengulang di bangku kelas sebelas dan dua tahun dia mengulang di bangku kelas dua belas. List pelanggarannya hampir khatam dua buku di catatan ruang BK. Setiap guru yang mengampunya selalu menyerah kalah. Dia mencetak rekor sebagai murid paling tua. Di saat teman-temannya sudah sibuk dengan skripsi, Palupi masih mengenakan seragam putih abu-abu dan terlibat tawuran di sana-sini. Satu-satunya predikat unggul yang Palupi miliki adalah diakui sebagai jagoan tawur oleh teman-temannya. Suatu predikat yang menyedihkan, tetapi justru diterima dengan membusungkan d**a oleh Palupi. Sekarang, Palupi dan teman-temannya telah terjebak dan dikejar oleh sekelompok polisi. Siapa yang menduga aktifitas tawuran kali ini bocor dan berhasil membuat polisi bertindak cepat untuk menangkap para pelaku tawuran di tempat perkara. "Sialan! Kenapa kita tetep dikejar sih? Apa gue terlalu cantik?" Palupi menggerutu, berlari beriringan di sepanjang jalan yang ramai untuk menghindari kejaran para petugas hukum. "Cuma polisi yang katarak yang menganggap loe cantik!" Kribo mendengus kesal, menoleh ke belakang, dan semakin kesal saat dilihatnya para polisi itu tidak berhenti mengejar. "Kalian! Berhenti!" teriak salah seorang polisi, telunjuknya menuding-nuding ke arah Palupi dan Kribo. "Saya?" Palupi menunjuk dirinya sendiri. "Saya pantang berhenti, Pak! Kalau Bapak nggak malu kejar-kejar cewek SMA di sepanjang jalan dan dikira maniak, kejer aja saya terus!" Dengan berani, Palupi justru menantang. Polisi itu bukannya berhenti, justru semakin semangat mengejar Palupi. Seolah-olah kata-kata Palupi barusan merupakan pemicu tambahan bagi staminanya. "Kalian! Awas, ya!" Kribo menyeret Palupi terus berlari hingga di batas kecepatan mereka. Mereka tak memiliki kesempatan untuk bersantai-santai. "Temen-temen yang lain juga dikejar? Apa cuma kita doang? Pihak musuh juga kena patroli, kan ya?" Palupi ingin memastikan. "Pastinya. Personil polisi kali ini banyak!" Kribo menimpali, nafasnya kembang kempis seperti orang kanker stadium empat. Palupi ingin membuka mulut untuk menanggapi kalimat Kribo, tapi kemudian, dia merasa dihantam sesuatu. Sebuah mobil dari arah kiri mengambil belokan tajam tiba-tiba, bersamaan dengan kemunculan Palupi yang berlari sekuat tenaga. Tabrakan itu tak bisa lagi dihindarkan. Tubuh ramping Palupi terpelanting ke jalan raya, berguling mengenaskan. Palupi masih mendengar secara samar-samar Kribo berteriak histeris. Tetapi Palupi tak lagi sanggup merespon apa pun. Ujung kepalanya terantuk sesuatu, membuatnya ia diliputi rasa sakit yang tak berkesudahan. Shiren menggerakkan bibirnya, ingin berteriak sekeras-kerasnya. Tapi yang keluar dari bibirnya hanya rintihan lirih. Sangat lirih, menyerupai bisikan. Seluruh tubuh Palupi tak bisa digerakkan lagi. Sendi-sendinya lemas. Otot-ototnya seperti ditarik paksa. Bagian bawah kepalanya terasa lengket, bau anyir yang kuat menyerang inderanya. Mungkinkah itu darah? Sialan! Palupi selalu benci bau darah meskipun ia sering melakukan banyak tawuran. Palupi mengerang untuk terakhir kalinya, sebelum rasa sakit yang lebih tajam lagi menyapa dirinya. Pandangan Palupi memudar, jatuh dalam kegelapan. Hal terakhir yang ia ingat adalah teriakan histeris orang-orang di sekelilingnya. Mereka semua berhambur mendekati Palupi yang tak berdaya. Seharusnya proses kematian itu sangat menyakitkan. Gabungan dari rasa sakit di dunia ini hingga berlipat-lipat. Palupi sudah mempersiapkan dirinya dengan baik. Jika memang ini adalah waktu di dunianya habis, maka ia akan mengalami proses panjang setelah ini. Dia bukan orang yang baik, tetapi ia juga bukan orang yang jahat. Entah di mana tempatnya nanti. Namun, yang membuat Palupi sendiri bingung, rasa sakit yang ia antisipasi itu tak kunjung hadir. Dia justru merasa ringan dan sangat sehat. Palupi menggerakkan kelopaknya, menyesuaikan pupilnya dengan cahaya yang berlebihan. Mungkinkah ini rumah sakit? IGD? Tetapi IGD pasti tak akan seribut ini. Palupi membuka mata sepenuhnya, menyadari ia sedang duduk di sebuah kursi dengan banyak perias di sekitarnya. Palupi semakin bingung. Dia mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba memahami lingkungan baru ini. Di atas kepalanya adalah kandelir indah dengan campuran warna putih dan keemasan. Ruangan ini cukup besar dengan banyak aktifitas berlalu lalang. Ada seorang perempuan yang saat ini sibuk menyelesaikan tatanan rambut Palupi. "Udah bangun, Neng? Pas banget ini rambutnya udah selesai ditata. Sebentar. Tinggal sentuhan terakhir. Calon suaminya pasti klepek-klepek liat Neng nanti. Sangat cantik dan menawan!" Wanita di belakangnya ini terus mengoceh, menyuarakan banyak hal yang tidak Palupi pahami. Calon suami? Apa maksudnya? Tunggu! Ini di mana? Bukankah seharusnya orang yang jatuh dirawat di rumah sakit? Ini jelas bukan rumah sakit. Palupi ingin berdiri, tetapi segera ditahan oleh si penata rambut. Wanita lain dengan usia yang lebih muda melakukan pengecekan terakhir pada wajahnya, dan membubuhkan bedak lagi di beberapa sudut yang terkena keringat. Palupi memejamkan mata sekejap, merasa bulu matanya sangat berat. Sepertinya ada yang salah dengan tubuhnya. Dia merasa sangat tak nyaman. Palupi menatap dirinya sendiri, mendapati ia telah mengenakan sebuah dress panjang dengan warna putih gading. Dress ini mengembung dari pinggang ke bawah, dengan lebar hampir lima meter. Manik-manik yang menghiasi dress ini terlalu mewah dan seperti dibuat khusus dengan tujuan tertentu. Tunggu! Ini … kenapa dress ini mirip dress acara pernikahan? Palupi terkesiap, dirundung kebingungan baru. Kenapa dia mengenakan semua ini? Apa yang terjadi sebenarnya. Terakhir yang ia ingat adalah jatuh tertabrak mobil, kepalanya terluka parah. Mungkin saja harusnya dia berakhir mati mengenaskan. Tetapi, kenapa ia justru ada di sini tanpa luka sedikit pun? Pasti ada yang salah. Luka kepala tidak semudah itu disembuhkan dan Palupi tahu betapa sulitnya operasi demi operasi yang biasanya dijalani orang karena mengalami benturan otak bagian belakang. Dia bukan murid yang ahli ilmu biologi, tetapi ia bukan murid yang bodoh juga. Ya. Meskipun ia gagal lulus dua kali, Palupi merasa ia bukan orang yang bodoh, hanya tidak pintar saja. "Palupi. Coba lihat ke cermin. Gimana? Cantik kan?" Dengan kondisi yang masih linglung, Palupi disodori cermin berukuran sedang. Sebuah wajah yang asing balas menatapnya melalui cermin. Wajah ini berbentuk oval dengan pipi tirus dan sepasang alis gelap melengkung seperti ulat. Hidungnya sempurna, dengan mulut s*****l. Ada t**i lalat kecil di bawah mulutnya, membuat wajah ini semakin menarik. Ada beberapa kerut samar di ujung wajah yang ditutupi dengan make up. Secara alami, wajah ini sudah sangat menawan. Ditambah lagi pulasan make up dari perias ahli. Make up yang sangat berani. Gincu merah dipulas merata di bibirnya yang penuh, alisnya ditebali, pipinya disapu perona, bahkan wajahnya diberi glitter. Wajah ini terlalu indah, tapi tidak lagi memiliki sentuhan remaja. Usianya pasti sekitar akhir dua puluhan. Rambutnya yang di hair spray dan diberi hiasan bunga di sisi-sisinya oleh seorang hair stylist profesional. Wajah ini … luar biasa cantik. Hanya saja, ini bukan wajah Palupi. Palupi menggerakkan tangan, menyusuri wajah, dan menepuk-nepuk pelan. Sialan! Ini benar-benar wajahnya. Semuanya telah berubah. Palupi berdiri dengan syok, menatap dress panjangnya yang bak gaun negeri dongeng, menatap kembali wajahnya yang asing, kemudian menyadari sesuatu. Dia telah berpindah raga. Jiwanya bertransmigrasi ke tubuh ini. Mata Palupi linglung. Dia meraih ponsel di atas meja rias yang entah milik siapa, melihat waktu dan tanggal sekarang, kemudian mendapati waktu berjalan normal tanpa memiliki jeda dari sejak ia mengalami kecelakaan. Ya Tuhan. Palupi panik. Dia berjalan memutari ruangan, mengangkat gaunnya kesetanan, dan memukul-mukul kepalanya, mencari penjelasan yang masuk akal. "Palupi! Hei! Loe kenapa?" Seorang wanita cantik berwajah blasteran Indo-Eropa masuk ke ruang rias dan menatap tingkah Palupi dengan terkejut. Dilihat dari wajah wanita itu, sepertinya ia adalah wanita yang baik. Dia juga mengenakan gaun mewah dan menggenggam sebuket bunga. Maya. Namanya Maya. Ingatan ini tiba-tiba membanjirinya seperti bendungan. Dia merasa kepalanya luar biasa berat, seperti dipukul godam raksasa tanpa henti. Ingatan demi ingatan berhamburan menyerangnya, memberi informasi secara total. Siapa tubuh ini. Gelar akademik. Latar belakang. Teman-teman. Tunangan. Pesta pernikahan. Pergaulan sosial. Palupi. Yah. Setidaknya namanya tidak berubah. Hanya saja … semua situasi sekarang masih membuat Palupi kacau. Palupi Jasmine Mahardika Hadyan, seorang putri tunggal dari pengusaha tekstil, properti, perbankan, dan sarang burung walet, bekerja membantu ayahnya mengawasi usaha milik keluarga, berusia dua puluh delapan tahun. Sialan. Dia menua delapan tahun dalam sekejap. Sungguh ironis. Memiliki pasangan bernama Devano Lazuardi Kagendra, dan hari ini adalah pernikahannya. Sialan! Sialan! Sialan! Palupi menendang kaki meja tiga kali berturut-turut, kemudian mengaduh sakit. Kenapa dia bisa mengalami perpindahan jiwa ke tubuh lain yang siap menikah? Yang siap menikah! Palupi harus menggaris bawahi ini. Tidak. Ini tidak bisa dibiarkan. Dia terjebak ke tubuh ini, entah dengan alasan apa, dan dia jelas tidak ingin menjalani pernikahan sinting yang bukan pernikahannya. Palupi tidak tahu dan tidak mengerti kenapa jiwanya terseret ke tubuh ini dan ke mana perginya jiwa yang sesungguhnya dari tubuh ini. Yang ia tahu, karena ia sekarang ada di sini, demi apa pun juga, ia tak ingin menjalani hidup yang tidak ia inginkan. Pernikahan ini, tentu saja menjadi hal yang ia tolak mati-matian. Yang benar saja. Terakhir dalam hidupnya, ia masih siswi SMA dengan usia dua puluh tahun yang berhasil meraih predikat siswi terlama dan terbadung. Dia tak ingin tiba-tiba mengubah statusnya menjadi istri orang, apa pun itu alasannya. Ya Tuhan. Teman-temannya akan muntah darah jika mendengar dirinya Menikah. Dia harus kabur. Sesegera mungkin. …

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

See Me!!

read
87.9K
bc

Married With My Childhood Friend

read
43.7K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.9K
bc

Everything

read
278.0K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.2K
bc

A Secret Proposal

read
376.4K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
221.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook