bc

Miss Bar-bar 2 - Indonesia

book_age18+
4.5K
FOLLOW
110.8K
READ
possessive
sex
family
pregnant
arrogant
badgirl
drama
sweet
first love
virgin
like
intro-logo
Blurb

[Mature 21+]

***

"Aku gak mau tahu, pokoknya kamu jadi pacarku mulai detik ini!" Anya menatap angkuh pria di depannya. Tangannya terlipat di d**a dengan dagu yang diangkat tinggi. Benar-benar sosok 'pemaksa' yang dikenal oleh orang-orang di sekitarnya.

"Maaf, Zevanya, tapi saya tidak mungkin memacari kamu. Itu mustahil," ujar pria yang dipaksa Anya menjadi pacarnya.

"Kenapa? Gak ada yang mustahil bagi seorang Anya!" Perempuan itu masih teguh pada keputusan gilanya.

"Dengar, alasan pertama, kamu mahasiswa saya. Kedua, saya sudah bertunangan. Ketiga, saya tidak tertarik dengan gadis muda. Keempat, kamu bukan tipe saya."

Anya mengerjap tidak percaya. Baru kali ini dia ditolak oleh lawan jenis. Sial. Lihat saja. Bukan Anya namanya jika ia mudah menyerah.

chap-preview
Free preview
1. Ultimatum Abi
Anak kembar pada umumnya selalu berebutan hal-hal yang mereka sukai. Entah dari mainan, pakaian, bahkan teman. Tapi ini berbeda. Anak kembar yang ini beda jenis kelamin. Raja Attaqi Abimanyu dan Ratu Zavanya Abimanyu. Dua bocah yang dulunya sering membuat sakit kepala karena suka saling menjaili, kini sudah beranjak dewasa. Bahkan sebagai orangtua keduanya, Kirana dan Abi sering merasa ini semua terlalu cepat untuk berlalu. Mereka masih belum percaya kalau anak kembar itu sudah menginjak jenjang perkuliahan. Baru kemarin rasanya Kirana melahirkan kedua bocah itu. Tapi lihatlah, mereka sudah tumbuh menjadi anak laki-laki dan perempuan yang tampan dan cantik. "Pulang jam berapa nanti, Kak?" Kirana tengah menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya. Ada Anya yang sudah duduk manis di kursi favoritnya. Sedangkan Abi di kursi ujung tempat kepala keluarga biasanya duduk. Pria itu membaca koran ditemani kopi buatan tangan sang istri. "Hm, sore kayaknya, Mi, mau main sama temen dulu nanti," jawab Anya sambil meminum s**u di gelasnya. "Kuliah kamu gimana, Kak? Jangan keseringan main. Inget, Papi mau tahun ini juga kamu lulus kuliah terus kerja. Atau nikah gak masalah." Abi bersuara sambil melirik putri kesayangannya. "Pi, aku belum mau nikah. Aku masih sangat muda, Papi... Aku mau nikmati kesenangan aku dulu." "Anya," Abi melipat koran di tangannya dan melepas kacamata lalu meletakkan di sebelah gelas kopinya. "Pikirkan juga masa depan kamu. Lihat Abangmu, dia sudah bisa cari uang sendiri dan gak main-main terus kayak kamu." Oke, ini yang Anya tidak suka dari Abi. Papinya itu selalu membandingkan dirinya dengan Taqi, kembarannya. Jelaslah mereka berbeda. Jenis kelamin saja beda. "Pi, Taqi itu laki-laki. Wajar kalau dia harus usaha dari sekarang. Aku perempuan, Pi, dan masih ada Papi juga." Kirana yang sejak tadi hanya mendengarkan pembicaraan suami dan anaknya itu kini ikut menyahut. "Sayang, gak selamanya Papi selalu ada buat kamu. Harusnya Papi gak ngasih kamu milih jurusan kuliah. Harusnya kamu ditegasin biar sama kayak Taqi. Biar gak jadi gini." "Mi, gini gimana? Aku cuma nikmati apa yang harusnya aku nikmati. Salahku di mana? Lagipula, dari awal aku tuh mau jadi make up artis. Bukan belajar kelas bisnis kayak sekarang. Membosankan." "Kamu yang milih kelas bisnis," sahut Abi mendengkus. "Iya. Karena pilihannya hanya ada dua. Kelas bisnis dan farmasi. Sama aja gak bebas memilih," sungut Anya kesal. Abi memijit pelan pelipisnya. Sikap Anya dan Taqi jelas sangat berbeda. Taqi lebih ke penurut. Sedangkan Anya pembangkang. "Udah, udah, makan sarapanmu. Udah mau jam 7 ini. Katanya ada kelas jam 8 kan?" Anya mengangguk saja lalu mulai menyantap nasi goreng di piringnya yang sudah Kirana siapkan. Wanita itu kini beralih kepada Abi dan mengusap pundak sang suami sebelum berlalu ke atas memanggil si bungsu. "Dek? Ayo sarapan!" Kirana mengetuk pintu kamar si bungsu lalu beralih ke kamar sebelahnya. Kamar Taqi. "Bang, ayo sarapan!" "Iya, Mi," sahut Taqi lalu pintu kamarnya terbuka bersamaan dengan pintu kamar si bungsu. "Bang, pegangin dulu," ujar Qia, si bungsu Abi dan Kirana. Kirana turun diikuti oleh Taqi dan Qia yang berjalan beriringan. Gadis remaja itu tengah memasang dasi sekolahnya sambil menuruni anak tangga. "Kamu diantar Papi aja ya, Dek, Abang mau ke tempat temen dulu sebelum ke kampus." "Iya." Ketiganya tiba di ruang makan dan duduk di kursi yang biasa mereka tempati. Taqi di sebelah Anya. Sedangkan Kirana duduk di depan mereka. "Pulang jam berapa kamu semalem, Bang?" tanya Abi. Taqi yang selesai meneguk s**u di gelasnya segera menjawab, "jam 11, Pi, dokter yang harusnya dinas semalem malah mendadak sakit. Jadi aku yang gantiin." Abi mengangguk sambil melirik Anya yang kini berkomat-kamit entah sedang mengejek siapa. Pria 3 anak itu tersenyum geli dan kembali bersuara. "Mulai besok Anya pergi dan pulang kampus sama kamu, bisa?" Taqi mengerutkan kening begitupun dengan Anya. Apa-apaan ini?! "Bisa," jawab Taqi meski kebingungan. Pasalnya mereka berdua sama-sama diberi kendaraan dan kenapa harus pergi ke kampus berdua? "Memangnya mobil Anya kenapa, Pi?" tanya Taqi sambil menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya. "Papi sita sampai Anya benar-benar fokus sama kuliahnya. Udah 4 tahun. Dan dia belum juga skripsi. Mau kuliah sampai kapan? Mau jadi mahasiswi abadi?" Anya tersedak makanan yang hendak di telan saat mendengar ucapan Abi. Mata perempuan itu melotot horor menatap Abi. "Pi...," rengek Anya menghentakkan tubuhnya ke kursi. Abi menggeleng tanda tidak terima bantahan. "Mulai besok, semua barang yang Papi anggap menggangu fokus kamu akan disita. Mobil, yang selalu kamu jadiin alat buat keluyuran. ATM, kartu kredit, semua kartu yang Papi kasih serahin ke Mami. Atau ponsel juga perlu disita?" tanya Abi hendak meraih ponsel Anya di dekat piring makanan anaknya itu. Anya menggeleng kuat dan memeluk benda pipih kesayangannya itu. Untung saja dia gerak cepat. Kalau tidak, habislah hidupnya. Sehari-hari tanpa ponsel? Yang benar saja. Bisa gila Anya. "Pi, ini namanya penyiksaan, Pi," protes Anya tidak terima. Qia dan Kirana saling pandang lalu mencibir. Sejak dulu, hanya Anya yang berani membantah Abi. Padahal Abi kalau sudah dalam mode serius, Taqi saja tidak berani bicara. Apalagi Qia. Berbeda dengan Anya yang malah membuat lelucon. Sejingan itu anak kesayangan Abi itu. "Oke, mulai besok aku pergi pulang kampus dengan Taqi. Mulai besok. Oke? Deal!" Anya beranjak dari kursinya lalu mencium pipi Abi secepat kilat. Kemudian perempuan itu berlalu ke arah Kirana untuk melakukan hal yang sama sambil berbisik. "Mohon kerja samanya, Mamiku sayang." Kirana hampir menyemburkan tawa saat melihat Abi melirik tajam padanya dan Anya. Putri Kirana dan Abi itu segera berlari setelah mengambil kesempatan untuk menjitak kepala Qia membuat gadis itu merengek kesal. "Anak kamu, Mas," ujar Kirana tertawa geli. Taqi menghela napas. Kembarannya itu memang susah diatur dan dibilangin. Membuat segala hal menjadi mudah dengan caranya sendiri. Tak jarang di kampus Taqi mendapat berbagai aduan tentang Anya. Perempuan itu selalu saja membuat ulah yang mengharuskan Taqi untuk turun tangan. "Kalau nakal, anak Mas, kalau penurut kayak Taqi sama Qia, anak kamu, hm?" tanya Abi mencebikkan bibirnya. Kirana tertawa sambil mengelus lengan Abi. "Habisnya yang manjain Anya kebangetan dari kecil siapa? Mas loh ya. Aku udah sering bilang, Anya gak boleh terlalu di manja. Lihat kelakuannya sekarang. Untung aja pas Qia lahir aku protektif gak boleh kamu manjain lagi. Bisa pecah kepalaku kalau kedua putri kita sefrekuensi." Abi ikut tertawa mendengar keluhan sang istri. "Kamu yang Papi harapkan sekarang, Bang," ujar Abi pada Taqi dan lelaki itu segera mengangguk. Taqi tidak pernah merasa terbebani dengan perintah Abi. Sejak kecil dia memang suka melihat Abi memeriksa pasien di rumah sakit. Apalagi sejak masuk SMP, Taqi semakin rajin ke rumah sakit dan melihat Abi bekerja hingga pria itu selesai dan mereka pulang bersama. "Cita-cita Abang sejak kecil kan emang mau jadi dokter," sahut Qia dan Taqi tersenyum lebar menampilkan giginya yang tersusun rapih.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Playboy Tanggung Dan Cewek Gesrek

read
461.5K
bc

Perfect Marriage Partner

read
809.4K
bc

Skylove (Indonesia)

read
108.8K
bc

T E A R S

read
312.4K
bc

Love Match (Indonesia)

read
172.4K
bc

Bad Prince

read
508.1K
bc

Bridesmaid on Duty

read
161.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook