bc

After We Got Married [Seductive Secterary 2]

book_age18+
1.4K
FOLLOW
14.2K
READ
possessive
family
mate
drama
bxg
female lead
city
affair
wife
passionate
like
intro-logo
Blurb

Kata orang, setelah menikah semuanya akan terasa jelas berbeda.

Pria yang awalnya manis dan romantis akan berubah acuh dan sinis. Begitulah kata orang...

Namun, Angela yang kini menyandang nama Spanos dibelakang namanya, merasa semua pernyataan itu hanyalah sekadar mitos. Aldrich Spanos tetaplah menjadi pria yang manis, panas, seksi dan romantis untuknya. Angela tahu bagaimana Aldrich menjadi suami yang selalu siap siaga menjaganya dalam usia kandungan yang telah menginjak 7 bulan.

Angela sangat mensyukuri kehidupan pernikahannya yang terbilang masih seumur jagung, dia sangat mempercayai dirinya, percaya akan cintanya dan suaminya.

Namun, bubuk pahit itu seakan sedang Tuhan taburkan diatas atap rumah tangganya.

Angela mencium aroma yang berbeda dan semua itu membawanya menemukan sebuah cerita yang sama dengan masa lalunya yang pahit.

Sebuah perkara menyakitkan bernama perselingkuhan.

Apakan benar Aldrich berselingkuh dengan wanita lain?

Jika benar, apa yang harus dia lakukan? Bagaimana pernikahannya, terlebih bagaimana dengan benih cinta mereka di dalam kandungannya?

chap-preview
Free preview
SS2 - Prolog
[] Pernikahan yang sakral diiringi dengan janji suci yang terucap. Semuanya begitu murni dan tulus dari hati dan terjadi atas restu Tuhan dan kedua belah pihak orangtua mereka, bahkan semesta turut menyertai. Mereka bahagia, hanya itu kata yang dapat terungkap jelas selain rasa haru dan banyak debaran lain yang sulit untuk terungkap. Angela tahu dirinya dan Aldrich mensyukuri semua kebahagiaan ini tanpa terkecuali, menghadapi naik turun emosi dirinya yang sedang mengandung sejak awal pernikahan mereka. Pertengkaran-pertengkaran kecil itupun menjadi bumbu penyendap dalam hubungan pernikahan yang telah mereka bina selama lebih kurang 6 bulan ini. Terkadang, tak pernah dirinya lelah berterima kasih atas semua yang telah Tuhan berikan padanya selama ini. Udara pagi yang menyegarkan selalu dapat dirinya hirup dengan baik, menemukan kembali sosok yang selalu berhasil membuat dadanya berdebar kencang hingga sesak dalam haru, sampai ingin menangis dalam tawa. "Rasanya selalu sulit bernapas saat wanita secantikmu menatapku yang masih terpejam dengan penuh cinta...” ucap Aldrich dengan suara beratnya membuat sudut bibir Angela tertarik sempurna. “Bagaimana bisa kau mengetahuinya sedangkan matamu tertutup?” tanya Angela sembari menggerakkan telunjuknya pada garis hidung bangir Aldrich. Dengan senyuman yang kian merekah, mata sebiru langit itu terkuak dengan sinarnya yang begitu indah menangkap iris indah bak permen coklat yang manis itu dengan penuh cinta. “Kau tahu?” ucap Aldrich sembari menyusuri lekuk wajah cantik itu dengan jemarinya. “Aku tidak tahu...” ucap Angela sembari menggeleng manja. Aldrich hanya dapat menggeram gemas melihat tingkah wanita hamil yang kian terlihat semakin cantik tanpa ada lawan dengan pipinya yang kini berisi, sama persis seperti tubuh mungil nya yang kini menjadi sedikit gempal. “Saat kedua matamu menatapku, dadaku selalu berdebar kencang dalam semua rasa gelisah...” Berdecak pelan, “Kau terlalu keras dalam berbohong...” desis Angela melayangkan tinjuan kecilnya pada otot d**a suaminya. Menarik tubuh mungil nan berisi wanita hamil itu hingga mendarat sempurna diatas tubuh Atletisnya, “Apakah aku terlihat berbohong, sayang?” tanya Aldrich membuat Angela menggelengkan kepalanya. “Mungkin semua orang bisa mengatakan cintaku ini buta, tapi aku tak memiliki jalan lain selain mempercayaimu, Al.” ucap Angela membuat Aldrich mengkat kedua pundaknya pasrah. “Aku sekarang bahkan mendapat julukan pria yang manis dan romantis, parahnya julukan CEO dingin yang takut istri sejak kau selalu menerobos keruangan rapat untuk makan siang bersama tiga bulan lalu, masih belum lepas menjadi label diriku.” ucap Aldrich membuat Angela tergelak renyah saat-saat menyebalkan pada fase akhir dari trismester pertama yang telah berhasil ia lewati. Menjadi sosok manja dan menyebalkan seperti gadis kecil, semuanya menjadi serba salah. Tidak ada yang benar untuk Aldrich Hot Spanos jika menolak keinginannya. “Pada kenyataannya memang begitu, bukan? Suamiku ini adalah pria manis dan romantis. Bahkan sangat manja seperti bayi jika sedang sakit dan kelelahan...” ucap Angela membuat sudut bibir Aldrich tertarik sempurna. “Karena wanita yang menjadi istriku adalah dirimu, Angela...” ucap Aldrich membuat Angela tersenyum senang seraya mengangguk setuju. “Karena kau adalah suamiku, Aldrich...” “Beberapa bulan lagi, Aku akan menjadi Hot Daddy...” gumam Aldrich dengan pongahnya membuat Angela mengecup tebalnya gemas. “Kurang lebih dua bulan lagi, waktu akan berlalu dengan cepat. Oh Tuhan, apakah aku siap untuk menjadi ibu yang baik?” ucap Angela membuat Aldrich mengigit gemas puncak hidung mungil wanita hamil yang kian cantik dengan pipinya yang kini semakin berisi itu. “Aldrich! Kau menyebalkan sekali...” sungut Angela menggosok hidungnya. “Jangan sangsikan kemampuanmu, sayang. Kau Angela yang serba bisa. Menjadi ibu yang baik bukanlah hal yang sulit bagimu. Kau sangat telaten mengurus suamimu ini dan sangat pandai menyusui...” puji Aldrich membuat Angela berdecak kesal. “Menyusuimu jelas berbeda dengan menyusui bayi, Stupid Spanos!” bentak Angela membuat mata Aldrich membelak sempurna. “Jaga ucapanmu, sayang, baby-boo kita bisa mendengarkannya...” sungut Aldrich seraya mengusap perut istrinya. “Ops! Sorry...” gumam Angela membuat Aldrich menunduk seraya bergumam tepat di depan perut buncitnya yang kini telah mengandung lebih dari 7 bulan, 29 minggu tepatnya. “Baby-boo, kau tahu tadi Mommy mu sedang memuji Daddy? Stupid Spanos adalah anonim dari Sexy Spanos, mengatakan kata yang berlawanan dari hati adalah bentuk kasih dari ibumu, jangan ditiru jagoan kecil, itu tidak baik...” ucap Aldrich berakhir mengecup perut besar Angela penuh kasih. “Daddy memang terkadang sangat menyebalkan, jangan ditiru, okay?” tanya Angela membuat Aldrich berdecak kesal. “Berbicara yang baik-baik, sayang...” “Eum, baiklah. Maafkan aku, Sayang...” ucap Angela menangkup wajah tampan Aldrich yang kini memasam. Senyuman jahil pria itu terbit ke permukaan, “Apakah tidak ada ring ring ding dong pagi ini?” tanya Aldrich menaik-turunkan alisnya. Angela sontak tergelak seraya menepuk gemas pipi sang suami, “Ini Senin, jangan lupakan agenda rapatmu, atau Brenda akan segera menerormu dengan suara petirnya” Berdecak kesal, “Super fast, hot sweat spicy s*x in the morning that will make you get multiple-orgasm...” bujuk Aldrich membuat Angela mengecup bibir tebal suaminya itu dengan gemas. Kecupan itupun bersambut dalam sebuah ciuman yang perlahan lembut hingga berbuah dengan lumatan demi lumatan basah yang memercikkan api gairah. Dan gelora api gairah itupun bak tersiram air hingga padam saat dering ponsel Aldrich menginterupsi. “Ck!” Angela tersenyum geli saat melihat raut wajah kesal sang suami saat sapa bibir mereka harus berpisah dalam rasa tanggung, “Lihat, Brenda lebih gesit dari yang kita kira...” “Dasar perawan tua menyebalkan...” desis Aldrich menatap layar ponselnya tanpa selera. “Jangan mengatai Brenda sembarangan, dia bukan perawan tua, hanya petualang sejati seperti Jonathan.” ucap Angela membuat Aldrich tersedak oleh tawanya. “Mari kita jodohnkan mereka!” seru Aldrich membuat Angela tergelak seraya menepuk lengan suaminya itu. “Jawab segera panggilannya!” desak Angela membuat Aldrich kembali berdecak kesal. “Yeah, Brenda?” tanya Aldrich tanpa selera menatap senyuman bak malaikat istri cantiknya itu. “Selamat pagi, Mr. Hot Spanos! Brenda Sexy Gonzalez disini! Jangan lupakan rapat penting bersama Mr. Tanaka Yensei, beliau di konfirmasi akan sampai ke kantor tepat pukul 08.45 am!”   Ucapan Brenda yang penuh semangat bak petasan membuat Aldrich sontak melirik Angela yang menutup mulutnya sendiri. Istrinya yang cantik itu menyembunyikan gelaknya yang tak tahan lagi untuk meledak. “Baik, aku akan sampai di kantor tepat 15 menit sebelum rapat itu dimulai...” ucap Aldrich bersambut gelak Brenda di seberang sana. “Kau akan datang tepat waktu jika kau melewatkan ring-ring ding-dong morning sweat mu, Mr. Spanos...” goda Brenda disela gelak tawanya membuat tawa Angela sontak memecah. “Yuhuuu, tidak ada jatah apapun untuknya pagi ini!” teriak Angela hingga gelak kedua wanita itu memenuhi pendengaran Aldrich yang kini menggerutu kesal. “Sudahlah, aku tidak sedang menyediakan wadah untuk kalian bergosip ria sepagi ini...” “Ops! I’m so sorry, Mr. Hot Spanos. Baiklah, sepertinya kita lanjutkan saja nanti gelak tawa kita, Mrs. Spanos...” ucap Brenda membuat Angela bertepuk tangan penuh semangat. “Kedai kopi biasa pukul dua belas siang. Aku akan menunggumu!” seru Angela membuat Aldrich memutuskan panggilan tersebut tanpa peduli teriakan girang Brenda di seberang sana. Pip! “Mengapa kau memutuskan panggilannya begitu saja?” tanya Angela menatap wajah Aldrich yang memasam dengan tatapan tak mengerti. “Bagaimana bisa kau membuat jadwal sendiri diluar rumah tanpa mengatakan padaku sebelumnya?” tanya Aldrich membuat Angela memutar kedua bola matanya malas. “Oh ayolah sayang, bukankah hari ini aku hanya ke butik setengah hari?” ucap Angela membuat Akdrich tertegun sejenak. Menangkup wajah mungil Angela dengan tatapan penuh tanya, “Apakah kau merasa tidak enak badan?” tanya Aldrich dengan raut wajah khawatir, membuat Angela memukul d**a bidangnya kesal. “Sudah ku duga kau pasti melupakan jadwal chek-up kandunganku hari ini...” desis Angela dengan raut wajah yang sontak memasam. “Oh Tuhan, maafkan aku sayang. Aku melupakannya...” ucap Aldrich seraya mengusap wajahnya kasar. Angela bersedekap seraya menghembuskan napasnya kasar, “Kau memang terlalu sibuk belakangan ini hingga tak memiliki waktu untuk memikirkan kami...” Menggengam kedua tangan istrinya itu, “Maafkan aku, sayang. Aku hanya masih mengantuk jadi lupa dengan agenda kita hari ini. Aku mohon jangan berkata seperti itu, aku tak mungkin lupa dengan dirimu dan buah hati kita...” ucap Aldrich menarik tangan Angela dan mengecup punggung tangannya. Menghembuskan napasnya kasar, “Sudahlah, kau pergi mandi saja. Aku ingin melakukan yoga sebentar...” ucap Angela membuat Aldrich menarik kedua tangannya hingga berdiri bersama suaminya itu meninggalkan ranjang tidur mereka. “Aku ingin kita mandi bersama, sayang...” bisik Aldrich membuat Angela menggeleng tanpa ragu. “Kau harus segera ke kantor, aku akan menyiapkan baju-akh!” teriak Angela saat Aldrich membawa tubuhnya dalam gendongan pria itu. “Aldrich, lepaskan aku!” teriak Angela berusaha melepaskan dirinya, namun Aldrich menahannya dalam gendongan erat pria itu. “Hanya mandi, aku janji...” bisik Aldrich membuat Angela pasrah memeluk pundaknya dengan erat. Angela hanya memilih menyurukkan wajahnya pada celah leher Aldrich, sesungguhnya hatinya bersedih, tapi bukankah sangat egois jika dia marah saat tahu sendiri bagaimana suaminya pergi pagi pulang lewat tengah malam setelah memenangkan proyek pembangunan Wold Mall yang mengusung desain yang cukup beragam dari 15 negara ternama yang terpilih. Proyek besar itu adalah proyek pembangunan yang Aldrich impikan sejak lama. Mendapat dukungan investor untuk membangun pusat perbelanjaan dan taman bermain dengan konsep berbagai negara ternama diseluruh dunia ini. Mall terbesar yang akan menjadi destinasi para wisatawan yang bertandang ke New York, pusat perbelanjaan dan taman bermain yang akan menjadi perbincangan hingga ke seluruh dunia. Aldrich Spanos, suami yang sangat dia cintai dengan segala mimpi-mimpi besar yang selalu ingin pria itu wujudkan. Sebagai  seorang istri, apa yang dapat dia lakukan selain mendukungnya? - “Sayang, apakah kau masih marah denganku?” tanya Aldrich sembari membantu istrinya mengeringkan rambutnya yang basah dengan hairdryer.  Menatap suaminya melalui cermin sembari meleparkan senyuman manisnya, “Maafkan aku yang terlalu sensitif ini, jujur saja suasana hatiku anjlok begitu saja, tapi bukankah kau juga sangat sibuk tiga bulan belakangan ini? Maafkan aku yang terlalu berlebihan, seharusnya aku telah membiasakan diri...” gumam Angela membuat Aldrich mengecup pipinya penuh kasih. “Jangan meminta maaf, sayang. Aku yang sepertinya kurang bersyukur karena terlalu mengabaikan hal-hal penting tentangmu, tentang buah hati kita. Terima kasih atas pengertianmu selama ini...” ucap Aldrich membuat Angela memutar duduk dihadapannya dan memeluk tubuhnya erat. “Terima kasih sudah bekerja keras untuk kami, Daddy...” ucap Angela lirih. Aldrich hanya dapat tergelak sembari melanjutkan kegiatannya mengeringkan dan menyisir surai hitam pekat istrinya. “Sudah selesai, belakangan ini cuaca begitu lembab dan dingin, pastikan rambutmu kering saat keluar rumah agar tidak flu...” ucap Aldrich membuat Angela tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. “Tak terasa sudah musim gugur saja ya...” gumam Angela membuat Aldrich tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. “Musim yang penuh emosional, kita melewatinya dengan sangat berat di tahun kemarin saat aku harus mengalami kelumpuhan pasca kecelakaan...” ucap Aldrich membuat Angela mendesah lelah. Bangkit dari duduknya sembari memeluk tubuh suaminya itu dengan erat, “Sudah kubilang, tahun ini pasti akan lebih baik sembari menunggu putra kita terlahir ke dunia ini...” ucap Angela membuat Aldrich tersenyum seraya mengusap punggungnya penuh kasih. “Sampai hari itu tiba, kalian akan baik-baik saja karena aku akan selalu siaga mendampingimu.” “Aku tak pernah menyangsikan itu, Aldrich...” ucap Angela mendongakkan kepalanya, menatap Aldrich penuh cinta. “Aku mencintaimu, istriku...” “Haruskah aku menjawab dengan pernyataan yang sama, suamiku?” tanya Angela sontak membuat Aldrich menggeleng samar. “Hu’um, sekarang kita harus sarapan. Jagoan kecil kita pasti sudah kelaparan...” “Akh!” teriak Angela dengan mata yang membesar, serempak dengan Aldrich. “Dia menendang?” tanya Aldrich membuat Angela mengangguk dan tersenyum disela ringisannya. “Sepertinya dia benar-benar sudah kelaparan...” ucap Angela membuat Aldrich refleks membawa tubuhnya dalam gendongan. “Kau mengagetkan ku, Al!” teriak Angela menatap suaminya yang kini memasang raut wajah khawatir. “Kita harus segera ke ruang makan...” ucap Aldrich membawanya keluar dari kamar dengan langkah tergesa. Mengerutkan dahinya, “Turunkan aku, Aldrich! Aku bisa jalan sendiri!” teriak Angela membuat rahang Aldrich mengeras. “Diam atau kita akan berakhir bercinta di meja makan!” bentak Aldrich membuat Angela lantas mencebik dengan matanya yang berkaca-kaca. “Jahat sekali membentakku seperti itu...” sungut Angela diiringi dengan isakannya. Mengecup puncak kepala istrinya penuh kasih, “Ssst... Jangan menangis, aku membentakmu agar kau diam, jika kau terjatuh?” tanya Aldrich membuat Angela memukul tubuhnya kesal. “Makanya, biarkan aku berjalan sendiri!” “Sayang, biarkan suamimu ini membawamu, okay?” tanya Aldrich membuat Angela hanya dapat pasrah. Aldrich posessive Spanos, Suaminya yang sangat overprotective dan tidak dapat terbantahkan. Bahkan semenjak hamil kamar tidur mereka kini berada dilantai dasar dengan alasan dirinya tak boleh menggunakan tangga, lalu untuk apa lift yang ada dirumah sebesar ini? Angela benar-benar tak mengerti apa maunya sang suami, namun dia sangat menikmati semua ini. Dirinya sangat tahu suaminya selalu melakukan sesuatu yang terbaik untuknya.  Suaminya yang baik dan paling berharga dalam hidupnya. Saat ini, disinilah kisah keluarga kecil yang masih mereka bangun bersama setelah setengah tahun menikah. Angela berharap tak akan pernah ada prahara yang dapat mengganggu ketentraman rumah tangga mereka berdua...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.0K
bc

My Secret Little Wife

read
91.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook