bc

Incaran Presdir Kejam

book_age18+
9.0K
FOLLOW
78.6K
READ
billionaire
killer
sweet
serious
scary
city
first love
chubby
virgin
love at the first sight
like
intro-logo
Blurb

Yoana adalah gadis yatim piatu yang hanya hidup dengan adiknya, Yohan. Dia tinggal di sebuah rumah mungil nan reyot. Pekerjaan sehari-hari Yoana adalah di sebuah rumah makan.

Pada suatu malam, Yoana melihat seorang pria bermata biru tengah membunuh seseorang. Pria itu bernama Asher. Luar biasa ketakutannya Yoana begitu Asher tahu kalau Yoana menjadi saksi mata atas pembunuhan yang dilakukannya. Entah karena iba atau apa, Asher membiarkan Yoana pergi. Namun, ternyata Yoana tidak bebas begitu saja. Dia menjadi incaran berikutnya.

Kenapa Asher mengincar Yoana?

chap-preview
Free preview
Pembunuhan Di Sebuah Gang
Seorang gadis berambut panjang lurus sepunggung, berjalan amat tergesa, hampir setengah berlari, menyusuri trotoar depan area pertokoan yang sepi. Toko-toko itu sudah tutup, karena malam telah larut. Ditambah gerimis yang membasahi bumi sejak senja tadi. Gadis itu melindungi dirinya dari tusukkan rintik-rintik air langit dengan jas hujan berbahan plastik, berwarna biru pudar, dan menerawang. Desah nafas kelelahannya terdengar jelas, bersaing dengan kelepakan suara sandal jepitnya yang menghindari genangan-genangan kecil di sepanjang trotoar. Sekarang sudah di atas pukul 12 malam, itu sebabnya jalanan di tempat itu sudah sepi dan sunyi dari yang berlalu lalang. Baik orang maupun kendaraan. Yoana nama gadis itu, sadar kalau pukul segini seolah menawarkan diri menjadi santapan preman-preman yang berkeliaran pada malam hari. Meskipun kasus pemerkosaan di daerah ini sudah lama tidak terdengar, tapi itu bisa saja terjadi bukan? Karena kejahatan tidak hanya karena niat terpendam, tapi juga karena ada kesempatan. Yoana sendiri sebenarnya tidak ingin menantang bahaya seperti yang dilakukannya saat ini. Tapi karena Yohan yang sakit meminta bakso, Yoana memberanikan diri untuk keluar mencari Abang bakso gerobak yang setiap malam mangkal di taman kota tempat anak-anak muda kerap berkumpul, memetik gitar, bernyanyi sumbang, tak sedikit sambil menenggak minuman khamar atau pun butir obat terlarang. Sudah seminggu Yohan –adik semata wayangnya- sakit. Dan selama itu, adiknya tersebut tidak mau makan meski Yoana sudah menawarkan beberapa makanan yang terjangkau kantongnya. Tiba-tiba saja, tadi Yoana yang sudah terlelap tidur dibangunkan oleh Yohan. Adiknya itu meminta tolong padanya untuk dibelikan bakso. Tentu saja Yoana tak tega menolak, mengingat ini makanan pertama yang diminta Yohan selama sakit. Yoana berharap setelah makan bakso yang dibelinya ini, Yohan sehat dan dapat kembali bersekolah. Yohan adalah harapan satu-satunya. Dia berharap adiknya itu bisa menjadi orang besar suatu hari nanti. Itu sebabnya, Yoana memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah demi menyekolahkan Yohan. Kini, kaki Yoana mulai menginjak gang sepi yang merupakan satu-satunya jalan menuju rumahnya. Gang itu begitu gelap karena di sepanjang jalan tak ada penerangan. Itu karena sepanjang gang ini terdiri dari jejeran ruko-ruko yang rusak akibat dilahap si jago merah enam bulan lalu. Bahkan, bencana kebakaran itu sampai menelan korban. Karena adanya korban itulah, gang ini jadi terkenal angker. Tak sedikit warga sekitar yang diganggu oleh arwah korban ketika melewati gang tersebut. Yoana yang tadinya berjalan cepat, kini berlari kecil. Bulu kuduknya berdiri sejak sesaat lalu. Tadi ketika berangkat, dia memang lolos dari gangguan arwah korban. Tapi itu sangat tidak menjamin untuk sekarang. Entahlah, Yoana merasa suasana gang ini lebih mencekam dari waktu dia berangkat. Bahkan, kakinya mulai gemetar ketakutan hingga tak sanggup untuk berlari lagi dan hanya mampu kembali berjalan cepat seperti di awal memasuki area gang. Sialnya, gang itu lumayan panjang. Mulut Yoana komat-kamit membaca ayat-ayat Qur’an yang dia hafal. Dalam ketakutannya saat ini, hanya Tuhanlah tempatnya bergantung. Deg. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Matanya yang bening dan bulat kian membulat oleh pemandangan mengerikan di depannya. Bukan hantu arwah korban kebakaran yang dia lihat saat ini, tapi sosok pria bertubuh tinggi besar tengah menghujamkan benda tajam dan mengkilat ke jantung seorang pria tua berjas rapi. Pria tua itu mendelikkan mata karena merasakan sakit yang luar biasa akibat tusukan itu. Sedetik kemudian, pria tua itu jatuh dan menggelepar seperti ikan di atas aspal. Darah segar merembes mewarnai kemejanya yang putih. Dalam sekejap, kemeja putih yang dikenakan pria tua itu berubah warna menjadi merah tua. Hakh! Sontak Yoana menjerit kecil melihat itu. Ini adalah kali pertamanya dia menyaksikan pembunuhan keji dengan mata kepalanya sendiri. Tentu jeritan itu langsung memancing sang pembunuh untuk menoleh cepat ke arah Yoana. Wajah sang pembunuh yang putih seolah menjadi pijar bagi sekitar yang gelap hingga Yoana bisa melihat sepasang mata birunya. Jantung Yoana berdegup sangat kencang setelah menyadari keberadaan dirinya diketahui oleh pembunuh itu. Namun, meskipun tubuhnya gemetar hebat, otak kecilnya masih berfungsi. ‘Lari Yoana! Lari!’ Tidak berpikir dua kali, Yoana berbalik badan hendak lari. Tapi dia terlonjak kaget begitu mendapati dua orang pria berjaket hitam ternyata sejak tadi sudah berdiri di belakangnya dan kini menghalangi langkahnya. Refleks, kaki Yoana melangkah mundur beberapa langkah, namun mentok setelah punggungnya menabrak d**a keras seseorang di belakangnya yang sudah dipastikan adalah pembunuh bermata biru tadi. Belum sempat Yoana melakukan sesuatu, tiba-tiba tubuhnya didorong keras ke dinding ruko hingga punggungnya terasa sakit karena menabrak kerasnya dinding itu. Pembunuh bermata biru itu yang melakukannya. Kini, di jarak yang begitu dekat, dia bisa melihat wajah sang pembunuh dengan jelas. Sangat tampan tapi sangat mengerikan. Pembunuh itu adalah pria paling mengerikan yang pernah dia lihat seumur hidupnya. Pembunuh bermata biru itu meletakkan ujung pisaunya yang masih berlumuran darah pria tua berjas rapi yang sudah mati tadi ke leher Yoana. Dengan suara lirih tapi penuh penekanan, Pria itu lalu bertanya, “Siapa kamu?” “A-aku bukan siapa-siapa. Aku hanya warga sekitar sini yang kebetulan lewat," jawab Yoana dengan suara terbata-bata. Yoana benar-benar tidak bisa menyembunyikan ketakutannya. “Lalu kenapa di malam selarut ini kamu berkeliaran?” “A-aku keluar untuk membeli bakso karena adikku yang sedang sakit menginginkannya.” Yoana menunjukkan kantong plastik hitam yang berisi bungkusan bakso. Pria bermata biru itu melirik plastik hitam di tangan Yoana dan tercenung untuk beberapa saat. Kemudian dia kembali mengarah pandang pada Yoana. Ditelisiknya wajah Yoana dengan seksama. Mata bulat bening yang menyiratkan ketakutan, hidung mancung kecil, dan bibir mungil berwarna merah alami yang bergetar. Setidaknya itu yang ditangkap oleh pembunuh bermata biru itu. Entahlah karena apa, pria bermata biru itu lalu menjauhkan pisau yang berlumuran darah tadi dari leher Yoana. "Kamu boleh pulang. Tapi kamu harus ingat, sesampainya di rumah lupakan apa yang kamu lihat barusan! Jangan sekali-kali berani melapor kepada polisi jika ingin nyawamu selamat!” ucap pembunuh mata biru itu dengan nada penuh ancaman, membuat Yoana langsung menelan ludah oleh kengerian yang tak terperi. Yoana mengangguk cepat beberapa kali. “Iya, iya. Aku tidak akan melaporkan apa yang aku lihat kepada siapa pun. Aku janji. Tapi tolong lepaskan aku. Adikku membutuhkanku." Pembunuh bermata biru itu mundur selangkah. “Kalau begitu, pergilah dari hadapanku sekarang juga!” Baru selesai pria bermata biru itu mengatakan itu, Yoana sudah berlari dari hadapannya dengan terbirit-b***t. Satu dari pria yang berjaket hitam mendekat pada pembunuh bermata biru. “Tuan, kenapa anda membiarkan gadis itu pergi? Dia adalah saksi pembunuhan ini. Ini berbahaya buat tuan.” Pembunuh bermata biru itu menoleh pada pria berjaket hitam itu. “Siapa bilang aku melepaskannya? Mulai malam ini, kamu akan mengawasinya. Jika dia memperlihatkan gelagat yang mengancam keselamatan kita, tangkap dia hidup-hidup dan bawa padaku. Biar aku yang melakukan tindakan padanya. Kamu mengerti?" Pria itu mengangguk penuh hormat. "Mengerti tuan." "Jadi, Pergilah! Ikuti gadis tadi sebelum kamu kehilangan jejaknya!" Pria berjaket itu mengangguk cepat. “Baik tuan.” Lalu pergi ke arah Yoana pergi. Pria bermata biru itu kini melirik pada pria yang satunya. “Urus mayat itu dengan baik dan jangan tinggalkan jejak kita sedikit pun!” Pria itu yang diajaknya bicara, mengangguk. “Baik tuan. Aku mengerti.” Bersambung... Selamat datang di novel baruku. Jangan lupa tap love, komen, dan beri vote. Thanks

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook