bc

Copulabis

book_age18+
3.3K
FOLLOW
18.4K
READ
billionaire
alpha
possessive
love after marriage
age gap
arranged marriage
goodgirl
CEO
boss
like
intro-logo
Blurb

Apa yang terjadi ketika sepasang suami istri baru mulai mencoba untuk tinggal di bawah atap yang sama setelah dua tahun menikah?

Zia akhirnya tinggal serumah dengan suaminya, Zavier, saat ia lulus SMA dan siap melanjutkan pendidikan di bangku Universitas. Akan tetapi, kehidupan mereka terus saja terasa seperti pengantin baru akibat perbedaan usia yang cukup jauh.

Zia bingung harus bersikap bagaimana terhadap suami yang berusia 16 tahun lebih tua darinya. Sementara Zavier sendiri bingung harus bersikap bagaimana pada istrinya yang masih dalam usia remaja.

Tidur di kamar terpisah. Sapaan yang terlalu kaku. Serta segala sikap formal lainnya mereka lakukan. Hingga akhirnya, salah satu dari mereka berani mengambil langkah baru untuk memecah semua kekakuan itu.

Akan tetapi, ketika kekakuan di antara mereka mulai mencair, bagian dari masa lalu Zavier muncul dan merusak segalanya. Masa lalu yang belum usai, dan menuntut untuk segera diselesaikan.

Pada akhirnya, apakah yang terjadi pada rumah tangga mereka?

Zavier/2= Zia atau Zia x 2 = Zavier

Ini bukan rumus matematika. Tapi beginilah kenyataannya.

Cover: Canva

chap-preview
Free preview
1
"Kamu tidak suka kamarnya?" tanya Zavier begitu mendapati Zia yang termangu di tengah kamar selama beberapa saat. Wajah gadis itu jelas menunjukkan keengganan yang begitu kentara. "Aah... Eemm..." Terkejut mendapat pertanyaan tak terduga itu Zia pun kehilangan kata-kata. "Kalau kamu tidak suka-" "Bukan," bantah Zia cepat begitu mulutnya berhasil mendapat kekuatan untuk kembali bicara. "Saya... Eee... Aku... Kamarnya bagus. Tapi..." Dan kemampuan bicaranya pun kembali lenyap. Zavier kembali meneliti ekspresi gadis di hadapannya itu. Sebuah kesimpulan pun segera di dapatnya dari wajah yang menolak menatapnya dengan mata yang terlihat gelisah itu. "Kamu keberatan kita tidur sekamar?" tembak Zavier langsung. Ekspresi bersalah langsung timbul di wajah Zia yang perlahan terangkat menatapnya. Gadis itu jelas tampak begitu bersalah. Tapi perlahan, ia pun mengangguk. Zavier tertawa dalam hati. Rupanya ayah dan anak kompak ingin menyiksanya. Ia memang diminta untuk bersabar lagi selama dua tahun oleh ayah mertuanya. Tapi ia sama sekali tak menyangka bahwa Zia juga menginginkan hal seperti ini. Sebenarnya ia bisa saja dan berhak mengajukan protes. Gadis ini sudah sah menjadi miliknya, bahkan sejak dua tahun yang lalu. Ia berhak meminta dan melakukan apa pun pada Zia. Ayah mertuanya jelas tidak punya hak apa-apa lagi. Dan bukan kewajiban Zavier untuk mematuhi perintahnya. Tapi biarlah, mungkin sebaiknya ia memang harus betul-betul bersabar dan tidak membuat istrinya ini ketakutan. "Maaf," bisik Zia yang kini kembali menunduk. "Tidak apa-apa," sahut Zavier cepat. Ia jelas tidak ingin terlihat merana di hadapan gadis itu. "Ini adalah kali pertama kita tinggal bersama. Kurasa kamu memang butuh beradaptasi dan sedikit privasi." Tapi Zia terus menunduk. Gadis itu semakin terlihat ingin membenamkan diri ke lantai yang dipijaknya. Melihat itu, Zavier diam-diam menghela napas dalam. Dia memang harus ekstra sabar. "Kalau begitu, mari kutunjukkan kamar yang akan menjadi kamarmu. Nanti kopermu biar Bambang dan bi Inah yang membereskannya sembari kita berkeliling." Tanpa menunggu tanggapan Zia, Zavier segera melangkah mendekati gadis itu. Disentuhnya pundak Zia dengan pelan agar gadis itu mengikutinya keluar dari kamar. *** Zia duduk di tepi tempat tidur. Matanya terpaku ke lantai. Ia tampak sedang memerhatikan sesuatu di sana. Tapi sayang, pikirannya tidak sedang berada di tempat. Pikirannya itu kini tengah berkelana pada satu hari di dua tahun yang lalu. Hari dimana ia mengenakan kebaya putih dengan seorang pria tampan bernama Zavier Bramanggara duduk di sebelahnya, dan telah bestatus sebagai suaminya. Zia masih ingat wajah Zavier saat itu. Datar tak berekspresi. Ia mencoba meraba apa yang sekiranya dirasakan lelaki itu, tapi sama sekali tak mendapat apa pun. Zia hanya sekali bertemu Zavier sebelum hari pernikahannya. Namun mereka sama sekali tidak bertegur sapa. Zia hanya tahu bahwa mereka menikah atas dasar perjodohan. Karena sejak kecil dididik untuk patuh, Zia menurut saja. Tapi sungguh ia penasaran dengan Zavier. Apakah lelaki itu juga sama sepertinya, atau melakukannya dengan terpaksa. Selepas prosesi akad dan resepsi yang hanya dihadiri kerabat dekat keluarga, Zavier menginap di rumah Zia. Hanya selama satu hari. Tidak ada yang spesial. Setelah itu, Zavier kembali ke Jakarta, sementara Zia tetap tinggal bersama orangtuanya di Jambi. Dua tahun Zia tinggal bersama orangtuanya, hingga hari ini tiba. Hari dimana ia pada akhirnya harus tinggal bersama lelaki yang berstatus sebagai suaminya. Sebenarnya Zavier bukan orang asing bagi Zia. Selama kurun waktu dua tahun itu, setiap bulannya Zavier datang berkunjung. Tapi hanya selama satu hari. Dan mereka tidak tidur sekamar. Terkadang, dalam kunjungan itu, mereka diberi waktu untuk berduaan. Biasanya itu digunakan Zavier untuk mengajak Zia jalan-jalan. Tapi kesempatan itu tidak memberi pengaruh banyak dalam hubungan mereka. Bagi Zia, Zavier tetap terlihat misterius dan enggan membuka diri terlalu banyak. Karenanya, Zia pun enggan untuk mencoba mengenal lebih jauh. Takut salah dalam bersikap. Sejak bulan lalu, Zia sudah mempersiapkan diri untuk hal ini. Ia sudah diingatkan berkali-kali untuk kepindahannya ke tempat tinggal Zavier serta hal-hal yang harus diingatnya akan perannya sebagai istri. Beberapa kali ia juga mencoba melakukan chat atau bertelepon dengan Zavier demi membantu persiapan hari ini, namun hal itu sama saja. Chat dan telepon itu hanya berisi basa-basi, tak banyak memberi pengaruh apa pun. Hingga Zia bosan sendiri, Zavier tetap saja misterius, dan di sisi lainnya Zia merasa segan untuk membuka diri lebih dulu. Sebenarnya Zia sungguh merasa tak berdaya. Apa yang bisa dilakukan seorang gadis enam belas tahun yang dipaksa menikah dengan pria tak dikenal dan berusia dua kali umurnya? Ya, dua kali umurnya. Saat mereka menikah dulu, Zavier berusia tiga puluh dua tahun sementara Zia enam belas tahun. Demi Tuhan, dia bahkan baru mencicipi duduk di bangku SMA. Entah apa yang dipikirkan orangtuanya saat itu Zia sungguh tak mengerti. Kini, setelah usianya delapan belas tahun dan sedikit banyak sudah mulai mengerti hubungan perempuan dan laki-laki, sedikit di antaranya suami dan istri, Zia tetap merasa tak nyaman. Banyak hal yang membuat Zia khawatir. Banyak pula yang membuatnya takut. Dan ia pun harus melewati tahun-tahun sebagai mahasiswa. Kepala Zia terasa akan pecah karena banyak hal yang berdesakan di sana. Sebagai mahasiswa, mungkin ia sudah punya sedikit persiapan. Namun sebagai istri Zavier, yang pada akhirnya tinggal di bawah atap yang sama, Zia sama sekali tidak memiliki gambaran apa pun. *** Bersambung...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

CEO Dingin Itu Suamiku

read
151.3K
bc

Bukan Ibu Pengganti

read
525.6K
bc

You're Still the One

read
117.1K
bc

Rujuk

read
904.5K
bc

A Secret Proposal

read
376.2K
bc

Love Match (Indonesia)

read
172.4K
bc

Pengganti

read
301.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook