bc

The Revenge

book_age16+
137
FOLLOW
1K
READ
dark
drama
tragedy
twisted
no-couple
heavy
lighthearted
serious
mystery
scary
like
intro-logo
Blurb

Khai yang mengetahui jika saudaranyadi bully dan menyebabkan saudara satu-satunya itu meninggal, membuatnya merasa sangat terpukul. Ia merasa harus membalaskan dendanya kepada orang-orang yang telah membuat saudaranya meninggalkan dirinya.

Khai pun mencari tau siapa yang telah membully saudaranya. Tetapi semuanya berubah setelah ia memasuki sekolah yang dimana pembully itu berada.

chap-preview
Free preview
Bagian 1
Suasana di ruang belajar Khai sangat sepi. Khai sudah lama tidak bertemu dengan saudaranya. Dia sudah sangat merindukan saudaranya itu. Mereka sudah seminggu lebih tidak bertemu, pasalnya saudaranya itu sangat sibuk akhir-akhir ini. Dua juga tidak tau apa alasannya. Sekarang Khai hanya kembali menatap buku-buku yang menurutnya sangat membosankan ini. Dia menatap ke arah cctv yang ada di sudut ruangan ini. Khai sangat yakin ayah dan juga mama tirinya sedang memantau kegiatannya sekarang ini. Tok.. Tok.. Tok.. Suara ketukan pintu membuat Khai mengalihkan pikirannya. Dia menatap ke arah pintu. "Masuk!" Perintah Khai. Pintu pun terbuka dan menampakkan salah satu asisten rumah tangganya masuk dengan membawa nampan yang berisikan berbagi macam buah-buahan dan segelas jus naga kesukaannya. "Permisi tuan.. Ini saya sudah siapkan buah dan jusnya." Ucap seorang pelayan wanita tersebut. Khai hanya menganggukkan kepalanya. Pelayan tersebut pun meletakkan buah dan jus tersebut di atas meja Khai. Khai menoleh ke arah pelayan tersebut yang sedang meletakkan jusnya. Wanita ini terlihat cantik. Khai tersenyum tipis melihat pelayan wanita ini. Setelah selesai, dia membungkukkan badannya sebelum pergi meninggalkan ruangan ini. "Siapa nama mu?" Tanya Khai sebelum pelayan tersebut pergi. Pelayan tersebut menegakkan badannya dan tersenyum kepada Khai. "Tasya, tuan." Jawab pelayan tersebut. Khai menganggukkan kepalanya. Dia melambaikan tangannya, mengisyaratkan agar pelayan tersebut keluar dari ruangan tersebut. Pelayan tersebut pun keluar dari ruangan Khai dan meninggalkan Khai sendiri di dalam ruangan tersebut. Khai menggeserkan buku yang ada di depannya dan meletakkan piring yang berisi buah-buahan tersebut di depannya. Dia pun mulai memakan buah tersebut dengan perlahan. Setelah selesai memakan buah dan meminum jusnya, Khai menutup buku-bukunya dan beranjak dari tempat duduknya. Ia tau jika sekarang belum waktunya dirinya untuk selesai belajar. Ia juga tau mungkin sekarang mereka sedang memaki dirinya karena menyelesaikan pembelajaran secepat ini. Tetapi Khai tidak perduli, dia mungkin akan di hukum nanti. Saat ini ia ingin bebas dahulu. Ia ingin menikmati waktunya sendiri. Ia ingin melihat beberapa pelayan baru yang ada di rumahnya ini. Khai keluar dari ruang belajarnya. Tujuannya saat ini ialah taman. Dimana dia bisa menikmati waktunya sendiri dan menikmati melihat pelayan-pelayan muda yang sedang berada di dapurnya menyiapkan makan siangnya. Fokus Khai saat ini ialah gadis yang tadi mengantarkan ia buah-buahan. Tasya. Entah kenapa ia tertarik kepada gadis tersebut. Gadis yang terlihat polos itu. Khai mengalihkan pandangannya ketika Tasya menoleh ke arah dirinya. Dia berpura-pura untuk tidak melihat ke arah Tasya. Khai memejamkan matanya. Dia mencoba untuk menimalisir degupan jantungnya ini. "Ada apa ini? Adik gue sedang jatuh hati?" Suara berat itu membuat Khai seketika membuka matanya. Ia terlihat sangat syok sekaligus senang ketika melihat Rama ~ saudara kandungnya itu sedang berdiri di depannya. Dengan semangat Khai bangit dari duduknya. Ia langsung menghampiri Rama dan memeluk tubuh Rama dengan hangat. Khai sangat merindukan Rama. Hanya Rama yang bisa ia ajak bicara di sini. "Gue kangen sama lo, Ram." Ucap Khai di dalam pelukan Rama. Dia sangat merindukan pelukan saudaranya ini. Rama tersenyum mendengar pernyataan Khai yang menyatakan kerinduannya itu. Dia membalas pelukan Khai. Detik berikutnya, Khai melepaskan pelukan mereka. Dia menatap wajah Rama. Khai dan Rama pun berjalan menuju tempat nya tadi. Mereka berdua berbincang ringan dengan canda tawa yang keluar dari percakapan mereka. Di kejauhan, Tasya menatap interaksi antara Khai dan Rama. Tetapi pandangannya lebih berfokus ke arah Khai. Dia tersenyum lihat wajah Khai yang sedang tertawa itu. Wajah tampan Khai serta lesung pipinya yang terlihat jelas ketika ia tertawa semakin menambah pesona Khai. "Kamu jangan jatuh hati sama tuan muda!" Tasya langsung menoleh ke sumber suara. Ia dapat melihat salah satu asisten rumah tangga di rumah ini yang lebih senior dari dirinya. Tasya tersenyum canggung mendengar perkataan wanita paru bayah tersebut. "Enggak, bu. Saya mana berani untuk jatuh hati dengan tuan muda." Ucap Tasya. Tasya kembali melanjutkan pekerjaannya yang tadi sempat ia hentikan ketika melihat Khai tadi. "Saya tau.. Tuan muda emang tampan dan dapat membuat siapapun jatuh hati dengannya. Tapi kamu juga harus ingat, ada seseorang yang akan menghancurkan rasa kamu itu nantinya. Seseorang yang berkuasa di tempat ini." Ucapnya sambil memperingatkan Tasya. Tasya yang merupakan baru di tempat ini langsung merasa takut mendengar perkataan seniornya itu. Pasalnya dia masih belum terlalu mengetahui tentang seluk beluk rumah ini. Kali pertama dia tau jika ruang belajar Khai mempunyai cctv saja, sudah membuatnya sedikit takut. Dia tidak tau kenapa ruangan itu memiliki cctv dan Khai yang selalu menghabiskan banyak waktunya di dalam sana. Sebelum Tasya hendak bertanya mengenai hal itu, seniornya itu langsung berjalan meninggalkan dirinya. Alhasil Tasya tidak jadi bertanya mengenai hal itu. Tasya pun berjalan meninggalkan tempat itu untuk berjalan menuju tempat lain. Khai dan Rama yang melihat kepergian Tasya langsung mengalihkan pandangan mereka. "Lumayan lah.." Ucap Rama mengenai Tasya. "Gimana? Bisa kan di kenalkan kepada ayah?" Tanya Khai dengan senyumannya. "Yakin? Gak takut di tentang sama Mama?" Tanya Rama balik. Mama yang di maksud Rama di sini ialah mama kandungnya. Dia sendiri sangat tau seperti apa mamanya itu. Mamanya pasti akan melakukan apapun untuk menentang hubungan tersebut. Apalagi jika menyangkut tentang Khai. Khai diam mendengar pernyataan Rama. Dia hampir lupa dengan mama tirinya itu. Mama tirinya pasti akan langsung menentang hubungannya dengan Tasya jika mengetahui tentang perasaanya. Bahkan mungkin Tasya akan langsung di singkirkan oleh mama tirinya itu. Khai tidak tau sampai kapan ia akan hidup di bawa bayang-bayang mama tirinya. Dia sudah lelah dengan semua tekanan yang diberikan oleh mama tirinya itu. Rama menepuk pundak Khai yang terlihat diam memikirkan pertanyaannya. Rama menghela napas panjang melihat wajah Khai itu. Dia juga merasa kasihan kepada adiknya ini. Dia tau adiknya tidak bersalah apapun, tetapi adiknya ini lah yang harus menanggung semuanya. "Gue tau perasaan lo ini, Khai. Kita juga enggak bisa berbuat apapun. Kita berdua sama-sama tau bagaimana sikap mama. Mama akan melakukan apapun demi kesenangannya sendiri. Bukan lo aja yang merasakan hal ini, Khai. Gue juga." Ucap Rama kepada Khai. Dia juga merasakan apa yang dirasakan oleh Khai. Bahkan dia selalu di pantau dengan diikuti oleh beberapa bodyguard yang di suruh mamanya untuk mengawasi dirinya. Khai tersenyum miring mendengar perkataan Rama. "Lo memang merasakannya, tetapi gue yang lebih tersiksa. Karena lo anak kandungnya. Sedangkan gue? Gue hanya anak dari wanita yang sudah membuat rumah tangganya hampir hancur." Ucap Khai sambil menatap lirih ke arah tanaman yang bahkan tidak ia ketahui apa nama tanaman itu. Rama diam mendengar perkataan Khai. Ia tidak tau kapan Khai akan memahami semua ini. Ia tau Khai sangatlah tersiksa dengan apa yang selama ini ia rasakan. Tetapi Rama selalu ada untuk Khai dan Khai sama sekali tidak memahami itu. Ia tau ibunya sangat menyeramkan. Tetapi seharusnya Khai sabar untuk menghadapi mamanya itu. Ia sangat berharap Khai bisa bersabar hingga mereka bisa sama-sama keluar dari semua ini. "Gue selalu berharap lo ngerti dengar situasi kita sekarang, Khai. Gue udah bilang berapa kali sama lo, kita harus sama-sama saling menguatkan. Bukan malah saling mengadu nasib seperti ini. Di sini.. Kita sama-sama terluka, Khai." Jawab Rama. Detik berikutnya, Rama menghela napas panjang dan menepuk pundak Khai. Ia memberikan senyumannya kepada Khai. "Udah gak usah bahas itu. Sekarang kita ke kamar lo. Gue punya hadiah buat lo." Sambung Rama. Khai yang awalnya memasang wajah datar, seketika langsung tersenyum ketika mendengar kata 'hadiah' yang di ucapkan oleh Rama. Ia langsung menganggukkan kepalanya dengan antusias. "Ayok!" Ucap Khai langsung. Rama tertawa melihat wajah Khai yang antusias tersebut. Mereka. Pun berjalan menuju kamar Khai. Sesampainya di kamar, Khai langsung mengunci pintu. Ia takut nanti akan ada orang yang masuk. Hanya di tempat ini ia tidak merasa di awasi. Di tempat ini juga tidak ada kamera CCTV. Khai dan Rama duduk di pinggir kasur Khai. Rama menurunkan tas ransel yang ia pakai. Ia pun membuka tas tersebut dan mengeluarkan beberapa buku dari dalam tasnya. Kali ini bukan buku pembelajaran yang harus Khai baca. Tetapi buku komik kesukaannya. Khai memang sangat menyukai membaca komik. Bahkan dalam satu hari, ia dapat membaca tiga sampai lima komik. Dan sekarang, Rama memberikannnya komik kesukaannya yang edisi terbaru. "Wah! Akhirnya gue bisa baca nih komik," Tutur Khai dengan antusias. Rama tersenyum senang melihat Khai yang bahagai itu. "Tapi ingat.. Jangan sampai ketahuan sama mama!" Rama memperingati Khai. Khai langsung menganggukkan kepalanya. Khai langsung berjalan menuju meja belajar yang ada di kamarnya. Ia membuka laci yang ada dan menyimpan buku komik yang Rama berikan tadi. Ia yakin jika tidak ada akan yang tau kalau dia menyimpannya di dalam laci. Bahkan mama tirinya sekalipun. Setelah selesai menyimpan buku-buku tersebut, Khai kembali berjalan mendekati Rama yang sedari tadi memantau gerak-geriknya. "Lo nginap sini kan?" Tanya Khai kepada Rama. Khai sangat berharap Rama akan menginap di rumah ini. Ia akan melakukan hal-hal seru bersama dengan Rama jika Rama menginap di sini. Khai sudah dapat membayangkan betapa menyenangkannya hal tersebut. Tapi sayangnya, harapan Khai sepertinya tidak akan terjadi. Pasalnya ekspresi wajah yang Rama berikan sekarang telah memberikan jawaban yang bisa Khai tebak. "Maaf Khai.. Sepertinya gue gak bisa nginap malam ini," Jawab Rama. Khai hanya diam mendengar itu. Entah kenapa ia menyadari jika Rama perlahan mulai menjauh dari dirinya. Rama mulai tidak memperdulikan dirinya lagi. Khai melangkah mendekati Rama. Ia menatap tajam Rama. "Kali ini apa alasannya?" Tanya Khai dengan nada dingin. Rama berdiri dari duduknya. Ia menghela napas melihat Khai sekarang. "Gue ma--" Khai langsung memotong ucapan Rama. "Lo mau belajar karena sebentar lagi ujian? Lo mau kerja kelompok dengan teman-teman lo? Atau lo mau les privat di rumah? Alasan lo klasik banget, Rama. Gue bosen dengar semua itu. Lo emang akhir-akhir ini mulai menjauh dari gue. Gue enggak tau apa alasan yang membuat lo melakukan itu. Gue salah apa sampai lo enggak mau dekat dengan gue lagi?" Khai benar-benar frustasi sekarang. Ia sangat mengharapkan Rama berada di sisinya akhir-akhir ini. Apalagi di saat ia sedang tidak baik-baik saja. Karena hanya Rama yang ia punya. Hanya Rama yang mengerti keadaannya. Tetapi sekarang berbeda. Rama tidak seperti biasanya. "Gue gak ngerti maksud arah pembicaraan lo ini, Khai. Gue enggak mungkin bisa menjauhi lo.. Kita sama-sama tau kalau hanya kita berdua yang bisa saling menguatkan. Tapi saat ini gue benar-benar enggak bisa menginap di sini," Tutur Rama. Ia sangat berharap Khai mengerti posisinya sekarang. Khai menganggukkan kepalanya. Ia memegang pundak Rama dengan senyuman tipisnya. Menatap tajam ke dalam pupil mata Rama. Untuk sesaat, Rama merasa terintimidasi dengan tatapan yang diberikan oleh Khai. Bahkan Rama langsung menundukkan kepalanya agar ia tidak menatap mata Khai itu. "Oke.. lo kali ini bisa keluar dari rumah ini, Rama. Tapi lain kali, gue enggak akan mengizinkan lo untuk keluar dari rumah ini tanpa menginap terlebih dahulu. Ngerti kan?" Seketika Rama langsung menganggukkan kepalanya. Ia berusaha untuk tersenyum kepada Khai agar suasana di antara mereka kembali damai. Khai pun menganggukkan kepalanya. Ia kembali duduk di atas kasur dan hanya diam menatap Rama. Tidak beberapa lama, seorang pelayan masuk ke dalam kamar Khai. "Maaf tuan.. makan siang sudah siap," Tutur pelayan tersebut. Khai hanya menganggukkan kepalanya. Pelayan tersebut pun langsung undur diri. Ketika pelayan tersebut sudah pergi, Khai kembali bangkit dari duduknya. "Kalau untuk makan siang, lo ada waktu kan?" Tanya Khai. "Tentu saja. Setelah selesai makan siang, gue akan pulang," Jawab Rama. Tanpa merespon ucapan Rama, Khai langsung berjalan terlebih dahulu ketimbang Rama. Rama hanya bisa menghela napas melihat Khai. Suasana di meja makan terlihat sunyi. Setelah pelayan meletakkan peralatan makan, mereka langsung beranjak menjauh dari meja makan. Rama melihat suasana di rumah ini sebenarnya merasa sangat miris. Ia miris melihat kehidupan saudaranya yang hanya tinggal sendiri di rumah yang sederhana ini. Tidak ada sosok orang tua di dalam rumah ini dan tidak ada kasih sayang. Khai yang selalu diawasi juga membuat Rama merasa kasihan kepada saudaranya ini. Khai tersenyum miris melihat Rama yang hanya diam menatap makanan yang tersedia. "Kenapa gak dimakan? Karena makanannya gak semewah di rumah lo?" Tanya Khai langsung. "Gue lagi gak mau ada pertengkaran di sini, Khai. Lo tau sendiri kita jarang ketemu akhir-akhir ini. Kalau lo terus bersikap seperti ini, kita hanya menyia-nyiakan waktu yang seharunya bisa kita nikmati. Jadi tolong.. bersikaplah dewasa," Ucap Rama menatap Khai dengan serius. Khai akhirnya mengalah. Ia menganggukkan kepalanya. Apa yang dikatakan oleh Rama ada benarnya juga. Tidak seharusnya ia berkata demikian. "Maaf.. gue sedikit kesal dengan lo hari ini." Rama tersenyum mendengar permintaan maaf Khai. Ia tau saudaranya ini sebenarnya memiliki sikap yang lembut. Mereka pun kembali menikmati makanan yang sudah ada di atas meja. Percakapan ringan mulai keluar dari mulut mereka, hingga suara tawa kembali terdengar di ruang makan tersebut. Suasana diantara mereka seketika kembali seperti semula. *** Khai menatap lesu Rama yang hendak kembali pulang ke rumahnya. Ia hanya bisa diam dan tidak bisa melakukan apapun untuk menghentikan niat Rama untuk kembali pulang. Sebentar laggi, Khai akan kembali sendirian di rumah ini dan kembali di awasi oleh cctv yang ada di rumah ini. Rama yang menyadari perubahan suasana hati Khai langsung membawa Khai ke dalam pelukannya. Ia memeluk Khai dengan hangat. "Sabar Khai.. Lo masih ingat kan tentang janji gue ke lo? Gue akan membawa lo ke rumah lo yang sebenarnya. Lo enggak akan pernah lagi tinggal sendirian di rumah ini. Dan lo.. Akan mendapatkan kasih sayang dari mama dan papa. Percaya sama gue," Ucap Rama. Rama kembali mengingatkannya tentang janji yang selalu ia katakan kepada Khai. Dan Khai selalu mengingat janji tersebut. Ia tidak pernah bisa melupakan janji yang sudah di buat oleh Rama tersebut. Walaupun dia tidak tau kapan janji tersebut akan di tepati oleh Rama. "Gue akan selalu mengingat janji yang lo ucapkan itu. Dan gue akan tetap menunggu sampai janji itu lo tepati," Jawab Khai. Khai melepaskan pelukan mereka. Ia menepuk pundak Rama beberapa kali. "Ya udah. Sana lo pulang, supir lo udah nungguin dari tadi." Rama menoleh ke belakang nya dan benar saja, supir pribadi miliknya sudah menunggunya di samping pintu mobil. "Gue pasti akan ke sini lagi nanti. Kalau gitu gue pulang dulu." Khai hanya menganggukkan kepalanya. Dia hanya bisa diam melihat Rama berjalan menuju mobil dan masuk ke dalam mobil tersebut. Tidak beberapa lama, mobil tersebut pun berjalan menjauhi pekarangan rumah Khai dan perlahan mulai tidak menampakkan dirinya. Khai kembali sendiri di rumah ini. Dia berjalan masuk ke dalam rumah. Tidak ada lagi yang bisa ia ajak bicara di dalam rumah ini. Tujuan Khai adalah kembali ke kamarnya. Sesampainya di kamar, Khai langsung masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu kamarnya. Ia kembali membuka laci dimana dia menyimpan komik-komik yang tadi diberikan oleh Rama. Khai mengambil satu komik dan membawanya menuju tempat tidur. Dia mulai naik ke atas tempat tidur dan membaringkan tubuhnya di atas kapuk yang empuk ini. Khai mulai membuka komiknya dan mulai membaca halaman pertama dari komik tersebut. Baru beberapa lembar dia membaca komik, alarm di sampingnya berbunyi. Alarm itu menandakan jika Khai harus kembali belajar di ruang belajarnya. Tetapi kali ini Khai sama sekali tidak berniat untuk pergi ke sana. Ia tidak perduli jika ia akan mendapatkan imbasnya. Khai mematikan alarm tersebut dan kembali melanjutkan membaca komiknya dengan nyaman. *** Di lain tempat, Rama yang baru memasuki rumah mewahnya ini langsung diam membeku ketika mamanya sudah ada tepat di depannya. Wajah datar tetapi menakutkan itu membuat Rama merasa takut melihat mamanya sendiri. Kali ini dia tidak tau apa kesalahannya sampai mamanya menatapnya seperti itu. "Dari mana kamu?" Pertanyaan dengan suara tegas, membuat kuping Rama seketika menjadi merah. Ia menelan ludahnya dengan susah payah. "Tadi Saya ke rumah Khai, ma." Jawab Rama jujur. Lagian tidak ada gunanya ia berbohong. Mamanya pasti tau jika ia tadi berkunjung ke rumah Khai. "Kenapa kamu selalu saja ke rumah anak itu? Kamu seharusnya konsentrasi dengan ujian kamu yang akan mendatang, Rama. Mama tidak mau nilai kamu semakin menurun hanya karena kamu sering bermain di rumah itu." Rama tidak habis pikir dengan perkataan mamanya ini. Sebenarnya semua ini tidaklah berhubungan. Khai sama sekali tidak membuat nilainya menurun. "Khai itu saudara saya satu-satunya, ma. Dan saya memiliki hak untuk mengunjungi saudara saya. Jadi mama seharusnya tidak bisa melarang saya untuk mengunjungi Khai," Ucap Rama dengan suara lantangnya. Entah keberanian apa yang muncul dalam dirinya saat ini. Tetapi ia sudah muak dengan larangan yang selalu saja mamanya katakan ini. Setelah mengatakan itu, Rama berjalan melewati mamanya. Tetapi langkahnya berhenti ketika mama Rama kembali bersuara. "Sampai kapan kamu mau terus kalah dari Khai? Sampai kapan kamu selalu menjadi nomor dua di mata papa mu? Kamu tidak tau bagaimana papa kamu selalu membanggakan Khai ketimbang dirimu. Seharusnya kamu sadar Rama, kalian bukan hanya saudara. Tetapi kalian juga musuh. Kamu tau sendiri bagaimana usaha papa mu untuk membawa Khai ke dalam rumah ini!" "Saya juga mau demikan. Saya juga mau Khai tinggal di rumah ini. Kenapa dia harus tinggal di rumah kecil itu sendirian?! Kenapa dia tidak tinggal di sini bersama dengan keluarganya. Kita keluarganya, ma. Khai juga berhak tinggal di rumah ini bersama kita.." Mama Rama tertawa mendengar permintaan putra semata wayangnya itu. Dia tidak tau apa yang sudah Khai berikan kepada Rama sehingga Rama begitu membela dan menyayangi Khai seperti ini. Mama Rama berjalan mendekati Rama. Dia menatap Rama dengan tajam. "Dia adalah anak dari simpanan papa kamu. Mamanya adalah perusak rumah tangga mama. Karena kehadiran dia, kamu akan terancam Rama." "Saya tidak pernah merasa terancam. Dan saya sama sekali tidak perduli tentang semua ini. Yang saya tau, Khai adalah saudara saya dan saya harus melindunginya. Dan seharusnya, mama juga demikian." Setelah mengatakan itu, Rama berjalan pergi meninggalkan mamanya yang masih diam melihat dirinya. Rama sudah memutuskan, dari awal dia tidak perduli tentang asal usul Khai. Jika dia dan Khai masih memiliki hubungan darah, ia akan tetap menyayangi Khai sebagaimana mestinya. Tetapi berbeda dengan mamanya. Mama Rama masih belum bisa menerima anak dari istri kedua suaminya itu. Ia tidak bisa membawa anak dari saingannya masuk ke dalam kehidupannya yang sudah mulai membaik ini. Walaupun saingannya itu sudah pergi meninggalkan dunia ini. Sakit yang dirasakan olehnya masih terasa sangat membekas. Semua kenangan buruk dirinya tidak akan pernah ia lupakan. Rama hampir tidak pernah lagi bertemu dengan papanya. Dan sekarang, Khai lah yang hampir tidak pernah bertemu dengan papanya itu. Apa yang di buat oleh wanita itu dulu, akan ia berikan rasa sakitnya kepada Khai. Anaknya lah yang berhak menerima imbalan dari perbuatan mamanya yang dulu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Menantu Dewa Naga

read
176.9K
bc

My Devil Billionaire

read
94.7K
bc

Marriage Aggreement

read
80.7K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
860.2K
bc

Scandal Para Ipar

read
693.5K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
623.9K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook