bc

Takdir Cinta Sang Kapten

book_age16+
1.2K
FOLLOW
6.4K
READ
adventure
time-travel
warrior
doctor
sweet
genius
captain
weak to strong
like
intro-logo
Blurb

Takdir telah banyak menguji kehidupan pria tampan bernama Nazief Zaahi. Ujian hidup yang mengharuskannya mandiri sejak kecil, bahkan di usir oleh orang tuanya sendiri dari gubuk sederhana pemberian warga, membuat Azie memiliki tekad untuk merubah kehidupannya menjadi lebih baik. Sampai akhirnya Azie menjadi seorang Kapten dalam kesatuan pasukan khusus TNI Angkatan Darat. Dulu ia hanya di kenal sebagai pedagang es mambo keliling namun sekarang ia dikenal sebagai kapten Azie yang tampan dan mengagumkan bagi para kaum hawa, namun ia sungguh penuh dengan rahasia.

Sayang kisah cintanya tak pernah ada dalam kamusnya hidupnya, sampai saat ini ia hanya menciuntai dua wanita, sang adik semata wayang dan juga Inaq (ibunya). Akankah sang kapten tampan itu menemukan cinta di salah satu misi panjangnya?

chap-preview
Free preview
Prolog
Nampak warna jingga menghiasi langit di sekitar garis cakrawala, sang surya yang bulat sempurna itu dengan warna menyalanya kini tengah berdiri gagah di sana menunggu waktunya untuk menghilang di garis cakrawala itu. Terlihat perempuan dengan perut buncitnya yang semakin besar tengah di apit oleh dua pria yang begitu mencintai dan menyayangi. Tangan kanannya di genggam oleh pria berseragam loreng dengan paras tampannya, sementara tangan kirinya tengah melingkar di pinggang sang suami yang di masa lalu pernah ia tinggalkan kabur karena rasa kecewa. Saiqa Farzana, dokter muda yang amat beruntung memiliki kakak laki-laki yang begitu melindungi sampai bertaruh nya, dan juga memiliki suami yang sangat mencintainya dari dia masih berusia 5 tahun. Kapten Azie tengah tersenyum menatap senja di sana, bersama Saiqa dan juga Ipar yang dulu begitu dendam padanya. Namun semua takdir mereka di masa lalu kini telah melebur menjadi rasa sayang yang mengikat hati mereka. Rayyan dengan penuh kasih sayang memeluk sang istri yang telah lama dicarinya, sampai akhirnya takdir mempertemukan mereka kembali dengan calon buah hati yang sebentar lagi akan terlahir ke dunia. Senja yang begitu indah, setelah peperangan panjang di pulau kecil itu. Kini tiga insan itu tengah kembali ke dalam ingat masa lalu mereka. Perjalanan panjang yang penuh dengan kejutan hidup yang tak terduga. Azie dan Saiqa mulai menerawang ke masa lalu, mengingat bagaimana perjuangan mereka yang di mulai ketika Senja puluhan tahun lalu. ***** Senja yang indah, menampakkan dua anak kecil yang satunya laki-laki dan yang satunya perempuan sedang duduk di tepi pantai itu menikmati keindahan senja di sore hari itu. “Kak apa inaq (panggilan untuk seorang ibu) tidak akan marah pada kita?” ucap polos anak perempuan itu pada sang kakak lelakinya dengan tatapan kekhawatirannya. Tampak dua rombong es berukuran lumayan besar berada di sisi luar mereka masing-masing. “Kenapa harus di marah, bukan kah di sini kita juga sedang berjualan.” Jawab sang kakak dengan seringai liciknya tanpa menoleh ke adik perempuannya itu. Suasana pantai kali ini lumayan rame dengan para pengunjung yang kini tengah menikmati sunset di pantai indah itu. Tak mau ketinggalan dua bersaudara itu pun ikut menikmati keindahan matahari yang akan terbenam di bawah kaki langit itu. Dagangan mereka juga sudah habis hari ini. Kakak beradik itu tidak sekedar datang bermain di pantai yang selalu menjadi pusat wisata yang paling terkenal di pulau ini, tapi mereka juga sedang menawarkan dagangan yang mereka bawa. Dua rombong es berisi es lilin warna-warni yang mereka jual pada setiap pengunjung di pantai itu laris manis kali ini. Setiap receh yang mereka dapat dari hasil berjualan itu di simpannya ke dalam tas pinggang kecil yang di bawa kakaknya yang sekarang bersembunyi di balik bajunya kakaknya. “Ya kak Zie benar, kita sedang berjualan jadi inaq dan amaq (panggilan untuk seorang ayah) tidak akan memarahi kita!” ucap Saiqa nama gadis kecil berwajah cantik dengan kulit putihnya itu. Berbanding terbalik dengan sang kakak yang berkulit hitam manis. Nampak lesung pipi terlukis di kedua pipi Saiqa tatkala ia mengembangkan senyumnya. Tapi Azie tau kali ini orang tua mereka akan marah besar, karena mereka sudah berjualan terlalu jauh dari rumah tempat tinggal mereka. Perjalanan seperti ini sudah biasa Azie lakukan sendiri, tapi kali ini ia memberanikan diri membawa sang adik bersamanya yang masih berusia 5 tahun itu untuk ikut berjualan bersamanya. “Ini hadiah ulang tahun mu dari ku, kamu suka melihat pantai dengan warna langit jingga yang begitu indah itu bukan?” ucap Azie pada Saiqa yang duduk manis di sampingnya sedang menangkupkan pipinya melihat keindahan lukisan cakrawala itu. “Terimakasih kak, hadiahnya begitu indah!” Saiqa yang sudah pasih dalam berbicara mengucapkan terimakasih pada sang kakak dengan merangkul tubuh pria kecil di sampingnya itu dengan perasaan haru dan bahagia. "Ingatlah pesan kakak ganteng mu ini, jangan pernah kamu merasa berkecil hati dengan kekurangan dan kemiskinan yang kita miliki sekarang. Jangan pernah menyerah dan putus asa hanya karena cacian dan makian orang-orang tidak berilmu itu. Lihat bahkan kita sebenarnya sangat kaya bukan, buktinya kita masih bisa memiliki dan menikmati keindahan di hadapan kita itu!" tutur Azie seraya menunjuk senja di hadapan mereka. "Itulah bukti kekayaan kita, dan tidak semua orang bisa menikmati ini! Yakinlah suatu saat nanti kita akan berdiri lagi seperti ini dalam keadaan yang berbeda. Keadaan yang jauh lebih baik, kita tidak perlu melawan mereka cukup hanya buktikan hasil akhir kita saja nantinya. Dengan kecerdasan yang kau miliki dan juga dengan ketampanan kakak mu ini kita taklukkan dunia ini. Okeh!" lanjut Azie mengeluarkan semua kata-kata bijak yang ia dapatkan dari buku yang di bacanya di perpustakaan kota. "Wah kakak bijak sekali. Saiqa akan selalu mengingat semua pesan-pesan kakak itu. Dan berjanjilah suatu saat nanti kita akan kembali di waktu yang sama dengan kebahagian yang berbeda!" timpal Saiqa yang tak kalah pintar mengeluarkan kata-kata bijaknya. "Tapi sepertinya kita harus pulang sekarang kak Zie, matahari sudah hampir terbenam dan adik cantik mu ini begitu takut dengan kegelapan!" lanjut Saiqa lagi. Lihat bukan anak usia 5 tahun itu begitu pintar berbicara bahkan di usia Saiqa yang sekarang ia sudah berada di bangku kelas dua sekolah dasar di desa tempat tinggalnya itu. Azie dan Saiqa pun bangkit dari duduknya dan membersihkan butiran pasir yang menempel di celana bagian belakang mereka setelah itu mereka bersamaan mengangkat rombong yang berada di samping mereka. “Biar kali ini Saiqa yang membawa rombong es nya kak Zie!” ucap Saiqa dengan senyum lebarnya. “Baiklah kalau kau tidak keberatan putri cantik!” Zie kini menggenggam tangan Saiqa yang satunya lagi. Mereka pun berjalan meninggalkan pantai itu dan berharap semoga ada yang memberikan tumpangan pada mereka. Karena hari sudah mulai gelap tidak mungkin ia akan membawa adiknya berjalan kaki sampai rumah. Bisa-bisa mereka akan sampai tengah malam di rumah. Benar saja keberuntungan berpihak padanya, pak Maman pemilik mobil pick up yang tinggal di ujung gang masuk ke rumah mereka ada di parkiran terlihat berdiri di samping mobil pick up nya. “Lihat dek, Tuhan begitu baik pada kita dan memberikan hadiah satu lagi untuk mu yaitu dikirimnya pak Maman pada kita agar tidak mengeluarkan uang dan tenaga untuk perjalanan pulang ke rumah!” bisik Azie pada Saiqa yang berjalan di sampingnya. “Pak maman yang tampan boleh nebeng gak?” sapa Saiqa pada pria dewasa yang langsung menoleh ke arahnya. “Astaga bocah ini, bagaimana bisa kalian berjualan sampai sejauh ini nak? Ayok naik, duduk di depan sana tunggu penumpang paman dulu lalu kita berangkat!” ucap Pak Maman dengan melambaikan tangannya meraih lengan Saiqa yang tengah berlari menghampirinya. “Aish aku bukan bocah paman, bahkan aku sebentar lagi akan masuk SMP!” Celetuk Azie tak terima di panggil bocah oleh paman yang selalu baik hati itu. "Diem lu tuyul, tega sekali kamu bawa adik mu berjalan kaki sejauh ini buat nemenin kamu cari uang. Masih kecil isi otak mu itu hanya uang saja!" omel pak Maman yang kesal karena Azie melibatkan Saiqa yang baru berusia lima tahun itu berjualan dengannya. "Begini nih kalau orang tua yang tidak sopan, bisanya ngomel dulu sebelum bertanya!" Azie tidak terima dengan tuduhan pak Maman padanya. "Haduh kak Zie berhenti lah tidak sopan pada paman, sudah ayo kita naik!" Saiqa kini menengahi perdebatan itu dan menarik tangan kakaknya dan menyerahkan rombong es yang di bawanya pada pak Maman. Azie juga melakukan hal yang sama menyerahkan rombong es nya dan mengikuti langkah sang adik menuju ke mobil pick up bagian depan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU

read
60.1K
bc

Perceraian Membawa Berkah

read
17.3K
bc

Marriage Aggreement

read
80.9K
bc

Anak Rahasia Suamiku

read
3.4K
bc

TETANGGA SOK KAYA

read
51.6K
bc

Menantu Dewa Naga

read
177.0K
bc

Scandal Para Ipar

read
693.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook