bc

TERNODA

book_age18+
40.3K
FOLLOW
188.2K
READ
revenge
drama
twisted
sweet
betrayal
coming of age
enimies to lovers
first love
lies
sacrifice
like
intro-logo
Blurb

AREA 21+ BANYAK ADEGAN DEWASA. BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN

Aline syok mendapati orang yang bersamanya di malam pertama pernikahannya ternyata bukan sang suami. Rimba sang adik iparlah yang ternyata telah merenggut kehormatannya.

Dalam keterpurukannya itu dia justru diceraikan oleh lelaki yang baru beberapa jam sah menjadi suaminya.

Misteri demi misteri terkuak ketika dia mulai balas dendam pada Rimba. Apakah yang membuat lelaki itu tega melakukan hal menjijikan seperti itu?

Cover : Pinteres edited with canva

chap-preview
Free preview
Malam yang Terampas
"Sayang, Mas pergi dulu sebentar. Ada kebakaran di gudang bahan baku," ujar Mas Rangga sambil mencium keningku . Dia tampak terburu-buru mengambil jaket dan kunci mobilnya. "Gak ada lagi yang bisa handle selain kamu, Mas?" tanyaku sambil mengekor. Dia menoleh. "Kamu kan tau sendiri, Papi seperti itu kondisinya. Lalu anak berandalan itu, mana mungkin dia mau mengurusi," ucapnya sambil memakai jaket. Aku membetulkan letak kerahnya.  "Ya, udah, Mas hati-hati, ya."  "Iya, Sayang. Ada-ada saja, harusnya aku ngelonin kamu, malah harus ngurusin beginian," ucapnya lagi dengan tatapan menggoda. Aku tertawa kecil.  "Ya sudah, sana. Biar cepet pulang lagi," usirku, walaupun merasa sedikit kesal.  Mas Rangga melepaskan pelukannya. Aku mengekor sampai ke ambang pintu. Sebelum pergi, dia mencium dan memelukku dengan erat.  "Tunggu, Mas gak akan lama." Mas Rangga berlalu sambil melambaikan tangannya. Aku membalas lambaian itu dengan sebuah senyuman. Lelaki itu, orang yang baru tadi siang sah menjadi suamiku. Seorang lelaki idaman setiap wanita. Tampan, baik  dan juga mapan. Beruntungnya aku. Aku segera menutup pintu. Badan ini rasanya lelah setelah seharian duduk di pelaminan dan bersalaman dengan ratusan tamu.   Sebuah lingerie hitam aku kenakan malam ini. Aku ingin menyambut kedatangan Mas Rangga dengan istimewa.  Aku matikan lampu utama, dan hanya menyalakan lampu spot yang temaram. Aku empaskan tubuh ke atas peraduan yang sudah ditata sedemikian rupa. Namun, keindahan malam pertama harus sedikit tertunda karena urusan yang tak bisa dibiarkan. Tak apa, lagi pula masih ada esok hari, dan malam-malam berikutnya, aku akan menikmati malam sebagai istrinya Mas Rangga. Aku tersenyum sendiri membayangkan semua itu. Mataku teramat berat, karena kemarin malam mata ini sulit terpejam menantikan hari pernikahan. Tanpa terasa aku jatuh tertidur. Entah berapa lama aku terlelap. Saat terasa sebuah tangan menarik paksa baju tipis yang kukenakan. Sreet! Sreett! Setengah sadar aku membuka mata. Gelap. Tidak ada cahaya sedikit pun, padahal seingatku tadi  menyalakan lampu spot. Tangan itu bergerilya makin hebat. Mungkinkah Mas Rangga sudah kembali?  "Mas?" ucapku lirih.  Tak ada jawaban. Hanya desahan napas memburu yang terdengar di telinga. Rasa perih menjalari tubuh. Aku tersentak dan mendorong tubuh itu. "Mas, sakiiit," ucapku lirih. Masih tak ada jawaban. Dia semakin melancarkan serangannya yang membabi buta. Aku pasrah. Setitik air jatuh dari pelupuk saat mata ini kembali kupejamkan.  Sesaat kemudian, sebuah ketukan terdengar. Pintu terbuka dan lampu menyala. Aku tersentak kaget melihat ke arah sana. Di mana Mas Rangga tengah berdiri menatap tajam ke arahku yang sedang ....  Apa? Mas Rangga di sana? Lalu siapa?  Aku menoleh pada orang yang tengah berada di atasku. Rimba? Aku kembali mengalihkan pandangan ke arah pintu. Mas Rangga berjalan cepat dan menarik tubuh adiknya. Aku beringsut karena kaget dan juga takut.  Kenapa Rimba? Astagfirullah ya Allah. Aku menarik selimut dan menutupi tubuhku.  "Apa yang kau lakukan, hah?! Dia itu istriku. Kakak iparmu! Berani-beraninya kau merampas semuanya!" Terdengar suara Mas Rangga menggelegar di ruangan ini. Sebuah tinju bersarang di wajah sang adik, disusul tinju yang lain. Aku lihat Rimba bangkit dari lantai dan membalas tinju Mas Rangga.  Ya Tuhan ... apa yang terjadi? Tolong, siapa pun, bangunkan aku. Aku berharap semua ini hanya mimpi. "Rangga, ada apa?" Terdengar jeritan Mami dan melerai perkelahian itu.  ** Setelah perkelahian itu kami berkumpul di ruang keluarga di tengah malam buta. Papinya Mas Rangga yang duduk di atas kursi roda, menatap tajam pada putra bungsunya yang duduk sambil menunduk.  "Kamu, itu selalu saja bikin onar! Mau jadi apa kamu ini? Kuliah gak bener, kerja gak becus! Dan sekarang, kamu malah memperkosa kakak iparmu. Di mana otakmu kau taruh, hah?!" Suara Papi terdengar menggelegar. Aku duduk gemetar dipeluk maminya Mas Rangga. Sementara suamiku itu diam menahan amarahnya. Rahangnya mengeras dengan tangan yang mengepal.  "Kamu ini bisanya bikin malu papi dan mami-mu saja, Rimba. Kau taruh di dengkul otakmu itu, hah?!"  Napas Papi tampak tersengal. Rimba hanya diam. Sesekali melirik pada Mas Rangga dan tersenyum miring.  "Bagaimana sekarang, Rangga? Papi serahkan semuanya padamu. Selesaikan semua ini dengan baik. Papi yakin kamu ini bijaksana," ujar Papi, lalu berlalu dengan kursi rodanya.  "Kalian selesaikan dengan kepala dingin. Kalian ini sudah dewasa, bukan anak-anak lagi," ujar Mami, kemudian pergi mengekori suaminya.  Aku duduk diam menatap pada Mas Rangga yang berdiri menatap ke luar jendela. Sesekali dia mengusap wajah dan menyugar rambutnya. Aku tidak banyak bicara, karena aku tidak tahu harus ngomong apa.  Minta maaf? Untuk apa? Di sini aku-lah korbannya.  Rimba pun masih terdiam di tempatnya. "Lin ...." Terdengar suara Mas Rangga memanggil namaku. Aku mendongak. Bibirku gemetar karena takut.  "Mungkin sebaiknya kita akhiri saja pernikahan ini. Hari ini, aku jatuhkan talak padamu."  DUAAARR! Suara lirih itu bagaikan bom atom yang memekakkan telinga. Mataku membulat. Aku lihat Rimba pun sama.  "Hei, Kak!" Tiba-tiba Rimba bersuara. "Diiaamm!! Kamu jangan ikut campur! Karena kamu, semua ini terjadi. Kamu merampas hak yang seharusnya aku jalani. Aku tidak sudi memiliki sesuatu bekasmu!" teriak Mas Rangga yang membuatku terperangah tak percaya. Napasku terasa sesak. Butiran bening  luruh tanpa bisa kutahan. Aku kehilangan kata-kata.   Dia pergi meninggalkanku yang masih gemetar tak percaya. Rimba bangkit dan mendekat.  "Alin, jika lelaki itu pergi, aku akan bertanggung jawab," ucapnya lirih sambil menyentuh tanganku. Aku menepisnya kuat.  "Pergi kau, biadab! Jangankan bersama. Aku bahkan  tak sudi melihatmu!" ucapku dibarengi tangis. Sebuah tamparan mendarat di pipinya.  Dia bergeming dan menatapku nanar. Aku balas tatapan itu dengan nyalang.  "Pergii!" ucapku. Dia diam.  "Pergiiiii!!! jeritku meluapkan segala emosi dan sebah di d**a.  Di malam pertama pernikahanku, aku dinodai. Di malam itu pula aku kehilangan seorang suami.  Aku Aline, akan menceritakan kisah kelam hidupku.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook