DINAR

Rintik hujan masih setia mengguyur kota kembang. Bandung, di sinilah tempatnya, menyepi dari segala masalah. Sejenak mengistirahatkan pikiran, dari hiruk pikuknya kota Jakarta. Sudah hampir satu tahun lamanya Dinar gadis cantik ini berada di Bandung, meninggalkan kota Jakarta sebagai bentuk kekecewaan pada keluarganya. Mereka tidak menganggapnya sebagai anggota keluarga. Lebih mementingkan salah satu saja, daripada kepentingannya. Banyak hal yang sudah dia lalui, move-on adalah hal tersulit yang ia lakukan. Sudah setahun ini ia berusaha, namun tidak ada hasilnya. Kilasan kejadian dimana sang mantan berselingkuh masih sering menghantuinya. Bodoh! Mengapa sulit sekali rasanya menghilangkan nama Revan. Benar kata orang cinta pertama akan sulit dilupakan. Terlebih harus dengan paksa melupakannya. Kebodohan yang ia lakukan adalah dengan mempercayai Kinan, seharusnya dari awal sudah mencurigainya. Tidak ada persahabatan antara pria dan wanita. Akibatnya, rasa sakit harus ia tanggung. Revan adalah seorang polisi. Ia dulu teman Kinan saat SMP hingga SMA, sebuah reuni SMA, Kinan mempertemukan keduanya. Saat itu, Dinar diajak Kinan menemani datang ke acara reuni tersebut. Sejak pertemuan itulah Revan selalu mendekati Dinar. Dinar yang masih labil menerimanya, karena belum pernah jatuh cinta pada laki-laki. Hubungan terjalin dengan baik. Pada akhirnya keduanya berpacaran, pria bertubuh atletis menyatakan perasaannya pada adik Kinanthi. Malam minggu, sengaja Revan mengajak Dinar untuk jalan-jalan. Pria itu sudah mempersiapkan semuanya. Mulai dari tempat akan menyatakan cinta dan resiko jika ditolak. Usaha dilakukan oleh pria itu. Pertama dengan menanyakan apa saja kesukaan Dinar. Revan mencari tahu lewat Kinan. Kakak Dinar tidak pernah curiga saat gebetannya menanyakan tentang adiknya. Toh, saat itu Dinar juga banyak teman pria yang mendekatinya. Satu kenyataan menghantam tepat di jantung Kinan, saat kejujuran terucap dari bibir Revan. Revan mencintai Dinar. Revan mencintai Dinar, dia wanita cerdas. Segudang prestasi selalu membuatnya bangga. Demikian juga Dinar, ia mencintai Revan, kekasihnya, cinta pertamanya. Mereka berdua saling melengkapi satu sama lain. Awalnya mereka tidak mempermasalahkan keterbatasan waktu yang mereka miliki. Revan sibuk bekerja, dan Dinar sibuk dengan kuliahnya. Mereka sering berkomunikasi menggunakan Video Call, telepon, atau media sosial lainnya. setiap hari saling memberikan kabar. Dengan begitu, mereka menjadi semakin dekat satu dengan yang lainnya. Revan sudah memperkenalkan Dinar pada keluarganya, mereka menerima Dinar dengan baik. Sang Ibu sangat antusias ketika Dinar datang ke rumah mereka. Gadis cantik yang menjadi kekasih Revan sangat mudah bergaul dan membaur dengan keluarga Revan. Ia tidak canggung untuk ikut memasak bersama Ibu. Gadis cantik itu merasa bahagia saat bersama dengan Ibu, karena Mama sudah meninggal. Baginya sosok Ibu Revan adalah pengganti Mamanya. Rencananya, Revan akan melamar Dinar secepatnya sebagai bukti keseriusan hubungan mereka. Kesibukan masing-masing membuat Revan dan Dinar sering bertengkar akhir-akhir ini. Tahun kedua perkuliahan, Dinar semakin disibukkan dengan berbagai aktivitas di kampus. Tentu saja membuat Revan merasa terabaikan. Hingga Revan lebih sering berkomunikasi dengan Kinan teman sekolahnya dulu. Komunikasi mereka berawal saat Dinar sulit dihubungi sang kekasih. Kinan-lah menjadi tempat tempat berkeluh kesah bagi Revan. Dengan senang hati Kinan menerima dan merespon, karena itu adalah tujuannya. Revan menganggap Kinan sebagai sahabat tidak lebih dari itu. Tanpa ada kecurigaan sedikitpun, bahwa sebenarnya Kinan menyimpan rasa untuk Revan. Pria itu tidak pernah mengatakannya pada sang kekasih hingga malapetaka datang. Kala itu Revan menghubungi Kinan, mengajaknya jalan-jalan sekedar melepaskan penat. Kinan beralasan tidak bisa karena sedang tidak enak badan. Sebagi seorang teman, Revan berempati dan mendatangi rumahnya. Entah minuman apa yang diberikan oleh Kinan, tiba-tiba saja Revan sangat bernafsu. Tidak dapat tertahankan dan terjadilah malapetaka itu. Mereka sedang berbuat intim di kamar Kinan, hal itu membuat kemarahan sang Ayah. Sebelum kejadian itu Dinar dan Revan bertengkar hebat. “Yang, kamu ngertiin aku dong, aku udah bela-balain ambil cuti biar bisa jalan bareng, eh kamu-nya sibuk nugas.” Revan mengatakannya dengan nada kesal, karena Dinar selalu menolaknya untuk jalan-jalan. “Iya, aku minta maaf ya, tugasku Dead Line semua hari Senin, ga mau ngulang aku,” bujuk Dinar. “Ya sudahlah, jika tugas lebih penting daripada hubungan ini, kamu juga harus padam jika suatu saat aku bosan menjalani hubungan seperti ini,” jelas Revan. “Maksud kamu gimana, Van!” sentak Dinar penuh emosi. “Iya, aku bosan menjalani hubungan ini, mungkin yang terbaik kita tidak usah berhubungan dulu, sampai kamu sadar dan menyadari bahwa hubungan ini perlu perlu pemanis agar tidak monoton. Kamu selalu tidak punya waktu.” Revan mengatakannya sambil berjalan menuju mobilnya. Meninggalkan Dinar seorang diri. Awalnya gadis cantik itu tidak menghiraukan ucapan Revan, namun sayang pria itu benar-benar melakukan apa yang diucapkannya. Seminggu setelah kejadian itu, mereka benar-benar tidak saling berkomunikasi. Dinar berpikir kekasihnya sibuk dengan pekerjaannya. Dan ia bisa dengan leluasa menyesesaikan tes dan tugas perkuliahannya. Hari berganti hari, Revan semakin sulit untuk di hubungi, gadis cantik itu tidak tahu bahwa Revan sedang bersama Kinan sang kakak, yang sangat ia cintai. Gadis cantik ini percaya kebersamaan mereka hanyalah sebatas sahabat, akal sehatnya menolak ketika hati kecilnya meronta cemburu. Kepolosan Dinar berbuah hal menyakitkan, kedua orang yang dipercaya ternyata berhianat. Semenjak hari itu, Dinar memutuskan pergi dari kehidupan mereka untuk sementara waktu, Bandunglah tujuan utamnya. Menenangkan diri adalah hal terbaik untuk tetap menjaga kewarasan. “Non, apa ga kangen sama keluarga Jakarta?” tanya Mbok Nah, asisten yang bekerja di rumah itu. “Enggak, Mbok, lebih nyaman di sini, adem, ga banyak polusi,” “Non, gimana kuliahnya, sayang atuh, udah tinggal sedikit,” kata Mbok Nah. “Lanjutin nanti Mbok, kalo udah tenang, soalnya ga bisa mikir kalo harus melihat mereka berdua. Terlebih harus tinggal di rumah yang sama,” jawab Dinar. Mbok Nah hanya menghela nafas panjang, sembari keluar dari ruangan berukuran 4x4 meter itu. Sangat sulit membujuk anak majikannya itu. Keras kepala! Dinar adalah mahasiswa berprestasi di kampus Wijaya. Otak cemerlangnya mampu untuk berkuliah dua jurusan sekaligus. Jurusan Ekonomi Bisnis dan Psikologi, kedua jurusan itu adalah favoritnya. Bisa mengambilnya secara bersamaan adalah kesempatan yang langka. Berkejaran dengan waktu, hampir setiap hari dihabiskan di kampus. Mengabaikan hubungannya dengan Revan. Semua sudah terjadi, bahkan mereka sudah menikah di hari berikutnya setelah kejadian itu. Pada hari itu juga, Dinar memutuskan pergi dari rumah. Sang sahabat tidak lagi bisa membujuknya, namun memberikan support untuk Dinar. Semenjak pernikahan Kinan, sang Ayah memintanya tinggal di rumah. Hal itu menjadi salah satu pemicu Dinar pergi meninggalkan rumah. Ayahnya bahkan tidak melarang ataupun menghentikan. Semuanya terjadi begitu saja, pernikahan dilakasanakan tertutup hanya kerabat dan keluarga inti saja. Resepsi dilakukan pada bulan berikutnya, setelah mengurus surat-surat yang dibutuhkan. Ayah, mengambil keputusan ini karena tidak ingin jika Kinan hamil, tidak ada suaminya. Revan, sangat menyesali semua itu. Semenjak kejadian itu ia menjadi sering murung. Dinar menjadi adik iparnya karena kesalahannya. Dinar, ia sudah pasti enggan untuk berdekatan dengan Revan dan istrinya. Entah sampai kapan aku akan berada di kota ini? gumam Dinar pada diri sendiri. Tidak akan pernah bisa menjawab pertanyaan itu, kenyataannya hatinya terluka sangat dalam akibat ulah kakak dan kekasihnya. Pergi untuk menyembuhkan luka adalah solusi terbaik yang terpikirkan dalam otak Dinar. Untuk menjaga agar tetap waras, gadis cantik ini tidak mau berhubungan apapun dengan sang kakak dan mantan kekasih yang harus putus dengan paksa. Ia tidak mau tahu dengan kehidupan rumah tangga keduanya. Malam pernikahan kakak dengan sang mantan kekasih, Dinar memutuskan meninggalkan rumah. Hati tidak sanggup menerima kenyataan bahawa kisahnya dengan Revan berakhir karena tipu daya sang kakak. Jika dari dulu ia menyadari Kinan mencintai Revan, dengan ikhlas akan mundur. Jika sudah terjadi seperti ini, hanya rasa sakit yang tertinggal di hati. Papa tidak bisa membuat keputusan yang menguntungkan untuknya. Hanya mempertimbangkan aib keluarga. Sehingga menikahkan keduanya tanpa ingin tahu bagaimana perasaan Dinar. Di sini ada hati yang terluka sangat dalam.