bc

Rajanya Mentari

book_age16+
634
FOLLOW
2.9K
READ
revenge
possessive
arrogant
submissive
goodgirl
sweet
bxg
icy
first love
selfish
like
intro-logo
Blurb

Semua perempuan itu rapuh, hatinya apalagi. Tapi kamu malah bermain-main. Menciptakan luka paling dalam.

Mentari, sangat bahagia ketika cowok yang dia sukai diam-diam selama ini adalah secret admire nya. Mendekatinya, bahkan menyatakan perasaanya.

Mentari kira itu cukup. Rajata Arsen ternyata adalah cowok b******k sesungguhnya. Menjadikan Mentari umpan demi pembalasan pada sahabat kecil Mentari. Damiko Alano.

chap-preview
Free preview
1
Banyak hal yang bisa kulihat dan simpulkan darimu. Tapi, tampaknya kamu hanya menyimpulkan satu hal tentangku. Hanya nama. Namaku Mentari. Lalu maukah kamu jadi rajanya Mentari? Buku yang seharusnya dibaca, sepertinya dialih fungsikan menjadi kamuflase, beberapa kali matanya menatap cowok yang tengah fokus dengan sebuah buku ditangannya, cowok itu tampak serius dengan buku ditangannya seolah itu adalah hal paling menarik yang membuatnya tak bisa berpaling untuk sejenak. Untuk sekedar sadar bahwa ada sepasang mata yang bahkan tak berkedip ketika memandangnya. Mentari tampak mengagumi betapa sempurna pahatan wajah cowok itu, mata tajam, rahang tegas, kulit putih, bibir tegas yang jika melengkung membentuk seulas senyum bisa membuat mata tak mau beralih menatap yang lain. Serius, dia itu seperti magnet yang mengikat Mentari dalam pesonanya. Cowok populer yang selalu dipenuhi banyak sekali perempuan yang ingin sekedar dekat atau menjadi pacarnya. Tapi percayalah, tak ada yang pernah menjadi pacarnya. Entah kenapa, mungkin karena selera cowok itu terlalu tinggi. Dia adalah anak dari penulis terkenal, ibunya bernama Mariana Renata. Penulis novel bergenre romance, yang karyanya sendiri selalu jadi best seller. Sementara ayahnya bernama Damian, seorang pelukis terkenal dalam bidang lukisan abstrak. Namanya Raja, cowok tampan yang sempurna. Akan sangat beruntung perempuan yang menjadi pacarnya, sudah teduh pandangan, teduh juga perasaan. "pstt"suara desisan pelan itu mengalihkan pandangan Mentari dari buku yang ia berdirikan hingga Raja tak mungkin sadar sedari tadi Mentari menatap pria itu dari balik buku yang sebenarnya tak berniat dibacanya. Itulah yang disebut kamuflase. Mentari menatap sebal kearah sahabatnya Wanda"apa?"bisik Mentari mengangkat kedua bahunya Wanda berdecak sebal, Mentari seperti tak tau Wanda saja, Wanda mulai jengah, karena perpustakaan adalah tempat yang benar-benar tidak disukainya, bau buku tua yang menyengat menusuk indra penciuman Wanda, lalu suasana sepi yang tak beda jauh dari kuburan. Dan tempat-tempat berkumpulnya orang-orang membosankan. Wanda mengambil satu buku kemudian menutup wajahnya dengan buku itu, dengan menumpukan buku itu dimeja, sama seperti yang dilakukan Mentari. Keduanya lalu menempelkan sebelah pipinya di meja berhadapan, hingga tak ada yang tau apa yang kedua wanita itu lakukan dibalik buku itu. "apa sih?"tanya Mentari tak sabaran, bayangkan saja. Untuk bicara dengan Wanda saja ia harus melakukannya dengan cara aneh seperti ini. "udahan liatin Rajanya, gue laper"bisiknya pelan, dengan mata melotot mengancam "bentaran lagi, kalau mau pergi kekantin, sendiri aja kenapa sih Wan"ujar Mentari kesal namun masih berbisik Wanda langsung menegakkan tubuhnya, membuat buku yang tadinya dipegagnya jatuh dengan suara keras dimeja. Mentari menatap sekelilingnya yang menatap keduanya horor. Mentari lalu tersenyum canggung untuk meminta maaf. "yaudah iya deh"pasrah Mentari Wanda tersenyum puas kemudian langsung berdiri dan berjalan keluar dengan menarik tangan Mentari tak sabaran, seolah ia bisa kehabisan oksigen kalau tak segera keluar. Wanda menarik nafas lega saat ia tak mencium aroma buku lagi"ahh gue hidup"serunya riang, berlagak meraup udara sebanyaknya. Mentari menggeleng melihat tingkah Wanda, segitu parnonya sahabatnya itu terhadap udara diperpustakaan. "lo nih Wan, ada aja kelakuan lo setiap gue stalkerin Raja"Mentari menatap sebal kearah Wanda Wanda malah kembali menatap Mentari seolah menantang"ya lo Tar, kalau udah liatin Raja aja, sampai lupa waktu. Sampai lupain sahabat sendiri" Mentari membenarkan, ia memang begitu"ya maaf, itu namanya daya tarik yang tak bisa dibohongi tau"balas Mentari tampak tak mau kalah "ya ya, orang yang lagi jatuh cinta berasa selalu bener"ejek Wanda sambil memutar bola matanya malas Mentari mengerucutkan bibirnya kesal, gadis itu kemudian mencoba mencari notebook yang tadi ia bawa masuk keperpustakaan. Namun sekarang entah tertinggal dimana benda itu. Mentari segera menghentikan langkahnya dengan panik"duh Wan, notebook gue tadi mana?"tanyanya panik sambik menatap Wanda heboh "mana gue tau, Tar. Yang pegang dari tadi kan lo"balas Wanda heran"atau, ketinggalan diperpus kali" Mentari mengangguk, ah ya tentu saja tertinggal diperpustakaan, memangnya dimana lagi"yaudah deh gue cari dulu. Lo kekantin duluan aja, nanti gue nyusul" Wanda mengangguk mengiyakan dengan pasrah, membiarkan Mentari yang langsung berjalan dengan cepat kembali keperpustakaan. Ia berjalan dengan cepat, hingga tak sadar beberapa kali hampir menabrak orang. Dari kejauhan Mentari melihat Raja yang baru saja keluar dari perpustakaan, ia berjalan dengan santai melewati Raja, niatnya sekarang adalah mencari notebook itu. Karena jika sampai ada yang membaca isinya bisa mati berdiri Mentari. "hey!"panggilan yang cukup lantang itu berhasil menghentikan langkah Mentari, gadis itu dengan ragu berbalik. Menemukan Raja yang berjalan kearahnya. Membuat jantung Mentari berdetak begitu cepat, gadis itu bahkan menahan nafasnya. Tak percaya kalau Raja memanggilnya, ada apa. Apa cowok itu mau kenalan?. Mentari tampaknya mulai kepedean. Raja menyerahkan sebuah buku berwarna pink itu pada Mentari, membuat Mentari sadar bahwa Raja hanya ingin mengembalikan notebooknya. Memangnya mikir apa Mentari, jelas Mentari jauh dari tipe Raja. Ia bukan gadis populer yang pantas bersanding dengan orang sepopuler Raja. "punya lo kan?"tanya Raja memastikan Mentari hanya mengangguk, kemudian mengambil notebooknya"makasih"Mentari tersenyum tulus "lo gak baca kan?"tanyanya waswas. Raja hanya tersenyum geli"gue masih cukup menghargai privasi orang kok" Mentari manggut-manggut mengerti mulai mengutuk pertanyaan bodohnya "lain kali kalau keperpus. Tolong bukunya dibaca. Jangan dipakai ngintip"ujar Raja serius kemudian berjalan meninggalkan Mentari Mentari melebarkan matanya spontan dengan mulut yang menganga. Ia mulai panik sekarang, jadi ia ketahuan bukannya membaca buku, tapi malah mamperhatikan Raja. Tuhan! Itu memalukan. Rasanya Mentari ingin kembali masuk kedalam perut ibunya kalau perlu, wajahnya bahkan sudah memerah sekarang. Mentari menggigit ujung notebooknya sebal. Gadis itu menghentakkan kakinya kelantai. Kemudian berjalan dengan cepat menjauhi lorong perpus. Ia mulai mengutuk buku dan tempat bernama perpustakaan sekarang. Lagipula kenapa Raja sadar kalau Mentari memperhatikannya. Kalau ada yang berada diposisi Mentari, ketahuan mencuri pandang pada orang sepopuler Raja dengan menggunakan kamuflase murahan seperti buku, dan parahnya ketahuan!. Tolong ingatkan Mentari untuk tak melakukan hal itu lagi. Mentari menatap notebook nya. Sebuah kertas berwarna biru terselip disana dan Mentari baru menyadari ada sebuah kertas terselip dinotebooknya. Dengan geraka cepat Mentari membuka halaman buku yang terselip dinotebooknya. Sebuah memo berwarna biru? Lagi-lagi Mentari mendapatkan memo tak jelas terselip dibukunya. Memang beberapa minggu ini Mentari mendapatkan sebuah memo yang dikirim rutin dihari yang acak, dan itu selalu diselipkan dibuku Mentari. Entah itu buku paket, pelajaran dan bahkan sekarang dinotebook sebenarnya, apa pengirim memo ini selalu mengikutinya atau bagaimana? Mentari mengangkat memo itu untuk dibaca, ia agak terkejut dengan isi memo kesepuluhnya kali ini, karena biasanya isi memonya hanyalah hal tak penting berupa sapaan hay dan sebagainya. Kalimat pendek yang benar-benar kaku. Tapi memo kesepuluhnya bertuliskan Mau bertemu? Di jam pulang sekolah. Halte. Ajakan bertemu, jujur Mentari penasaran siapa pengirim memo yang belakangan ini ia sebut sebagai secret admire itu. Begitupun dengan kedua sahabatnya Valerie, Naya dan Wanda yang mulai mati penasaran. Jadi, haruskah Mentari menemui secret admirenya? 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DENTA

read
17.0K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.5K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.4K
bc

Head Over Heels

read
15.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook