bc

Benci Karena Cinta

book_age18+
1.3K
FOLLOW
6.8K
READ
billionaire
contract marriage
love after marriage
dare to love and hate
CEO
sweet
campus
office/work place
enimies to lovers
husband
like
intro-logo
Blurb

Apa yang akan kau rasakan jika terlalu mencintai seseorang sehingga membuat mu begitu membencinya?

Semuanya berawal dari sebuah proposal penelitian milik sahabatnya yang membuat Mikha Caleystra Ruby masuk ke dalam kehidupan seorang Deehan Alterio Kelsey. Kesalahpahaman antar keduanya terjadi yang membuat hubungan Mikha dan Deehan selalu bersitegang setiap bertemu. Namun siapa yang sangka kalau keduanya saling terikat oleh sebuah keberuntungan hingga perlahan-lahan Mikha dan juga Deehan membangun sebuah hubungan yang lebih baik.

Disaat hubungan manis itu mulai terjalin sebuah kesalahan fatal menghancurkan segalanya. Kepercayaan itu hilang ….

Apa yang terjadi dengan kisah romansa antara Mikha dan Deehan?

Apa kalian tidak penasaran?

chap-preview
Free preview
PART 1. CAPITALAND
Mikha Caleystra Ruby, seorang gadis yang memiliki sifat yang ceria dan tegas. Mikha yang saat ini masih berstatus seorang mahasiswi di salah satu Universitas terbaik di Singapore dengan mengambil jurusan seni, begitupun dengan sahabatnya Earlene Jasmine yang sejak kecil sudah bersahabat dengannya. Mikha dan Earlene sangat dekat seperti layaknya seorang saudara kandung. Kelas tampak heboh dengan kelompok yang telah ditentukan oleh dosennya. Dimana Mikha dan Earlene berada di kelompok yang berbeda untuk melaksanakan penelitiannya di sebuah galeri seni. Mikha tampak kecewa dengan pemilihan kelompok dari dosennya, namun ia tidak dapat komplain dengan keputusan tersebut, Mikha dan Earlene meninggalkan kelas setelah dosennya lalu menuju pantry kampusnya untuk makan siang. Sepanjang perjalanannya, Earlene terus saja mengoceh dan menceritakan kekesalannya kepada seorang lelaki yang ditemui kemarin malam. Mikha tidak hentinya tertawa dengan kisah yang diceritakan Earlene padanya hingga keduanya berhasil tiba di pantry. Gavriel yang lebih dulu tiba menyapa Mikha dan juga Earlene. “Hai.. Mikha, Earlene..” tegur Gavriel ramah. “Oh iya, Hai Gavriel” balik sapa Earlene. Namun Mikha hanya membalas sapaan Gavriel dengan senyuman. Mikha yang sudah lama mengetahui kalau Gavriel memiliki perasaan lebih dari teman untuknya, memilih untuk tidak terlalu akrab dengannya. Mikha menarik Earlene menuju meja dan kursi yang kosong untuk menyudahi percakapannya dengan Gavriel. Namun Gavriel juga tetap kekeuh mengikuti Mikha serta Earlene yang sudah memilih meja dan kursi yang sedang kosong. Melihat Gavriel yang terus saja mengikutinya membuat Earlene melirik tipis kearah Mikha. “Bagaimana kabar kak Nana?” tanya Gavriel pada Mikha. “Baik aja---sangat baik” balas Mikha santai. “Kemarin Aku tidak sengaja bertemu dengannya di rumah sakit” lanjut Gavriel. “Lalu?” balas Mikha kembali. “Hm.. tidak. Tidak apa-apa” ucap Gavriel kikuk. Earlene menyadari sikap Mikha menyenggol kakinya agar lebih bersahabat lagi dengan Gavriel. Namun Mikha lebih dulu menyelesaikan makan siangnya dan berpamitan pada Earlene dan juga Gavriel. “Mikha! Mikha! Tunggu Aku!” teriak Earlene mengikuti Mikha sembari berpamitan pada Gavriel. “Kenapa kamu sangat membenci Gavriel?” tanya Earlene. “Aku tidak membencinya, Len. Aku hanya ingin Gavriel tau kalau Aku tidak mungkin memberinya kesempatan untuk lebih dari teman dengan ku” jelas Mikha jujur. “Tap----” “Sudahlah.. jangan membahasnya” sela Mikha menarik tangan Earlene dengan langkah yang lebih cepat menuju kelas. Kelas terlihat lebih tenang dari sebelumnya, dimana teman kelompok Earlene dan Mikha mendatangi keduanya untuk memberitahu galeri mana yang akan menjadi tempat penelitiannya. “Hei, Mikha… Aku sudah mengajukan AON Art Gallery untuk menjadi tempat penelitian kita nanti---bagaimana menurut mu?” ucap Veronika. “Hm.. iya. Aku ikut saja dengan mu” balas Mikha setuju. “Lalu kita bagaimana?” lanjut Earlene pada Gama. “Aku sudah memilih Capitaland, perusahaan itu memiliki galeri seni juga. Aku akan mengajukan proposal penelitiannya disana---bagaimana menurut mu?” tanya Gama pada Earlene. “Capitaland?” ucap Earlene terkejut lalu menoleh kearah Mikha yang juga ikut terkejut. “Ada apa?” tanya Gama bingung. “Ayah Mikha bekerja di Capitaland---iya kan?” ungkap Earlene. Mikha menghela napas mendengar Earlene yang tak sadar menyebutkan identitas ayahnya yang sejak memulai perkuliahannya selalu ia sembunyikan. Dimana Capitaland adalah sebuah perusahaan industry raksasa yang memiliki image luar biasa di Singapura dan negara asia lainnya. “Ssssttt!!!” tegur Mikha sembari memijit pelipisnya. “Oh iya? Wow! Aku tidak menyangka kalau ayah mu bekerja di sana, Mikha..” ucap Gama takjub. “Kenapa kamu tidak mengatakannya? Kalau tau, tadi Aku memilih Capitaland saja untuk menjadi tempat penelitian kita” sela Veronika. “Eh.. jangan!” “Kenapa? Bukannya ayah mu bekerja disana?” tanya Veronika memastikan. “Hm.. iya, hanya saja Aku tidak ingin---” “Kalau seperti itu Aku dan Earlene meminta bantuan ayah mu saja untuk meloby proposal penelitian kita---iya kan, Len?” sela Gama bersemangat. “Iya! Boleh kan, Mikha?” lanjut Earlene memohon. Mikha beberapa kali mencari alasan untuk menolak permintaan Earlene dan Gama, mengingat dirinya yang selalu terlihat tidak butuh bantuan di hadapan ayahnya. Dimana Nino meminta Mikha memilih jurusan kedokteran seperti Nana, namun Mikha bersikeras pada pendiriannya untuk memasuki jurusan seni hingga membuat Nino beberapa hari marah padanya. Dan kali ini Earlene dan Gama meminta bantuannya untuk membujuk ayahnya. “Aku tidak mungkin meminta bantuan ayah..” batin Mikha. “Aku sudah berjanji pada diriku untuk membuktikan pada ayah, kalau Aku bisa dengan pilihan ku sendiri tanpa merepotkannya lagi” lanjutnya. “Mikha? Bolehkan?” sela Earlene membuyarkan lamunan Mikha. “Hm iya baiklah.. Aku akan membicarakannya pada ayah ku---tapi kalian berdua tetap merahasiakan identitas ayah ku yah..” pinta Mikha pada Gama dan Veronika. “Baiklah.. asalkan saja proposal ku aman” tutup Gama sebelum meninggalkan Mikha dan juga Earlene. Mikha telah selesai dengan perkuliahannya hari ini, berpamitan pada Earlene untuk pulang lebih dulu. Sedangkan Earlene masih harus menyelesaikan beberapa tugasnya di perpustakaan kampus. *** Perusahaan industry yang memiliki ribuan staff di setiap cabang miliknya. Dan kini suasana hening terlihat memenuhi kantor utamanya yang berpusat di Singapura. Semua staff tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan ada juga yang terlihat lalu lalang dengan beberapa berkas yang di peganginya. “Baik.. kita akan membicarakannya lagi nanti” ucap Nino Azel Ruby yang kini menjabat sebagai manager keuangan di Capitaland. “Ada apa?” lanjut Nino setelah mengakhiri panggilannya. Salah seorang staff masuk ke dalam ruangan Nino menyerah beberapa berkas yang harus di tanda tanganinya. “Letakkan saja disana, akan ku tandatangani nanti” pinta Nino. “Baik, pak” balas staff tersebut sebelum kembali keluar meninggalkan ruangannya. Nino mengambil kembali ponselnya dan mencari nama yang akan di hubunginya kembali. Papan nama Capitaland terlihat begitu megah tepat di belakang kursi kerja Nino, papan nama yang juga memperlihatkan betapa hebatnya perusahaan tersebut. Suara ketukan pintu kembali mengalihkan perhatian Nino. “Ada apa?” tanyanya. “Permisi pak.. Tn. Kelsey baru saja tiba dan meminta para manager untuk bertemu dengannya” balas staff tersebut. Mendengar penyampaian staffnya membuat Nino beranjak dari kursinya meninggalkan pekerjaannya dan menuju ke ruangan meeting. Langkah yang jenjang itu sambal mengancing jas miliknya agar terlihat lebih formal untuk pertemuannya dengan presiden direktur Capitaland. ***** Tiga hari kemudian… Earlene tampak tenang menunggu kedatangan Mikha di kampusnya sambil mengerjakan lukisannya. Tarikan kuas yang begitu indah membuat lukisan Earlene tampak menakjubkan. Hanya seorang diri, ia menunggu kedatangan sahabatnya. Dimana tepat di sebelah kanannya sebuah proposal yang telah siap untuk di berikan pada Mikha. Setelah menunggu hampir satu jam, dimana lukisannya juga telah menuju pada bagian akhir, orang yang ditunggunya sejak tadi akhirnya terlihat. “Kenapa kamu lama sekali?” keluh Earlene. “Tadi Aku sedang ada urusan—wow! Cantik sekali, Len..” puji Mikha. Earlene memperlebar senyumannya setelah mendapat pujian dari Mikha. Lalu menyodorkan proposal penelitiannya dengan Gama pada Mikha. “Aku menyerahkan proposal ku pada mu, yah..” ucap Earlene bersemangat. “Sudah selesai?” balas Mikha terkejut. “Bagaimana tidak? Aku dan Gama lembur mengerjakan itu kemarin di perpustakaan” jelas Earlene jujur. “Pokoknya Aku mengandalkan proposal ini pada mu!” lanjut Earlene. Mikha menghela napas Panjang mendengar Earlene yang menaruh harapan besar padanya. Dimana sudah dua hari ini Mikha masih saja memikirkan cara untuk memasukan proposal tersebut dan sampai di terima oleh Capitaland. “Kapan kamu akan memberikan proposalnya pada ayah mu?” tanya Earlene kembali. Cukup lama Mikha menjawab pertanyaan Earlene. “Kalau dia tidak sibuk, Aku akan memberikannya..” balas Mikha ragu. “Jangan lupa mengabari ku setelahnya..” ucap Earlene yang telah berhasil menyelesaikan lukisannya. Mikha kembali memuji lukisan Earlene, berharap Earlene tak lagi menyinggung soal proposal dan juga Capitaland padanya. Earlene meminta Mikha juga membuat lukisan yang berbeda dengannya untuk di berikan pada dosennya. Mikha hanya menghadiri dua kelas untuk hari ini, dimana pada kelas terakhir ia harus bertemu dengan Gama dan juga Veronika. Keduanya lagi dan lagi membahas ayahnya yang bekerja di Capitaland. Dimana jika seseorang bekerja di Capitaland, maka orang tersebut akan di pandang berbeda dari yang lainnya. Mikha memejamkan matanya sembari menarik pasokan udaranya mendengar Gama dan Veronika yang terus saja mengoceh hingga membuat Mikha kehilangan konsentrasi dengan penjelasan dosennya yang saat ini tengah berdiri di depan. Mikha menahan dirinya agar tidak mendapat teguran, namun tampaknya Gama dan Veronika masih saja terus penasaran bagaimana cara ayah Mikha bisa bekerja di perusahaan tersebut. Lalu tiba-tiba saja ketiganya tersentak saat nama Mikha, Gama serta Veronika di sebutkan oleh dosen tersebut. “Aku sudah katakana sejak tadi berhentilah terus bertanya..” keluh Mikha dengan nada kesal. “Sorry…” balas Gama dan Verniko kompak. “Apa yang kalian bertiga bicarakan?” tanya dosen tersebut. “Mereka sedang membahas teori yang sedang prof jelaskan---hm.. maaf prof, sepertinya Anda terlalu cepat menjelaskan sebelumnya” ungkap Earlene berbohong demi menyelamatkan ketiganya. Tampaknya keberuntungan memihak pada mereka, dimana mahasiswa lain juga merasakan hal yang sama hingga membuat professor itu membahas kembali teori yang telah di jelaskan sebelumnya. “Huh.. hampir saja!” ucap Veronika pelan. Veronika dan Gama mendapat tatapan sinis dari Mikha. Setelah kelas selesai, Veronika dan Gama meminta maaf karena ulahnya tadi Mikha mendapat teguran dari Prof. Oliver. Mikha dan Earlene meninggalkan Veronika dan juga Gama. “Mikha.. jangan melupakan proposalnya!” teriak Earlene saat hendak masuk ke dalam mobilnya. Mikha menatap kembali proposal itu sebelum ia memasukkannya ke dalam mobil miliknya. Pikiran Mikha sangat terbebani dengan proposal tersebut hingga ia memutuskan untuk mendatangi Capitaland. Laju mobilnya begitu pelan hingga ia harus memutuskan untuk menepi disebrang jalan agar dapat memantau dari kejauhan kondisi perusahaan tersebut. “Sepertinya Aku harus mencobanya..” batin Mikha sambil mengambil proposal tersebut lalu keluar dari mobilnya. “Semakin cepat Aku lakukan, semakin cepat juga bebannya hilang” lanjutnya dengan langkah yang semakin dekat menuju perusahaan tersebut. Setiap detik mata Mikha selalu berpindah dari kiri dan kanan demi menyelamatkan dirinya dari ayahnya, kalau saja tiba-tiba ayahnya mendapatinya di Capitaland. “Astaga.. Aku seperti ingin mencuri saja” ucap Mikha yang malu dengan dirinya sendiri. Saat ingin mencapai pintu masuk Capitaland, dua orang pengawal menahannya dan menanyakan identitasnya. “Aku tidak mungkin mengatakan kalau, Aku adalah putri bungsu dari Nino Azel Ruby. Sudah pasti mereka akan membiarkan ku masuk dan memanggil ayah ku---hm tidak! Tidak boleh! Ayah tidak boleh tau kalau Aku ada disini!” batin Mikha. “Permisi, Nona… “ tegur salah seorang pengawal kembali. “Hm.. Aku ingin bertemu dengan pemilik Capitaland” ungkap Mikha penuh percaya diri. “Apa Anda sudah membuat janji terlebih dahulu?” tanya pengawal itu kembali. “Iya.. dia meminta ku datang sore ini” balas Mikha. Mendengar Mikha menyebutkan (Dia) membuat kedua pengawal tersebut curiga. Dimana setiap orang yang ingin bertemu dengan presdir Capitaland selalu menyebutkan nama marganya terlebih dahulu. “Anda ingin bertemu dengan siapa?” lanjut pengawak itu kembali. “Pemilik perusahaan ini---Aku sudah membuat janji dengannya!” balas Mikha kekeuh dan semakin percaya diri. Namun sikap Mikha semakin mencurigakan, ia terlihat gelisa dengan pandangan yang seperti sedang waspada. “Anda ingin bertemu dengan Tn. Joldev?” pengawal itu kembali bertanya dengan pertanyaan yang akan mengecohkan Mikha. “Iya! Aku ingin bertemu dengan Tn. Joldev” balas Mikha. Jawaban Mikha kali ini berhasil membuat pengawal itu yakin kalau Mikha bukan lah tamu yang ditunggunya sejak tadi. “Nona.. pergilah!” ucap pengawal itu setelah cukup lama meladeni Mikha. “Hey.. Aku sudah membuat jan----” “Tn. Joldev siapa yang kau maksud?” selanya. “Pemilik perusahaan ini, kan? Kau juga tadi sudah mengatakannya” balas Mikha yang masih saja belum mengetahui nama pemilik dari Capitaland. “Tidak ada Tn. Joldev disini---Aku sudah sejak tadi mencurigai mu! Pergilah!” pinta pengawal itu dengan nada yang sedikit kasar. Mikha yang melihat raut wajah pengawal itu semakin menyeramkan memilih mundur demi keselamatannya. Ia juga tidak mungkin membuat keributan yang akan di ketahui kedatangannya oleh ayahnya. Mikha kembali menuju mobilnya, menginjak pedal gas sembari melempar proposal tersebut pada samping kursi pemudinya. “Aku akan mencobanya lagi nanti” ucapnya setelah meninggalkan Capitaland. *** Hari berikutnya, Mikha melakukan hal yang sama melihat kedua pengawal yang berbeda dari yang kemarin. Kali ini Mikha sudah mengetahui nama lengkap dari pemilik perusahaan tersebut setelah menanyakannya pada Nana. “Aku sangat yakin, kalau hari ini adalah hari keberuntungan ku!” ucap Mikha saat berhasil menepikan mobilnya. “Deefan Alastair Kelsey!---hm, kali ini pengawal itu akan menanyakan hal yang sama lagi dengan ku” lanjutnya. Mikha berjalan dengan penuh percaya diri setelah mengahafalkan nama pemilik Capitaland, namun kedua pengawal itu tidak mencegatnya seperti kejadian kemarin. Hal itu tentu saja membuat Mikha kebingungan dan menatap pengawal tersebut. “Ada apa Nona? Ada yang bisa Saya bantu?” tanya seorang pengawal. “Tidak! Tidak apa. Anda terlihat hebat hari ini” balas Mikha tersenyum lebar. “Terima kasih” balas pengawal tersebut dan mempersilahkan Mikha masuk. Langkah Mikha berubah menjadi ragu setelah berhasil masuk ke dalam perusahaan tersebut. Dimana ia dapat melihat semua staff Capitaland memenuhi lantai dasar perusahaan. Ia berjalan sembari menutupi wajahnya dengan proposal yang di peganginya, hingga salah seorang staff menegur dan membuat Mikha sangat terkejut. “Astaga… kau mengejutkan ku!” ungkap Mikha. “Hm.. maaf Nona---hm, Aku hanya ingin menanyakan mungkin saja Anda sedang butuh bantuan?” balas staff tersebut. “Ah.. iya! Aku ingin bertemu dengan Deefan Alastair Kelsey---hm, dan Aku sudah membuat janji sebelumnya” jelas Mikha penuh percaya diri. “Apa Anda sungguh sudah membuat janji dengannya?” tanya staff itu kembali untuk memastikan. “Iya! Ada apa memangnya?” “Tn. Kelsey sedang tidak berada di Singapura saat ini, Nona” “Astaga.. bagaimana ini?” batin Mikha. “Kapan dia---hm, maksudku kapan Tn. Kelsey kembali?” tanya Mikha. “Saya juga kurang tau—atau mungkin Anda ingin bertemu saja dengan manager kami? Tn. Nino Azel Ruby?” ucap staff kembali. Mata Mikha terbelalak, bahkan ia juga tidak sadar kalau suara terkejut mengagetkan staff yang berdiri di hadapannya saat ini. “Anda baik-baik saja?” tanya staff itu kembali. “Ah.. iya---hm, Aku baik-baik saja. Oh iya, tidak perlu bertemu dengan Tn. Nino—kalau begitu nanti Aku akan kembali, terima kasih!” ucap Mikha terburu-buru hingga membuat staff itu kebingungan menatap kepergian Mikha dengan langkah tergesa-gesa. Mikha mempercepat langkahnya sambil menutupi kembali wajahnya dengan proposal yang di peganginya. Jantungnya serasa ingin berhenti berdetak saat mendengar nama ayahnya di sebut oleh staff wanita tadi. Mikha berhasil masuk ke dalam mobilnya dengan napas yang tersegal-segal. Jantungnya juga terus saja berdegub hebat, bahkan keringat juga tampak memenuhi paras cantiknya. “Astaga.. hampir saja dia membawa ku ke ayah” ucap Mikha dengan perasaannya yang lega. Mikha melajukan mobilnya meninggalkan Capitaland dengan rencana yang gagal untuk bertemu dengan Deefan Alastair Kelsey. *** Tepat seminggu Mikha masih saja belum berhasil menjalankan rencananya untuk membawa proposal Earlene pada presdir Capitaland. Semangat Mikha hari demi hari memudar dan hampir menyerah, namun matanya tiba-tiba melebar saat mendengar percakapan keluarganya saat sedang makan malam. Dimana ibunya membicarakan tentang kesehatan ayahnya menjelang anniversary Capitaland. Mulut Mikha terus saja mengunyah makanannya namun yang kini fokus adalah telinganya untuk mendengar percakapan antara ibu dan ayahnya. “Kalau memang tidak bisa hadir, tidak perlu. Kesehatan mu yang terutama..” ucap Naura dengan kepeduliannya pada sang suami. “Iya, ayah. Walaupun Nana seorang dokter, tapi jangan menyepelehkan kesehatan ayah juga” lanjut Nana. Mata Mikha semakin menyipit dengan fokus yang tiada duanya. Disaat semuanya khawatir dengan kesehatan ayahnya, Mikha hanya fokus dengan keputusan ayahnya akan datang atau tidak di acara tersebut. Dimana Mikha sangat yakin kalau Tn. Kelsey akan hadir di acara anniversary Capitaland. “Kalau ayah tetap kekeuh hadir, Aku harus mencari cara untuk bisa ikut dengannya. Tapi, kalau ayah tidak bisa hadir yang harus ku cari adalah alasan untuk bisa menggantikan kehad---” “Mikha, apa yang kamu pikirkan?” tegur Nino. “Ah.. tidak ayah. Tidak ada” balas Mikha santai. “Aku juga setuju dengan ibu dan kak Nana, kesehatan ayah yang paling utama” lanjut Mikha. “Kalau memang ayah tidak bisa hadir, Aku bisa meng---” “Astaga.. Mikha! Jangan terlalu terburu-buru nanti ayah curiga---Aku kan tidak pernah tertarik dengan Capitaland” batin Mikha. “Ada apa, Mikha?” tanya Nino penasaran. “Tidak apa---ah, masakan ibu memang tidak ada duanya!” ucap Mikha mengalihkan topiknya. Mikha menyantap kembali makan malamnya dan menyelesaikannya setelah topik pembahasannya terganti. Nana dan Mikha meninggalkan makan malamnya lebih dulu dan kembali ke kamar masing-masing. Namun Mikha terus saja meminta Nana untuk menyuruh ayahnya beristirahat, mendengar hal itu Nana tersadar ada sesuatu yang aneh dari sikap adiknya. Menyadari tatapan kakaknya yang berbeda membuat Mikha berjalan lebih dulu dan meninggalkan Nana untuk menyelamatkan dirinya. “Ada apa dengan anak itu!” ucap Nana kembali melanjutkan langkahnya. *** Mikha menatap sebuah kalender yang berada di atas meja belajarnya, dimana pada tanggal tersebut telah di tandai oleh Mikha untuk mengingat acara anniversary Capitaland. Mikha terlihat begitu bersemangat karena ia sangat yakin kalau ayahnya tidak dapat menghadiri acara tersebut karena kondisi kesehatannya. Mikha keluar dari kamarnya menuju kamar Nana yang berada di seberang kamar miliknya. Ia mendapati Nana yang sedang berbaring di atas ranjang sembari memainkan ponselnya. “Kak.. bagaimana dengan ayah? Apa hari ini dia akan tetap menghadiri anniversary Capitaland?” tanya Mikha basa-basi “Tidak. Ibu sudah melarangnya, mungkin ayah juga sudah memberitahu staffnya kalau dia tidak bis---” “Ha?! Tidak!” teriak Mikha yang mengagetkan Nana. “Astaga kamu ini mengangetkan saja!” keluh Nana memukul Mikha dengan bantal yang di peganginya. “Kak bagaimana kalau kita berdua saja yang menggantikan ayah?” saran Mikha. “Ha? Kamu ingin sembarangan saja!” balas Nana menolak. “Kak sejujurnya Aku…” ucap Mikha ragu. “Sejujurnya apa?” balas Nana penasaran. Cukup lama Mikha menggantung kalimatnya yang membuat kakaknya sangat penasaran. “Apa Mikha?” lanjut Nana kembali. “Sejujurnya Aku sangat penasaran dengan wajah-wajah staff Capitaland---hm, pasti sangat tampan, kan?” ungkap Mikha berbohong. “Kamu ingin kesana hanya karena hal itu?” tanya Nana sembari menggeleng melihat tingkah adiknya. “Memangnya kak Nana tidak penasaran juga?” ucap Mikha dengan menggoda Nana. Nana terdiam memikirkan perkataan Mikha yang juga dapat diterima oleh akal sehatnya. Ditambah lagi dengan bujukan serta rayuan Mikha yang membuat Nana juga seketika bersemangat. “Baiklah.. tunggu disini, Aku akan coba menanyai ayah soal ini” pinta Nana. Mikha tidak dapat menyembunyikan ekspresi senangnya setelah Nana menyetujui perkataannya. Mikha dengan penuh semangat menunggu Nana di dalam kamar untuk pergi meminta ijin pada ayahnya. Hanya Nana yang dapat di andalkannya, dimana jika dirinya yang pergi meminta ijin sudah di pastikan kalau Nino tidak akan memberikannya ijin, mengingat sikap dan tingkah laku Mikha yang selalu membuat masalah. Lalu Nana kemudian kembali dengan wajah datar. Jantung Mikha berdegub cepat, berharap rencananya kali ini harus berhasil. Dimana sudah seminggu ia menggantung Earlene dan Gama tentang pengajuan proposal penelitiannya. “Bagaimana kak?” tanya Mikha penasaran. Nana mengangguk lalu tersenyum lebar sembari melompat di atas ranjangnya tepat di sebelah Mikha. “Ayah setuju, kita datang mewakilinya!” ungkap Nana girang. “Okay! Aku akan selesaikan semuanya malam ini!” ucap Mikha tanpa sadar. “Apa yang akan kamu selesaikan?” tanya Nana bingung. “Hm.. itu---rasa penasaran Aku kak pada staff lelaki di Capitaland” balas Mikha berbohong. Lalu tiba-tiba saja pintu kamar Nana terbuka dan menampakkan Naura yang tengah berdiri di ambang pintu tersebut. Seketika suasana kamar Nana hening, dimana keduanya berubah menjadi tenang. “Kata ayah kalian, jangan sampai membuat masalah---apa lagi Mikha. Nana kamu jaga adik mu baik-baik disana” ungkap Naura pada kedua putrinya. “Iya.. jangan khawatirkan Mikha. Aku akan menjaganya” balas Nana tenang. Naura kemudian meninggalkan kedua putrinya. Dimana Nana meminta Mikha bersiap untuk menghadairi acara anniversary Capitaland yang digelar di Capital Art Gallery. *****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.4K
bc

My Secret Little Wife

read
93.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook