bc

DINDING PEMBATAS CINTA

book_age18+
2.6K
FOLLOW
26.3K
READ
arrogant
student
drama
others
school
like
intro-logo
Blurb

Innovel Writing Contest - The Next Big Name.

Male Lead Contest.

Kehilanganmu ibarat mimpi buruk dalam hidupku. Aku seperti berjalan di dalam kegelapan dan tiada arah tujuan – Danil Febian Saputra.

Untukmu cinta kita hanya sebuah sandiwara. Sayangnya taman cinta yang kau cipta telah mekar dan berbunga. Sekalipun indahnya penuh kepalsuan – Evelyn Febrianti

Andai aku diberikan waktu untuk terus membuatmu tersenyum – Hana.

Danil tidak pernah tahu seperti apa rasanya jatuh cinta. Hingga ia bertemu dengan gadis bernama Hana, yang selalu sabar menghadapi sikapnya yang menyebalkan.

Kehadiran Evelyn yang tiada direncanakan oleh Danil membuat lelaki itu seolah menerima karma dari perbuatannya sendiri.

chap-preview
Free preview
PART 1 - TUDUHAN.
Siang itu matahari memang tidak begitu terik, sekalipun cahayanya masih menyorot sesosok tubuh yang baru saja menghentikan motornya di depan gerbang. Danil Febiyan Saputra, lelaki berusia sembilan belas tahun itu memasuki pekarangan rumahnya. Motor Yamaha Bison yang biasa menemani hari-harinya, sengaja ia taruh di depan rumah. Karena setelah ini, ia akan kembali keluar berkumpul bersama teman-temannya. Baru saja ia melangkah memasuki teras, pintu utama terbuka. “Kak Danil, kakak kemana aja?” Seorang gadis berwajah cantik berdiri di ambang pintu. Danil hanya memandang sekilas. Aneh. “Baru juga kembali dari sekolah, kenapa sih?” Nada gusar terlihat jelas di wajah tampan Danil. “Mama menangis.” Mendengar dua kata itu, Danil langsung melempar tasnya ke lantai. Tak mempedulikan kening sang adik yang mengernyit. Langkah kaki Danil lebar-lebar melangkah melewati anak tangga di dalam rumah. Bahkan ia berlari dengan cepat. Apapun yang terjadi, Mamanya adalah sosok terpenting dalam hidupnya. Dan Danil tidak akan membiarkan siapapun menyakiti hati Mamanya, siapapun. Pintu kamar Mamanya yang memang terbuka, tidak menyulitkan dirinya untuk segera masuk demi mendapatkan sang Mama tengah bersedih. Ulfa Marlina, sosok seorang Ibu yang sempurna untuk Danil, yang selama ini setia mendampingi sang Ayah, Yusuf Saputra. “Mama kenapa?” lirihnya sambil menatap wajah basah sang Ibu. Ulfa yang memang menunggu kepulangan putra kesayangannya, segera menghapus basah air matanya. “Sudah pulang kamu?” Sekalipun wajahnya bersedih, Danil tahu ada sedikit kecewa dan kemarahan yang terpendam di sana. Ulfa bangkit dan mendekati putranya. Lalu. PLAKK!! Rasa panas menjalar di pipi Danil, bertepatan dengan tertolehnya kepala Danil ke sisi sebelah kiri. Rahangnya mengeras, entah apa yang terjadi. Yang jelas ia tahu Ibunya sedang marah, dan tengah menghukumnya. Tidak biasanya ia mendapat perlakuan seperti ini. Mungkin kesalahannya sudah dianggap besar, tapi apa? Ia merasa tidak berbuat macam-macam. “Sudah berulang kali Mama katakan, senakal apapun kamu di luar sana, jangan pernah mempermainkan hati seorang wanita. Lupa kamu sama ucapan Mama!” Danil mengangkat wajahnya, memandang raut wajah setengah tua, tapi cerminan wajahnya. Yah, Danil menuruni wajah dari Mamanya. Berbeda dengan kakak dan adiknya, yang menuruni wajah sang Ayah. “Apa maksud mama?” Dengan wajah tak mengerti, Danil menatap mamanya. “Kamu kenal gadis bernama Delia?” Mendengar pertanyaan Ulfa, Danil mengangguk pelan. Delia adalah seorang gadis yang baru sebulan menjadi kekasihnya, dan baru kemarin berubah status menjadi mantan. “Apa yang sudah kamu lakukan padanya?” Kini gelengan kepala Danil terlihat di hadapan Ulfa. “Aku gak berbuat apa-apa sama dia Ma. Dia hanya teman biasa yang sering ketemu saat pulang sekolah. Bahkan kami beda sekolah.” “Lalu bagaimana mungkin gadis itu kini terbaring di rumah sakit, karena berusaha bunuh diri!” Danil tersentak. “A-apa Ma?” Suara Danil tercekat. Bagaimana mungkin? Gadis itu tidak mungkin nekad karena berubah status dari pacar menjadi mantan bukan? ** Setengah jam yang lalu. Ulfa baru saja membereskan tanaman di halaman belakang ketika putri bungsunya memanggil. “Mama, ada pak polisi di depan.” Gunting yang ada di tangannya hampir terlepas, karena terkejut. “Apa? Polisi?” “Iya, cari kak Danil.” Ya Tuhan. Ulfa mengusap dadanya. Ada apa dengan putraku? Ulfa meletakkan begitu saja sarung tangannya yang ia gunakan saat memotong tanaman. Dengan raut wajah cemas, ia mengikuti langkah putrinya menuju pintu utama. Ia tidak sadar, langkahnya bahkan terlalu cepat seiring dengan kecemasan yang semakin hadir. Seorang petugas kepolisian mengangguk hormat kepadanya. “Selamat siang bu.” Jantung Ulfa berdebar, memikirkan apa yang sudah putranya lakukan hingga mengundang seorang abdi negara ke rumahnya. “Si-siang Pak.” Demi Tuhan Ulfa tidak pernah bermimpi rumahnya didatangi kepolisian. Semoga tidak terjadi apa-apa dengan putranya. “Apakah saya berbicara dengan Ibu dari Danil Febian saputra?” Dengan tegas petugas kepolisian itu berbicara. “Yah benar, saya Mamanya. Ada apa dengan anak saya ya Pak?” “Saya mendapatkan laporan dari kedua orang tua Delia Anggraini, jika Danil putra ibu adalah penyebab ananda Delia berniat bunuh diri.” “Apa!” Ulfa nyaris berteriak. “Bu-bunuh diri?” Jantungnya teremas. Ya Tuhan. Danil. Apa yang sudah kamu lakukan? “Iya bu. Kini Delia tengah mendapatkan perawatan intensif di sebuah rumah sakit swasta, di daerah Jakarta Utara. Itu sebabnya saya mau bertemu dengan Danil, guna meminta keterangan lebih lanjut.” “Memang apa yang sudah putra saya lakukan Pak?” Seingat Ulfa, putranya tidak pernah membawa satu orang perempuan pun ke rumah ini. Bagaimana bisa ia membuat seorang wanita bunuh diri. Tunggu, Danil tidak mungkin bertindak diluar batas, dan menghamili anak gadis orang kan? Jika itu terjadi Ulfa tidak akan tinggal diam. Putranya harus mendapatkan hukuman setimpal. Tiba-tiba Ulfa merasa sakit kepalanya kambuh. “Kami masih menyelidiki apa yang terjadi, itu sebabnya kami kemari bu. Ini alamat rumah sakit tempat Delia dirawat. Kami permisi bu, kalau bisa kami ingin meminta keterangan dari saudara Danil, terkait kasus ini.” Ulfa mematung cukup lama, seakan tidak menyadari jika pak polisi itu sudah pergi dari tadi. “Ma.” Panggilan sang putri bungsunya membuat Ulfa mengerjap. Matanya tiba-tiba berkaca. “Kalau kakakmu pulang, suruh temui Mama di atas.” Ulfa meninggalkan Tia yang kebingungan. ** Penuturan Ulfa membuat tubuh Danil menegang. “Katakan pada Mama, kamu tidak menghamili anak gadis orang Danil! Demi Tuhan jangan buat Mama menyesal karena telah melahirkanmu ke dunia ini!” Ulfa dan suaminya selalu menjunjung tinggi nilai moral dan agama di dalam keluarga mereka. Dan ia tidak bisa membayangkan putra kebanggaannya berkelakuan minus begitu. “Mama, aku tidak serendah itu!” Danil bukan bermaksud melawan, tapi ia tidak serendah yang dituduhkan sang Mama. “Lalu kenapa gadis itu sampai bunuh diri Danil?” Gemas rasanya Ulfa pada putranya ini. Napas Danil turun naik. Andai waktu bisa diputar, ia menyesal mengenal gadis bernama Delia itu. Demi Tuhan, Danil tidak pernah menyukai gadis itu. Ia hanya bermaksud berbuat baik. Tapi gadis itu terlalu terobsesi kepadanya. Dan kemarin adalah pertengkaran mereka dan sekaligus putusnya hubungan mereka. Sudah cukup ia mengikuti gadis itu, untuk menjadi kekasihnya sekalipun Danil muak. “Aku gak mau putus dari kamu Nil. Kamu tahu aku cinta sama kamu.” Air mata Delia bahkan sudah banjir. Menurut Danil, suatu hal yang lumrah jika hubungan bisa putus, apalagi mereka masih sekolah. Danil pun belum pernah merasakan jatuh cinta itu seperti apa. Ia hanya bangga gadis secantik Delia menaruh harapan padanya, tidak lebih. Tapi ketika gadis itu mulai mengatur hidupnya, melarangnya berkumpul bersama teman dan lain sebagainya, Danil jelas jengah. Hingga ia memutuskan menyudahi hubungan mereka yang baru terjalin satu bulan. “Terserah.” Itulah terakhir Danil bertemu Delia. Dan jika setelahnya Delia berusaha bunuh diri, apakah ia yang harus disalahkan? “Aku akan buktikan sama Mama, kalau aku gak salah.” Lalu Danil berbalik pergi. “Kamu mau kemana Danil?” Ulfa bangkit bermaksud menyusul putranya. “Sekalipun aku yakin aku tidak bersalah, tapi aku akan ke rumah sakit yang Mama sebutkan tadi.” Lalu Danil berlari menuruni anak tangga. Ulfa berteriak. “Danil jangan pergi. Tunggu Mama!” Tapi Danil tidak mempedulikan teriakan sang Mama. Ia bahkan tabrakan dengan sang adik di depan rumah. “Kak Danil apa-apaan sih.” Tia yang mau masuk rumah terkejut karena ditabrak kakaknya. Danil tidak berkata-kata, ia langsung menuju motor yang masih terparkir di depan gerbang. Danil melarikan motornya dengan kecepatan tinggi. Bahkan ia masih mendengar teriakan sang Mama. Ia tidak peduli, ia akan buktikan jika ia tidak bersalah. Andaikata Delia berbuat nekad, itu salah gadis itu sendiri. Setengah jam kemudian, Danil tiba di rumah sakit yang dituju. Setelah memarkirkan sepeda motornya, ia bergegas mencari ruang UGD. Ponselnya berbunyi. Mama. Dengan sedikit berdecak, Danil mengangkatnya. “Danil, tunggu Mama sayang. Kamu jangan nekad. Disana pasti ada keluarga Delia, nanti mereka mengamuk kalau kamu tiba-tiba kesana!” Suara sang Mama bahkan terdengar kencang. “Mama dalam perjalanan, kamu tunggu Mama sebentar. Mama akan segera tiba.” Danil memandang ponselnya yang mendadak mati. Kini ia ragu. Perkataan sang Mama benar. Pasti ada keluarga Delia yang menunggu gadis itu. Tapi rasanya ia tidak bisa menunggu terlalu lama. Biarlah apapun yang terjadi akan ia hadapi. Ia seorang lelaki. Pantang baginya takut, apalagi ia tidak bersalah. Gadis itu saja yang bodoh sekali. Lalu dengan langkah tegap, Danil melangkah menuju UGD. Ia melihat beberapa perawat yang berjaga. Aku bertanya pada siapa ya? Baru ia mau membuka mulut ketika seorang lelaki berusia Ayahnya berujar. “Maaf sus, saya mau memidahkan putri saya Delia Anggraini ke ruang perawatan.” Kepala Danil tertoleh. Ayahnya Delia. Dengan penuh keberanian Danil menghampiri Ayah Delia. “Maaf Om, bagaimana kabar Delia?” Danil bertanya dengan sopan. Lelaki yang tadi berbicara dengan suster, menoleh. “Kamu siapa?” Kini tatapannya menyelidik Danil. “Saya Danil Om, saya ….” BUGH!! Sebuah pukulan mendarat di wajah tampan Danil. Membuat lelaki tampan itu terhuyung. “Kamu yang membuat putri saya menderita hah!” Sebuah pukulan lagi mendarat di wajah Danil. Danil memang tidak berusaha melawan, karena ia tahu Ayah Delia pasti murka saat ini. Kerah bajunya ditarik dan tubuhnya di benturkan ke dinding. Kepalanya bahkan ikut terbentur, membuat pandangan Danil agak berkunang-kunang. “Kalau sampai terjadi sesuatu pada anak saya, saya gak akan biarkan kamu hidup nyaman!” Kembali Danil merasakan pukulan bertubi-tubi di wajahnya. Beberapa orang ada yang berlari mencari satpam karena keributan yang tiba-tiba terjadi. Hingga sebuah teriakan menggema. “Danil! Ya Tuhan!”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sang Pewaris

read
52.9K
bc

Scandal Para Ipar

read
692.7K
bc

Dilamar Janda

read
318.8K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K
bc

Marriage Aggreement

read
80.2K
bc

JANUARI

read
37.0K
bc

Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi

read
2.6M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook