bc

Belongs to Mr. Mafia

book_age18+
6.4K
FOLLOW
64.5K
READ
billionaire
possessive
sex
badboy
badgirl
mafia
gangster
drama
tragedy
mystery
like
intro-logo
Blurb

CERITA SENSITIF! HARAP BIJAK DALAM MEMBACA~~

[ACTION-ADULT ROMANCE]

Apa yang terjadi jika pimpinan Chicago Outfit atau yang di kenal dengan Mafia kelas kakap di daerah Amerika Serikat memaksa mu untuk jatuh cinta padanya?

Sekilas pertemuan yang tak sengaja di saat Rosie, wanita yang terkenal dengan sifat unik barbarnya namun selalu tunduk di hadapan kekasihnya salah memasuki ruangan yang saat itu di huni dengan segerombolan pria berjas hitam dengan tubuh proporsionalnya. Apa itu kesalahan yang fatal atau kesalahan yang membawa ia pada takdirnya yang sesungguhnya?

"Apa yang ingin ku miliki harus ku dapatkan. Bagaimana pun caranya! Jika Aku tak dapat memilikinya, maka tak ada satu orang pun yang juga dapat memilikinya!"

***

Prinsip yang selalu ditanamkan oleh Gerardo pada dirinya membuat Rosie sangat sulit untuk mengindari ataupun mengabaikannya seytelah pertemuan keduanya. Bahkan takdirpun selalu saja mempertemukan mereka hingga suatu malam, dimana Rosie yang terpaksa harus berada di apartement milik Gerardo. Lalu tiba-tiba saja terdengar suara tembakan yang berhasil menembus jendela kaca dan berakhir pada d**a salah satu anak buahnya.

Kejadian itu adalah kali keduanya Rosie melihat seseorang mati karena tertembak, setelah ayahnya yang meninggal tiga tahun yang lalu. Dimana peluru panas itu berhasil menembus jantung ayahnya tepat dihadapannya.

Kehidupan yang dipenuhi dengan pekerjaan ilegal seorang Mafia membuat Rosie terjerumus dalam ucapannya sendiri.

Apa takdir keduanya akan berbuah manis atau hanya sepenggal kenangan saja yang akan tersisa?

***

chap-preview
Free preview
CHAPT. 1 "BERTEMU PRIA BURUK"
Sebuah bar yang sangat terkenal di kota Chicago terlihat sangat ramai. Di mana dentuman musik yang begitu keras mengusik pendengaran, Namun bagi semua yang datang mereka tampak menikmatinya sembari menari dan berdansa di bagian tengah bar tersebut. Kalangan remaja yang terlihat lebih dominan di bar itu. Seorang wanita dengan rambut berwarna keemasan berjalan dengan sedikit sempoyongan menyusuri setiap ruangan yang semuanya nyaris terlihat sama. Wanita itu sembari memegang ponselnya dengan pandangannya yang mengabur melanjutkan langkahnya hingga ia terhenti di sebuah pintu yang bertuliskan nomor 88. Ia menarik gagang pintu tersebut lalu membukanya. Terlihat segerombolan lelaki berjas hitam yang dapat di sebut dengan nama "Mafia Outifit" atau yang sering di dengar dengan "Chicago Mob/Mafia Chicago" dengan beberapa wanita yang berpakaian seksi sedang menari serta menuangkan bir pada beberapa lelaki yang terduduk di sofa. Secuil percakapan rahasia soal penggelapan pajak, pemerasan dan beberapa kasus ilegal lainnya yang tak di mengerti oleh wanita itu. Masih memiliki kesadarannya, wanita tersebut tampak terkejut saat menyadari kalau ia salah memasuki ruangan. Di mana ruangan yang ia tuju adalah ruangannya bersama para teman-temannya. Melihat sesorang yang tiba-tiba saja masuk membuat semuanya tercekat dan menatap kearah wanita tersebut. "Apa dia juga salah satu yang akan kita nikmati bersama, Allio?" ucap lelaki bertubuh gempal. Seorang lelaki yang kini terlihat melepaskan jas hitamnya, menyandarkan pundak lebar sembari meneguk minuman yang berhasil di tuangkan salah satu dari wanita berpakaian seksi tadi lalu menatap ke arah pintu. Lelaki itu terlihat seperti kepala dari geng tersebut. "Hm.. maaf tuan. Sepertinya, Aku salah ruangan" ucapnya dengan sedikit gemetar ketakutan sebelum meninggalkan ruangan tersebut dengan langkah besarnya. "Sial! kunci pintu itu!" teriak Allio kesal. Pandangan Gerardo masih saja terpusat pada pintu tersebut yang kini tak menampakkan wanita tersebut. "Aku akan menuangkannya lagi pada mu, Tn. Edmundo" sahut wanita berambut pirang dengan wajah menggodanya pada Gerardo. Gerardo Cartez Edmundo, seorang pebisnis ilegal kelas kakap yang memiliki peran yang sangat penting di beberapa kota terkenal di Amerika Serikat serta Inggris. Gerardo sudah lama menjalankan bisnis ilegalnya yang terdiri dari perdagangan senjata ilegal, pemerasan, pengambilan alih perusahaan, hotel, bar, restoran dan lainnya. namun ia juga berhasil mengambil alih beberapa profesi penting serta pejabat yang ikutan dalam lingkaran setannya hingga ia bisa mencapai titik tertinggi di kehidupannya. Tak memiliki takut akan apapun dan rela melakukan apapun yang ingin ia lakukan, memaksa, menyakiti, bahkan akan membunuh siapapun yang membangkang ataupun mengacaukan segala rencananya. Malam ini ia menyinggahi salah satu bar yang akan menjadi target selanjutnya bagi Gerardo, sembari mengajak anak buahnya untuk menikmati malam ini dengan jamuan yang di berikan pemilik bar tersebut. Gerardo mengulas senyum tipis mengingat wajah terkejut wanita tadi yang entah ia tau wanita itu sengaja atau tidak masuk ke dalam ruangannya. Gerardo menarik pinggang salah satu wanita yang menemani ia dan juga para pengikutnya malam ini, lalu dengan liar mengulum bibir wanita itu. Ciuman yang cukup panas Gerardo lakukan sambil menjamah tubuh wanita itu di hadapan para anak buahnya. Wanita itu merasakan sedikit kesakitan saat tubuhnya di cengkram begitu erat oleh telapak tangan Gerardo. Namun ia harus menahannya, di mana ia tau kalau Gerardo tak suka jika ada seseorang yang mengeluh atas tindakannya. Gerardo melepaskan wanita tersebut sembari menyeka bibirnya yang basah akibat ciuman liarnya. Wanita tersebut kemudian di tarik lagi oleh Allio untuk memuaskan napsunya di hadapan semuanya. "Apa kau tetap menginginkan tempat ini?" tanya Allio sembari menjamah tubuh wanita tadi. "Tentu saja!" tegas Gerardo. "Apa kau yakin dia akan memberikan pada kita?" tanya Allio. "Dia akan sangat menyesal jika tidak ingin memberikannya pada kita" tegas Gerardo mengulas senyum sembari meneguk bir yang kini berada di tangan kanannya. "Setidaknya jika ia menjualnya pada ku, dia akan memiliki keuntungan untuk membuka bar pengganti. Namun jika tidak? dia akan sangat menyesal" lanjutnya dengan tatapan yang begitu tajam. "So.. Apa kita akan mengambilnha ini malam?" "No! Maybe next time.." Gerardo beranjak dari sofanya membuat semua anak buahnya termasuk Allio yang masih menjamah tubuh wanita itu menyudahi aksinya lalu mengikuti Gerardo yang keluar dari ruangan tersebut. Langkah besarnya berhasil menyusuri jalan keluar bar itu yang terlihat masih ramai pengunjung di saat malam semakin larut. Lelaki berjas sebagai body guardnya membukakan pintu untuk Gerardo dan mempersilahkannya masuk lalu di ikuti Allio. Mobil itu melaju keluar dari basement dengan pandangan Gerardo yang terjatuh pada kaca jendela mobilnya. Matanya tercekat saat mendapati wanita yang tadi salah memasuki ruangannya berdiri di tepi jalan sembari meringkuk tubuhnya. "Stop!" pinta Gerardo menghentikan mobilnya. Gerardo menurunkan kaca mobilnya lalu menatap ke arah wanita tersebut. "Butuh tumpangan sayang?" ucapnya tersenyum smirk. "Tidak, terima kasih" balas wanita itu. Gerardo menatap wanita tersebut dari ujung kaki hingga rambutnya dengan senyuman yang sulit di artikan oleh siapapun. Tatapan itu membuat wanita tersebut sedikit risih dan mengalihkan pandangannya bersamaan dengan kedatangan lelaki mengenakan sepeda motor besar. Gerardo menatap wanita tersebut yang berjalan ke arah lelaki tersebut dan naik di atas motor lalu meninggalkannya. "Okay.. kau bisa kembali jalan" pinta Gerardo pada seorang lelaki yang mengemudikan mobil mewahnya. Sepanjang perjalanannya kembali menuju apartementnya, wajah wanita tersebut masih saja terbayang hingga membuat dirinya sendiri terganggu oleh pikirannya. Mobil hitam pekat mengkilap itu berhasil tiba di sebuah gedung apartement milik Gerardo. Pintu kembali di bukakan untuknya, di mana Gerardo berjalan menuju lift untuk membawanya ke lantai kamar apartementnya berada. *** Rosie Allesandra Luna yang baru saja menikmati malamnya bersama dengan teman-temannya hingga ia meminta Giovanno kekasihnya untuk menjemputnya di depan bar. Di mana ia juga tadi sempat di goda oleh seorang lelaki yang tak ia kenali sebelum kedatangan Vanno kekasihnya. "Kenapa kau begitu lama?" keluh Rosie. "Maaf, sayang.. tadi Aku memiliki urusan yang sangat penting" balas Vanno sembari mengemudikan sepeda motornya. "Apa tadi lelaki itu menggoda mu?" lanjutnya. "Dia ingin mengantar ku.. katanya.." ungkap Rosie sembari mengidikkan bahunya. "Sepertinya memang yang jatuh cinta dengan wajah mu" puji Vanno sambil tertawa. Vanno berhasil mengantarkan Rosie tiba di rumahnya dengan sebuah kecupan bibir yang menjadi pemisah pertemuannya malam ini. "I love you.." ungkap Rosie sebelum Vanno melajukan kembali sepeda motornya. Rosie berjalan masuk ke dalam rumahnya di mana Maddie sepupunya sudah sejak tadi menunggunya di dalam kamar. "Maddie, are you okay? Apa kau masih sakit?" tanya Rosie khawatir. "Harusnya kau tidak perlu mengijinkan ku pergi malam ini" lanjut Rosie membenarkan letak selimut Maddie. "Aku baik-baik saja. Kau tak perlu sangat khawatir pada ku, Rosie-- ohiya, apa tadi Vanno yang mengantar mu kembali?" "Iya.." "Apa kalian sudah tidak bertengkar lagi?" "Iya.." balas Rosie singkat sembari mengganti pakaiannya di hadapan Madie sepupunya. Rosie beralih menaiki tempat tidurnya setelah selesai mengganti pakaiannya. Ia memejamkan mata lelahnya sembari menarik selimut yang akan menutupi dirinya. *** Tiga hari berikutnya, Gerardo bersama para pengikutnya mendatangi salah satu bar yang berada di timur dari tempat bar yang sebelumnya ia datangi. Suasana bar tersebut tidak seramai dengan bar sebelumnya, namun bar ini memiliki keunikan tersendiri bagi Gerardo. Langkah besarnya membawa dirinya menuju kesebuah meja yang berada di lantai dua bar tersebut. Gerardo dapat melihat kondisi bar tersebut dari lantai dua tempat ia berpijak saat ini. Pandangannya menyusuri seluruh sudut bar tersebut hingga matanya tercekat pada seorang pelayan di meja berbentuk persegi panjang di lantai dasar. Gerardo turun kembali menuju lantai dasar di mana para pengunjung lebih ramai dari pada lantai dua khusus para pelanggan VIP. Langkah besar Gerardo berhasil membawanya di depan meja bar tersebut sembari memperhatikan pelayan itu menyuguhkan minuman kepada lelaki lainnya. "Anda ingin pesan yang mana, tu---" Kalimat Rosie menggantung saat ia memperhatikan jelas wajah Gerardo yang sangat mirip dengan lelaki yang beberapa hari lalu mengajaknya pulang bersama. Namun, Rosie berlagak tidak mengenalinya dan berusaha terlihat sedang melayani para pelanggan yang lainnya. "Hm.. Aku ingin memesan.. KAU!" balas Gerardo santai. Mendengar hal itu Rosie memutar bola matanya lalu meninggalkan Gerardo dan melayani para pelanggan yang lain. "Hey.. nona! Apa kau mengabaikan pelanggan mu?" teriak Gerardo. Mendengar teriakan itu Rosie kembali menuju ke arah Gerardo. "Tolong katakan pesanan Anda.." ucap Rosie berusaha menahan kesabarannya. "Apa kau tak dengar tadi yang ku katakan? Aku ingin memesan mu.." jelas Gerardo kembali yang membuat Rosie semakin kesal. Rosie kembali mengabaikannya dan menjauh darinya hingga langkahnya tercekat. "Hm.. okay baiklah. Aku ingin sesuatu yang manis namun mampu membuat ku terbang malam ini" ucap Gerardo yang sudah dapat di mengerti oleh Rosie. Rosie menyodorkan botol bir serta gelas berukuran kecil di hadapan Gerardo. "Aku juga ingin kau berada di hadapan ku seperti botol ini dan juga gelas ini.." lanjut Gerardo. "Selamat menikmati malam mu, tuan.." sela Rosie meninggalkan Gerardo. Sikap Rosie membuat Gerardo semakin tertarik padanya. Rasanya itu sebagai tantangan bagi Gerardo untuk membuat Rosie bersikap sopan padanya. Gerardo kembali ke lantai dua bersama dengan Allio dan juga para pengikutnya. Ia menatap Rosie dari lantai atas yang kini terlihat begitu ramah dengan para pelanggan lainnya. Namun, sikap Rosie sangat berbeda padanya. Gerardo mendudukkan dirinya sembari meneguk botol birnya sembari menatap ke arah Rosie. "So.. kau memilih bar ini atau bar kemarin?" tanya Allio. "Aku menginginkan bar ini!" tegas Gerardo. "Why.. bar ini tidak seramai bar kemarin, Gerardo. Kita bisa mendapatkan yang lebih banyak---" "Aku ingin bar ini, Allio!" tegas Gerardo kembali dengan nada yang lebih tinggi. Melihat wajah Gerardo yang menengang membuat Allio tak lagi berkomentar. Gerardo menatap kembali ke arah Rosie namun sudah tak melihatnya di sana. Gerardo beranjak dari kursinya lalu turun kembali ke lantai dasar mencari Rosie. "s**t! di mana dia?" ucap Gerardo. "Hey.. kau! Di mana wanita tadi yang menjaga di sini?" tanya Gerardo pada seorang pelayan pria. "Rosie? Dia sudah kembali. Shiftnya sudah berakhir" balas pelayan tersebut. "Rosie.. Nama yang indah" ungkap Gerardo berjalan keluar bar. Langkah besarnya menuntunnya kearah pintu keluar bar dan mendapati Rosie yang tengah berdiri di tepi jalan sembari memainkan ponselnya. "Rosie.." ucap Gerardo. Mendengar seseorang menyebut namanya membuat Rosie beralih mencari arah suara tersebut dan mendapati lagi dan lagi lelaki tersebut yang tidak ia ketahui identitasnya. "Apa kau menunggu seseorang lagi?" tanya Gerardo. "Apa urusan mu? Tinggalkan Aku sendiri!" tegas Rosie memutar bola matanya. Ucapan Rosie di abaikan oleh Gerardo. Langkahnya semakin dekat ke arah Rosie lalu menarik pinggang ramping Rosie hingga menabrak tubuh kokohnya. "Lepaskan!" pinta Rosie memberontak. Berkali-kali ia meminta Gerardo untuk melepaskannya dan meronta namun tenaganya tak cukup kuat untuk mengalahkan cengkramana Gerardo. Hingga sebuah tamparan mengenai wajah Gerardo. Praaaakkk!!! "f*****g s**t!" umpat Gerardo mendorong Rosie hingga ia tersungkur dan pergelangan tangannya sedikit tergores. "KAU! Berani sekali kau menampar ku!" teriak Gerardo murka. Melihat wajah yang tiba-tiba menyeramkan itu membuat Rosie bergidik takut serta nyalinya yang menciut. Lalu sebuah mobil berhenti di di sisi kanan Gerardo. Maddie keluar dari mobilnya lalu menolong Rosie yang tersungkur di tanah. "Rosie! Apa kau baik-baik saj--- sial! tangan mu terluka" ungkap Maddie kesal menatap ke arah Gerardo. "Apa yang kau lakukan padanya, tuan?" ucap Maddie. "Maddie, jangan.." pinta Rosie berdiri mendapatkan kembali keseimbangannya lalu menarik Maddie untuk tidak berurusan dengan Gerardo. "Tapi, kau terluk---" "Jangan berurusan dengan lelaki asing" sela Rosie menarik Maddie untuk masuk kembali ke dalam mobilnya. Kedua mata itu tak sengaja saling berpaut di mana Rosie yang sedang berjalan menuju mobilnya serta tatapan Gerardo yang terarah padanya. Bahkan Gerardo juga melihat pergelangan tangan Rosie yang terluka akibat kemarahannya tadi. "Sia!" umpat Gerardo kesal saat mobil itu meninggalkannya. Dengan perasaan yang begitu frustasi Gerardo kembali masuk ke dalam bar untuk menyudahi malamnya. Allio yang menyadari hal itu menanyakan apa yang baru saja terjadi pada Gerardo bersamaan dengan seorang w*************a di bar tersebut mendatangi lalu duduk di pangkuan Gerardo. Hal itu semakin membuat Gerardo menjadi kesal dan marah. "Get out  from me.." ucapnya yang membuat wanita itu bingung. Di mana yang ia tau kalau Allio menyuruhnya untuk menyenangkan Gerardo malam ini. "Now!!!" teriak Gerardo kesal. "Whoa... apa yang terjadi? Kenapa suasana hati mu berubah?" tanya Allio yang juga bingung. Wanita tersebut sangat terkejut dan ketakutan hingga ia pergi meninggalkan tempat Gerardo dan yang lainnya. "Sudah cukup malam ini.. Ayo kembali!" pinta Gerardo beranjak dari sofanya setelah meneguk habis bir miliknya. Allio serta anak buahnya yang lain berjalan mengikuti Gerardo menuju pintu keluar bar untuk kembali ke apartementnya. Namun langkahnya tercekat lalu menoleh ke arah Allio.  Allio yang melihat hal itu berjalan mendekati Gerardo. "Ada apa?" "Carikan Aku informasi dari wanita yang bernama Rosie di bar ini.. Dia salah satu pelayan di sini" ucap Gerardo sebelum melanjutkan langkahnya meninggalkan bar tersebut. Tak ada pertanyaan soal Rosie yang di ajukan Allio, ia hanya menerima perintah dari Gerardo. *** - GERARDO POV - Wajah wanita itu sangat mengganggu pikiran ku saat ini. Tatapan penuh kemarahan yang ku ketahui sangat jelas tadi saat ia berjalan menuju mobilnya. Benar-benar sial! Dia berhasil membuat pikiran ku sangat kacau dan suasana hati ku yang berubah buruk.  Aku menanggalkan seluruh pakaian ku lalu mengguyur tubuh ku di saat malam semakin larut. Lagi dan lagi wajah itu terbesit di kepala ku membuat rahang ku mengeras. Rasa perih karena tamparannya juga membuat darah ku menjadi panas di saat air yang seharus dingin ini membasahi tubuh ku malam ini. Rasanya Aku benar-benar harus memiliki bar itu agar semua orang dapat tunduk pada ku dan tak ada yang berani mengabaikan ku ataupun wanita yang menolak ku. Keinginan ku semakin menggebu-gebu ingin memiliki bar itu hanya karena seorang wanita yang menolak ku. Aku akan pastikan semuanya jika Aku sudah memiliki apa yang ku mau dan tak ada yang seorang pun menolak ku. Dan siapapun yang berani melakukan itu, dia akan menerima konsekuensinya. Tubuh ku terasa begitu lelah setelah berhasil menyegarkannya kembali lalu beranjak menuju ranjang ku. Aku mencoba memejamkan mata ku, di mana besok Aku memiliki pertemuan penting bersama beberapa klien ku. *** Aku kembali mendapatkan stamina ku setelah terbangun dari lelap ku sembari menatap kearah jendela kamar ku, di mana teriknya matahari berhasil menembus masuk dan membangunkan ku. Aku beranjak dari ranjang dan bersiap untuk pertemuan ku pagi ini. Suara ketukan pintu juga terdengar hingga Aku melangkah menuju pintu lalu membukanya.  "Masuklah.." pinta ku pada Allio, seseorang yang dapat ku percayi dan menjadi tangan kanan ku mengurus semua bisnis yang terbilang membahayakan ini. Di mana Aku dapat melakukan apapun yang ku mau untuk mendapatkan apa yang ku inginkan. Perusahaan, Restoran, Hotel, Bar, atau apapun itu yang kuinginkan. Aku bisa melakukannya hanya dengan dua cara, yaitu dengan cara lembut dan cara kasar serta memaksa. "Sepertinya Tn. Jeremias sudah menunggu kita, Gerard" ungkap Allio sembari berjalan mengekor di belakang ku. "Biarkan saja.. Dia tidak mempunyai pilihan selain menunggu ku, kan?" "Hm.. bersiap lah.." Tidak memakan waktu yang lama untuk ku bersiap di mana para pengikut ku sudah berada di depan pintu apartement ku untuk menjalankan misi selanjutnya. Aku menuju ke salah satu restoran yang tak jauh dari apartement ku. Allio dan beberapa pengikut ku yang lain berjalan bersama ku memasuki restoran tersebut. Hingga langkah ku berhenti di sebuah meja yang di huni oleh dua lelaki yang memiliki postur tubuh hampir sama dengan Allio. "Halo.. Tn. Edmundo.. Aku Phillar Jeremias dan ini rekan ku Jerold Mauricio" ucapnya mengulur tangan kepada ku. "Iya, halo. Senang bisa bertemu langsung dengan mu" balas ku sembari menjabat tangan keduanya lalu duduk di ikuti Allio. Aku tak ingin selalu berlama-lama untuk melakukan negosiasi dengan rekan bisnis ku. Aku tidak suka bertele-tele ataupun membujuknya. "Aku menginginkan bar mu, apa kau ingin memberikannya pada ku? Tawaran ku cukup fantastis" ucap ku. "Bukannya kau tidak menginginkan bar itu?" bisik Allio pada ku. "Shut up!" balas ku. "Tapi, Aku tak bisa memberikannya pada mu Tn. Edmundo. Jika Anda hanya ingin menanamkan saham Anda di sana. Aku bisa menerimanya dengan sangat terhormat. Tapi, untuk memberikan sepenuhnya pada Anda.. hm, Aku rasa Aku tak bisa melakukannya. Aku sangat meminta maaf pada Anda" jelas lelaki itu yang bernama Phillar. "So... kau tak ingin memberikannya pada ku?" jelas ku sekali lagi. "Iya. Aku minta maaf.." Pandangan ku kembali tercekat saat melihat wanita yang selalu membayangi ku, Rosie. "Berapa banyak pekerjaan yang ia punya?" batin ku menatap ke arahnya. Mata ku kembali bertemu dengannya dengan wajah yang berubah tak suka melirik ku lalu berjalan di sisi kanan ku. Lalu tak lama lagi, Ia kembali berjalan menuju meja seorang pelanggan yang memanggilnya. Terlihat beberapa kali ia melewati meja ku di mana saat ini Allio sedang berbincang dengan para lelaki pemilik bar yang ku inginkan. Aku menggeram saat mendapati pelanggan lelaki tersebut terlihat menggoda dan memaksa Rosie untuk duduk bersamanya. Namun Rosie yang terus saja mnegelak dan berhasil menjauh darinya lalu melewati meja ku. - AUTHOR POV - Pikiran nakal Gerardo tiba-tiba saja terbesit di kepalanya. Gerardo sengaja memegang b****g Rosie saat ia berjalan melewati meja yang di tempati Gerardo. "Apa yang baru saja kau lakukan?!" ucap Rosie dengan nada sedikit kesal ke arah Gerardo yang membuat Allio tersentak dan menatap ke arah Rosie. "Ups.. Sorry, Aku tak sengaja" balas Gerardo sembari tertawa menatap padanya. "Hey.. kenapa kau berteriak padanya?" tanya Allio beranjak dari kursinya menatap sinis ke arah Rosie. "Dia baru saja memegang b****g ku!" ' "Itu bukan hal yang besar, nona. Kau tak perlu berteriak ke arahnya!" "What?---" "Permisi.. apa yang terjadi di sin--- oh astaga, Tn. Edmundo.. Aku tak menyangka Anda mendatangi restoran ku" ungkap Henry pemilik restoran tersebut. "Ah.. Tn. Henry, right?" ucap Gerardo beranjak dari kursinya. "Iya.. wow, sebuah kehormatan Anda bisa mengetahui nama ku--- hm, so apa yang terjadi di sini?" "Pelayan mu ini sangat tidak sopan pada pelanggannya, ia berteriak tidak jelas" ungkap Allio. "Rosie? Apa yang---" "Aku tidak mungkin berteriak pada pelanggan kalau saja tidak ada terjadi apapun, Tn. Henry. Lelaki ini memegang b****g ku!" jelas Rosie. "Hey... itu bukan hal yang besar, nona!" ucap Allio kembali. "Sial!" desis Rosie kesal. Hal itu menjadi semakin menarik bagi Gerardo, di saat semua memihak padanya. "Iya, itu bukan hal yang besar Rosie. Kau harus meminta maaf pada Tn. Edmundo" pinta Henry pada Rosie. Wajah yang merah karena amarah yang tertahan membuat Rosie tak memiliki pilihan lain selain meminta maaf pada Gerardo. Rosie menatap sinis serta penuh kebencian pada Gerardo, namun yang di rasakan Gerardo berbeda. Ia dapat memperlihatkan pada Rosie tentang kekuasaannya. Setelah meminta maaf pada Gerardo, Rosie kembali pada pekerjaannya begitupun Henry. Di mana Gerardo dan juga Allio melanjutkan percakapannya dengan Phillar dan juga Jerold.  Gerardo terus saja menatap Rosie yang sibuk mengerjakan pekerjaannya sebagai pelayan restoran hingga percakapan Allio dan pemilik bar itu berakhir. Di mana pemilik bar itu yang kekeuh untuk tidak menyerahkan barnya pada Gerardo. "Sudahi percakapan mu, dia akan mendapat kejutan malam ini" bisik Gerardo. Mendengar hal itu, Allio mengikuti perintah Gerardo mengakhiri percakapannya lalu meninggalkan restoran tersebut. Henry selaku pemilik restoran tersebut mengantar Gerardo keluar dari restorannya. Di mana Rosie yang menatap Gerardo dari dalam restoran dan menjulurkan jari tengahnya pada Gerardo. Hal itu membuat Gerardo memperlebar senyumannya menatap ke arah Rosie. *****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Penjara Hati Sang CEO

read
7.1M
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.1K
bc

A Secret Proposal

read
376.4K
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M
bc

When The Bastard CEO Falls in Love

read
370.0K
bc

FORCED LOVE (INDONESIA)

read
598.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook