bc

Petaka Madu Baru

book_age12+
3.5K
FOLLOW
15.7K
READ
single mother
drama
tragedy
expert
female lead
small town
weak to strong
like
intro-logo
Blurb

Bagaimana jika pernikahan bahagiaku tiba tiba harus didatangi orang ketiga akibat permintaan dari mertua, mereka bahkan memadu malam pertama di ranjang milikku dan membiarkan aku dan anakku di gudang, haruskah aku bersabar atau melawan?

chap-preview
Free preview
Pernikahan itu menghancurkan hatiku
❤️❤️❤️❤️ Apa yang dilakukan seorang wanita yang sudah terlanjur dipoligami, menangis, menjerit merutuk, marah dan berteriak-teriak minta cerai lalu jatuh miskin? Hanya begitu saja? Atau, istri tua marah, bertengkar dengan istri muda, saling jambak dan cakar, kemudian si suami membela istri barunya, lalu istri tua sakit hati dan kabur dari rumah, itu klise! Semua kejadian pahit itu sudah terjadi padaku ketika Mas Haris memilih untuk menikahi Adelia, seorang gadis muda pilihan ibu mertua yang katanya akan menaikkan derajat keluarga dan melahirkan keturunananak laki-laki untuk meneruskan garis keturunan keluarga Mas Haris. Ah ya, miris! aku hanya istri yang melahirkan anak-anak perempuan dan menurut mertuaku, aku tidak bisa membahagiakan keluarga mereka. Sudah banyak air mata yang berguguran dari kekecewaan ini, sekuat apapun aku melawan dan menolak tetap saja keputusan bukan ditangan seorang menantu yang tidak berdaya. Ya, aku tidak berdaya karena kemiskinan keluarga yang berasal dari menengah ke bawah. Namun mereka belum melihat jika aku sudah bangkit dan memberi mereka pelajaran. Jangan tanya perasaanku ketika aku diharuskan untuk mengantarkan suamiku sendiri untuk melakukan ijab kabul, hatiku koyak harus menyaksikan dia menerima wanita lain dalam hidupnya. Rasanya remuk redam jiwa ini membayangkan semua itu. Aku berdiri dan termangu di sudut ruangan ini sedang di kejauhan sana, dia tersenyum bahagia dengan kedua orang tuanya. Dia,. suamiku yang memiliki mata indah dan hidung mancung itu, sudah rapi mengenakan pakaian pengantinnya sedang aku berdiri disini menahan air mata sambil menatap kembali cincin yang melingkar di jari, cincin yang ia ikatkan sebagai lambang pernikahan kami delapan tahun yang lalu, dari pernikahan itu, ku memiliki dua orang anak perempuan yang cantik dan menggemaskan. Sayangnya, anak perempuan tak membuat mertua mmbahagia. "Lahirkan anak laki-laki," tuntutnya padaku. "laki-laki atau perempuan itu Tuhan yang menentukan Bu," jawabku pelan. "Haris adalah anak lelakiku satu-satunya, dia akan meneruskan keturunan keluarga, jadi kau harus memiliki hati luas untuk membiarkan dia menikah lagi." kalimat yang ibu mertua ucapkan bagai palu godam yang menghantam d**a ku tenggorokanku tiba-tiba merasa kering dan d**a ini sakit mendengar ucapan pahit dari bibirnya secara langsung. "Mas Haris tidak mungkin menerima keputusan ini Bu." "Haris selalu mendengarkan semua perintahku Kalau kamu tidak percaya silakan tanyakan langsung pada nya," katanya sambil mengalihkan pandangan kepada suamiku. "Benar Mas?" "Aku ...." Mas Haris tidak kuasa menjawab pertanyaanku ia menunduk sambil menggeleng-geleng pelan lalu menggumam, " Maaf, Laila, aku terpaksa ...." "Terpaksa ...." Suaraku tercekat. "Iya, Kalau kamu tidak suka dengan keputusan Ibu silakan kamu mengajukan gugatan perceraian dengan Haris itu tidak akan merugikan kami." "Kalau hanya memikirkan diri sendiri tidak masalah Bu tapi aku punya anak yang masih membutuhkan orang tuanya, bahagia dan hidup di rumah yang sama," jawabku pelan. "Halah bilang saja kan Kamu tidak bisa lepas dari Haris karena kamu masih membutuhkan sokongan uang dari keluarga kami," ejeknya dengan nada yang menyakitkan dan melecehkan. "Tidak Bu, aku juga punya komitmen yang harus kujaga." "Keputusan kami sudah bulat untuk menikahkan Haris dan Adelia dengan atau tanpa persetujuanmu." Wanita yang dikenal sangat tegas dan selalu diikuti semua perintahnya itu, kemudian bangkit dan meninggalkan ruang tempat kami berdiskusi diikuti oleh suami dan kedua adik perempuan Mas Haris, juga suamiku. Aku ditinggalkan sendirian sambil menyeka sudut mata, mengumpulkan kepingan-kepingan hati yang terkoyak oleh sikap tidak tegas suamiku, aku masih tidak percaya dia ... tega-teganya dia tidak mempertahankanku. Aku tidak menyangka bahwa hubungan dan kemesraan kami akan berakhir menjadi sebuah hubungan rumit dan cintaku yang tulus harus diduakan dengan wanita baru yang menjadi pilihan orang tuanya. Lamunanku kembali tersentak ketika Lili adik bungsu Mas Haris menyentuh bahuku. "Ayo kita pergi Mbak satu jam lagi acara akan dimulai." Aku lalu menaiki mobil yang membawa kami ke rumah Adelia. Tempat acara akan dilangsungkan. Gegap gempita musik iring-iringan, canda tawa dan seru-seruan keluarga yang ikut menggoda pengantin laki-laki yang membuat diriku sakit kepala. Untungnya kedua putriku tidak ikut karena sibuk bermain dengan beberapa sepupunya sehingga tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Yang paling sedih dari scene pernikahan ini adalah ketika suamiku menerima nikah wanita itu sebagai istrinya di saat yang sama aku menyadari bahwa kini Mas Harisku bukan Mas Haris yang sama dia kini harus dibagi dua. * Acara berakhir dengan gembira lalu mobil iring-iringan pengantin berjalan ber arahkan menuju rumah kami rumah pengantin pria. Tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat sehingga hari telah gelap dan menunjukkan pukul 8 malam, mobil kami sampai Dan disambut oleh keluarga pengantin pria dengan gembira. Tetabuhan rebana dan bunga yang dilempar udara seolah menyempurnakan kebahagiaan Adelia dan Mas Haris. Iya, hari ini adalah milik mereka berdua sedang aku hanya pemain latar yang tidak diperhitungkan, aku tertawa sambil mengusap air mata. "Biarkan Haris dan Adelia tidur di kamarmu mulai hari ini, kami sudah mendesain yang sebagai kamar pengantin." Kali ini perintah kedua ibu mertua benar-benar membuat hatiku seperti ditusuk jarum "Apa?" Dengan langkah cepat aku langsung menuju kamarku dan membuka pintunya. Benar, ketika aku menyaksikan kedalam sana air mataku seketika tumpah karena ranjang kami telah disulap menjadi ranjang pengantin yang penuh taburan bunga dan cahaya yang dipasang temaram menambah romantisnya suasana. Aku masih tidak percaya bahwa ini adalah kenyataan! Ini menyakitkan! Mereka menikmati malam pengantin dengan bahagia di kamar, sedang aku harus menyulap sebuah gudang untuk tidur bersama kedua anakku, dan entah sampai kapan itu akan terjadi. Dan meski jiwa ini terasa kaku, bahkan kantuk tak menggoda mata ini untuk terbaring lesu, aku hanya bersandar di dinding hingga matahari pagi terbit. Tok ... Tok ... Pintu terbuka dan wajah mertuaku menyembul dari sana. Ah, menyebalkan! "Luar biasa, kamu sudah mulai bermalas-malasan sekarang ya, kamu tidak melirik ini jam berapatidak tahu bahwa hari harus berangkat kerja?" "Bukannya dia masih pengantin baru Bu?" "Kini dia harus bekerja lebih keras untuk menghidupi kalian semua." Ucapan mertuaku terdengar sangat dingin. "Dia sudah punya istri baru kau bisa meminta istri barunya untuk menyiapkan sarapan, dia sudah sangat bahagia maka aku pun juga harus menciptakan kebahagiaanku sendiri Bu," desisku pelan "Apa maksudmu?"matanya melotot kepadaku. "Hari ini aku akan mengambil waktu untuk beristirahat, ibu bisa bisa minta menantu ibu yang baru untuk menyiapkan semua keperluan Mas Haris, seperti ibu mengajariku dulu," jawabku. "Jadi ... Kamu menolak?" "Maaf,. Aku sedang amat kelelahan." Sebelumnya aku tidak pernah mengatakan kalimat itu kepada ibu mertua Bahkan dalam kondisi sakit pun aku selalu memenuhi semua permintaannya semua perintah-perintah yang kurasa tidak masuk akal dan tidak manusiawi bahkan di tengah malam aku masih melayani semua permintaan dia dan anak-anaknya. Tapi sekarang aku bukan Laila yang akan semudah itu dia pelintir lagi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Noda Masa Lalu

read
183.7K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

Escape from Marriage - Kabur dari Derita Pernikahan Kontrak

read
256.8K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.9K
bc

Orang Ketiga

read
3.6M
bc

TERSESAT RINDU

read
333.3K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
474.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook