bc

PAPARAZZI

book_age16+
874
FOLLOW
4.2K
READ
friends to lovers
goodgirl
comedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Semua karena malam itu. Malam dimana dia dicium oleh pria tak dikenal di bar malam. Semua tidak akan berjalan lancar karena dia adalah selebriti. Dan saat kilat kamera itu menyentuhnya dan ... BOOM! Dia mimpi buruk sekarang!

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Pesta. Kehidupan Amera Gaia tidak jauh dari pesta dan pesta. Kehidupan mewahnya yang kini menjadi kebiasaan dan melekat di dirinya tidak lagi bisa dihindarkan. Ribuan endorsement, iklan dan segala macamnya ada di depan mata. Dia hanya tinggal memilah mana yang cocok untuknya. Menjadi visual dan Face Of the Grup di grupnya membuat Amera terkenal. Selain parasnya yang cantik, suaranya tidak kalah bagus dengan lead vocal di grupnya. Skyfall, grup beken yang terbentuk tujuh tahun yang lalu benar-benar melejit di pasaran setelah melalui proses jatuh bangun yang melelahkan. Hampir tiga tahun setelah mereka debut, mereka tidak mendapat perlakuan yang baik dan banyak orang masih menganggap kemampuan mereka dibawah rata-rata. Tidak pantas menjadi grup karena kemampuan bernyanyi dan menari yang buruk. Tidak sampai di sana, semua usahanya seakan sia-sia karena lagu-lagu mereka tidak pernah masuk dalam chart nasional. Jangan bermimpi bisa menyentuh internasional. Di dalam negeri saja, mereka ditolak. Dan semua berbuah manis ketika lagu andalan mereka, girls, melejit dan sukses di pasaran. Album fisik mereka laris. Dan beberapa orang menyatakan diri mereka terang-terangan sebagai penggemar dari grup. Membentuk fandom dan kini bertambah besar seiring tahun berjalan dan lagu-lagu yang mereka keluarkan semakin berkualitas. Ada sang leader yang bekerja keras untuk tim dan terus menjaga mereka dari skandal atau apa pun, Yuki. Ada center di grup sekaligus yang termuda, Andara. Ada lead dancer, Nana. Lead vokal, Hana dan Chia. Lalu, main vokal, Aster dan Amera yang memegang visual dan face of the grup. Tujuh orang wanita yang memiliki penggemar terbanyak dan menjadi terbaik selama lima tahun berturut-turut. Belum ada yang bisa menurunkan tahta mereka selama mereka menduduki posisi pertama sebagai grup terbaik. . . Dan di sinilah mereka. Duduk di bar yang sudah dipesan Tara, manajer mereka yang sudah menemani grup ini dari awal debut. Tara pernah dipecat tanpa alasan yang jelas dan mereka berdemo untuk membawa Tara kembali. Dan itu di dengar oleh agensi yang menaungi mereka, Love Entertainment. "Oke, para gadis, mari kita besulang untuk album kalian," Tara berteriak di tengah musik mendayu yang berputar. Album mereka menduduki seluruh chart musik nasional dan ada di sepuluh besar chart internasional. Pencapaian yang bagus di hari pertama rilis. "Ayo, buat diri kalian bersenang-senang!" Teriak Andara dan meminum birnya. Andara tertawa setelah berhasil meneguk satu gelas bir dan menghabiskannya. Yuki menggelengkan kepalanya. Dia menarik Andara yang mulai mabuk dan melemparkan bantal padanya. "Kau tidak bisa mabuk, bodoh. Hentikan itu." Andara terkekeh. Amera meminum anggur yang berbeda bersama Nana yang menggoyangkan kepalanya mengikuti alunan musik. Napas Amera memberat karena sepertinya alkohol mulai merusak kewarasannya. Aster terlihat kepayahan. Dia menaruh gelasnya dan berbaring di sofa. Tara tertawa setelah dia menuangkan anggur lagi pada gelas Aster. Hana dan Chia memilih memesan sake dan meminumnya berdua. Walau tidak dalam kadar banyak karena bisa mempengaruhi suara keduanya. "Aku harus mencari kamar mandi," Amera berkedip pada Yuki yang menatapnya kemudian mengibaskan tangannya. Dia berjalan turun dari lantai tiga menuju bawah. Di mana hingar-bingar musik yang memekakkan telinga sampai di Amera yang sedikit limbung. "Darren, di antara anggota Skyfall, siapa yang paling ingin kau kencani?" Darren Kato terdiam. Dia datang atas undangan Kaza, pemilik bar yang selalu mengadakan pesta di malam minggu. Darren biasanya selalu absen karena kesibukannya mengurus perusahaan multigrup yang dia pimpin. Tetapi karena malam ini santai, dia bersedia datang. "Andara itu, mungkin?" Dia sedikit ragu dengan jawabannya. Kaza terkekeh. "Andara sangat seksi. Dia termuda di grup dan yah, sayangnya, pelukis terkenal sekaligus anak anggota dewan, Aska sudah menawan hatinya. Kau terlambat." "Oh, bukan masalah," Darren tersenyum misterius. Dia menyesap anggurnya. "Selama mereka belum terikat sumpah, aku bisa mendapatkannya." Tawa Kaza semakin lebar. "Ayolah, jangan bercanda," Kaza menepuk bahunya. Mereka sedikit lebih dalam ada di sudut ruangan. Suara musik tidak terlalu terdengar keras di sini. Kursi yang melingkar dan bar kecil khusus di dekat tangga lantai dua cukup membuat privasi mereka terjaga. "Amera Gaia yang tercantik di grup bisa kau dapatkan kalau kau mau. Dia masih muda dan tentu saja, lajang." Darren menyipit kala mendengar suara langkah kaki dari tangga lantai dua. Seingatnya, Kaza bilang padanya kalau lantai tiga barnya sedang disewa oleh seseorang hingga tengah malam. Dan lantai itu sangat privasi dan khusus bagi mereka yang bisa membayar banyak untuk ruangan super mewah itu. Kaza melebarkan matanya. "Panjang umur! Amera Gaia turun," Kaza berdeham. Dia menatap Amera yang terlihat sinis pada keduanya. Dia berbelok ke arah kamar mandi dan menutup pintu. "Ada kamar mandi di lantai tiga, kenapa dia tidak ke sana?" Kaza bergumam. Lima belas menit dan Amera ke luar dari kamar mandi. Dia menatap Kaza, lalu Darren. "Kau pemilik bar ini?" Kaza mengangguk. Dia mengulurkan tangannya. "Aku Kaza." Amera tertawa kemudian. Menyadari marga yang sama dengan Tara, manajer sekaligus sahabatnya. "Ah, kau sepupu Tara?" Kaza mengangguk. "Kau benar." Darren menatap Amera dalam-dalam. Dia tahu kalau skandal-skandal yang dimiliki anggota Skyfall cukup banyak dan agensi mampu membayar media untuk menutupnya. Kecuali, Amera Gaia. Dia tidak memiliki skandal. Dan namanya masih berada di posisi teratas sebagai girl crush di negeri ini. Amera tampak santai berbincang dengan Kaza tanpa sadar Darren mendekat ke arahnya, menarik tangannya. Membuat Amera mengernyit tak paham ketika Darren menangkup wajahnya dan mencium Bibirnya. "Astaga!" Kaza menutup mulutnya dan Amera mematung di tempatnya. Dia tidak bisa bergerak bahkan sedikit saja saat Darren memeluknya dan melumat Bibirnya. Sialan. Amera mulai pusing. Terlebih ketika dia melihat kilat kamera dari ponsel seseorang menyadarkannya. Dia mendorong Darren menjauh dari dirinya dan terengah. "b******k. Sialan kau!" Amera mengusap Bibirnya dan berlari ke tangga. Dia menutup wajahnya dan Darren menyeringai lebar. Oke, skandal Amera Gaia di mulai.  . . . Seperti yang sudah diduga sebelumnya. Kekacauan terjadi. Owner Love Entertainment memanggil anggota Skyfall bersama Tara untuk masuk ke dalam ruang rapat. Membahas tentang skandal yang menjadi hot issue di beberapa sosial media besar. Beberapa tagar dan situs pencarian tentang foto itu ada di posisi pertama. Kensho memijat kepalanya yang pening. Saham mereka bukan menurun justru melonjak naik. Dia tidak tahu kalau pemberitaan Amera Gaia yang jarang terjadi menimbulkan kegaduhan di kalangan dunia entertainment. "Saham agensi melonjak, apa yang membuatmu gelisah?" Tara memutar kursinya. Dia melirik jam di tangan, Amera terlambat di saat anggota Skyfall lengkap hadir. "Di mana Amera?" "Semalam dia pulang lebih dulu. Mengeluh kalau kepalanya pusing," Andara menunjuk layar plasma besar di tengah ruangan. "Dan taraaa, apa yang kudapat? Konglomerat sialan itu menciumnya atau Amera yang mabuk berlaku agresif?" "Aku rasa tidak," Hana yang sejak tadi diam bersuara. Dia melirik Chia yang memainkan ponselnya. "Aku dan Chia tidak mabuk. Kami masih normal. Amera baik-baik saja. Dia tidak banyak minum." "Oh?" Andara menyeringai. "Darren itu tertarik pada Amera?" "Mana kutahu," Hana mengangkat bahunya. Dia menatap Kensho yang memijit pelipisnya dan menghela napas. Tara tertawa pelan. Skandal ini akan membawa dampak yang buruk maupun yang baik untuk keduanya. Tara sudah bisa menebak dampak buruknya. Mungkin para penggemar Amera berkelamin laki-laki akan marah dan membakar semua yang berbau tentang Amera Gaia. Dampak baiknya? Mereka akan semakin terkenal. Tidak di kalangan entertainment saja. Melainkan di kancah pebisnis. "Aku terlambat?" Amera menutup pintu yang tertutup. Mengibaskan anak rambut yang lepas dari ikatan rambut kudanya dan duduk di kursi sebelah Aster yang kosong. "Apa?" Tanyanya saat melotot pada rekan segrupnya yang memandangnya dengan tatapan menuduh. "Aku tidak lakukan apa pun." "Termasuk berciuman dengan Darren?" Sialan. "Aku tidak melakukannya kalau kalian ingin tahu," jawab Amera santai. Dia tidak ingin memikirkan masalah ini walau bisa mengancam reputasinya di masa depan. "Dia menciumku. Aku berani bersumpah." "Dia menciummu? Pria itu mabuk?" Nana bertanya. Amera mengangkat bahunya. "Aku muntah di kamar mandi lantai satu. Aku keluar kamar mandi setelah lebih baik dan melihat sepupu Tara, Kaza di sana. Aku rasa sepupumu dan Darren itu berteman baik," kata Amera pada Tara dengan sinis. "Oh, b******k, rambut kuning itu membuatku naik darah," umpat Tara. Dia akan menghubungi Kaza setelah ini. "Aku akan bertanya pada Kaza dan kalian semua tetaplah tenang sampai aku mendapatkan jawabannya." "Tidak ada yang perlu didebatkan? Semua sudah seleAska," Yuki berdiri dari kursinya. "Kami punya jadwal individu sebelum tur kami bulan depan dan beberapa undangan grup untuk acara penghargaan. Ayo, kita turun untuk sarapan," Yuki menarik tangan Aster dan Aster mengangguk. Mereka semua ke luar dari dalam ruangan dan pergi ke kafe di lantai bawah tanah untuk sarapan. Agensi besar ini terbagi menjadi lima lantai. Ruang bawah tanah berguna untuk kafe. Cukup nyaman untuk melepas penat. Mereka menyediakan kursi pijat dan berendam di kolam air hangat. Lalu, lantai satu berguna untuk parkir. Parkir mereka digabung antara direksi dan pemilik. Juga artis yang berada di naungan. Tidak dibedakan. Mereka boleh memakai tempat mana saja selama area itu kosong. Lantai dua, ruang latihan. Ruangan yang besar untuk anggota Skyfall menari dan berolahraga sebelum melakukan tarian untuk lagu mereka. Lantai tiga, ruang rapat dan ruang pemilik serta para direksi. Ruangan ini juga memiliki salon pribadi dan ruangan untuk anggota Skyfall berkumpul. Ada ruangan khusus untuk manajer mereka dan para staff yang bekerja. Lantai empat, ruangan yang digunakan untuk rekaman lagu dan menulis lagu di sana. Sesuai peraturan, mereka bebas menggunakan studio itu dan barang-barang di dalamnya termasuk alat musik yang berharga fantastis. Mereka bebas menggunakannya untuk keperluan album atau syuting acara variety. Lantai lima, ada ruangan khusus untuk para anggota Skyfall yang memiliki kamar pribadi. Mereka bebas menggunakannya kapan pun mereka mau. Sebelumnya, mereka tidur di sana selama masa debut dan setelah debut. Mereka tinggal bersama selama dua tahun sampai memilih untuk berpisah demi kenyamanan masing-masing anggota. *** Darren Kato menatap pantulan dirinya sekali lagi pada spion mobilnya yang terparkir apik di halaman rumah orang tuanya yang asri dan sudah dihias seindah mungkin. Hari ini adalah perayaan ulang tahun pernikahan mereka yang ketiga puluh tahun. Seperti biasa, ibunya akan memasak makanan terbaik dan mengundang beberapa teman dekat juga kerabat Darren mau pun Yuta. "Paman!" Darren membuka tangannya ketika malaikat mungilnya berlari sembari memeluk boneka beruang yang Yuta belikan saat dirinya berulang tahun kedua. "Paman Kaza sudah datang," ucap Hani, putri tunggal Yuta dan Andari yang sudah menikah lima tahun. Darren menggendong Hani sampai masuk ke taman belakang. Hani merengek turun dari gendongan Darren dan memeluk kaki besar kakeknya. Akira tersenyum melihat tingkah cucu perempuannya dan mengusap rambut anak itu. "Yo, Darren!" Kaza menyapa Darren dengan potongan kentang bakar di mulutnya. Darren memutar mata, duduk di kursi samping Kaza dan menatap Andari yang tengah menyiapkan piring kosong. "Akhirnya kau bertingkah seperti wanita sungguhan," ledek Darren saat Andari mendelik ke arahnya. Seakan wanita itu ingin melemparkan piring kaca itu ke wajahnya. "Diam kau," tegur Andari. Oh, Andari adalah wanita yang kasar. Yuta mencintainya, Darren membencinya. Andari danYuta seperti dua kutub yang berbeda. Saling bertolak-belakang. Yuta memiliki kepribadian hangat dan menyenangkan walau dia menyebalkan dan diam-diam berkelakuan iblis. Dan Andari? Wanita itu seperti macan yang tengah mengandung sembilan bayi kembar. Selalu kasar dan pemarah, terlalu sensitif tapi di sisi lain dia terlihat manja dengan Yuta. Dasar, b***k cinta. "Tidak apa, ya, kalau malam ini pesta hanya dihadiri keluarga dekat?" Ibunya datang dari belakang. Darren terkejut karena ayahnya sedang sibuk membakar sosis dan kalkun dan ibunya membuat salad. Darren tersenyum tipis saat ibunya meremas bahunya dan menaruh piring berisi sayuran segar yang sudah dicuci dan dikeringkan. "Tidak masalah Bibi, masakanmu yang terbaik!" Puji Kaza saat dia menyendok potongan sosis bakar. "Sejujurnya, masakan ibuku juga terbaik. Kalian berdua terbaik!" Ibu Darren terkekeh. Dia duduk di samping Yuta yang memangku Hani dan menatap Darren. "Adik bodohku menjadi pemberitaan panas hari ini," goda Yuta. Kaza terbatuk. Dia meminum air putihnya dan melirik Darren. "Kau benar. Nama Darren Kato ada di pencarian teratas sosial media saat ini." "Apa yang pecundang ini lakukan?" Sela Andari. "Sekali lagi kau berkata itu, aku benar-benar akan menyeretmu ke kandang macan milik ayah," geram Darren. Andari tertawa puas. Dia menghapus sudut matanya yang basah karena tertawa. "Baik, baik, aku tidak akan cari mati dengan mantan petarung MMA," Andari mengusap lengan kekar Yuta. "Bukan begitu, sayang?" Yuta mengedipkan matanya. Dia memeluk Hani yang sibuk menyantap salad buahnya. "Sudah, sudah, Darren tidak lagi menjadi petarung MMA setelah dia menyeleAskakan kuliahnya," Davichi tersenyum lembut pada Darren dan membantu suaminya untuk menata piring setelah sosis dan kalkun matang. "Oh, siapa tahu? Bertarung adalah hobi Darren," Andari memotong sosisnya dan mengedipkan matanya pada Kaza yang mengernyit. "Berhentilah menggodaku, kakak ipar!" Kaza memasang wajah gelinya dan Andari tertawa. Kaza sudah lama menjadi bagian keluarga Kato. Mereka bertetangga sejak Kaza dan Darren berumur satu tahun. Sebelum keluarga Kaza memutuskan untuk pindah ke distrik delapan yang cukup jauh dari kota dan lebih condong ke pedesaan dengan udara yang menjanjikan. Davichi dan Akira sering berlibur ke sana untuk melepas penat sebagai sosialita aktif dan pria paruh baya yang bekerja untuk yayasan amal yang ia dirikan sejak muda. Keluarga Kato memiliki rumah pribadi di sana. Tidak jauh dari rumah orang tua Kaza. Dan pria itu memilih membeli apartemen dan tinggal di sana selama bertahun-tahun. "Amera Gaia," Yuta bersuara pelan ketika Darren mengunyah sosis bakar dan udangnya. Dia menurunkan Hani dan membiarkan putrinya bermain ayunan. "Dia anggota Skyfall, kan?" Darren mengangkat alisnya. "Bagaimana kau tahu?" Yuta mendengus. "Aku pernah menjadi pengacara untuk agensi Love Entertainment saat perebutan saham di atas tanah negara yang dilelang dengan agensi Blue Entertainment. Aku sering bertemu anggota Skyfall ketika mereka berlatih dan mengobrol bersama." Andari mengangguk. Dia menyela ucapan suaminya. "Saat itu intensitas waktu Yuta bertemu dengan owner Love Entertainment sangat besar. Wajar dia tahu anggota Skyfall. Lagipula, bukankah sepupunya Kaza adalah manajer grup?" Darren mengangguk singkat. "Kalau kau tertarik padanya, cepat katakan. Jangan pendam terlalu lama," ibunya tiba-tiba berbicara. Kaza melirik Darren dan berdeham. "Darren hanya ingin bermain-main, kurasa." Wajah Davichi berubah sedih. "Pria macam apa putraku ini?" "Ayolah, berhenti berakting kacangan seperti ini," ucap Darren menyendok salad tomat ke dalam mulutnya. "Aku tidak sengaja." "Sengaja atau tidak, kau sudah bermain api, Darren," kata Kaza. Darren melirik Kaza, menaruh garpu saladnya dan menatap mata biru sahabatnya. "Wartawan dan jurnalis akan memburu kalian seperti binatang buas. Kau harus terima konsekuensinya karena berurusan dengan bintang besar sekelas Amera Gaia." *** Mereka duduk di sofa nyaman ruang bawah tanah yang disulap menjadi tempat nongkrong untuk anggota Skyfall. Karena jadwal mereka kosong sampai satu jam ke depan, di sinilah mereka terdampar. Duduk melamun dengan jus jeruk di atas meja. "Oke, girls, saatnya kita bersiap-siap untuk jadwal individu," Tara yang pertama kali bangkit duduk. Dia melirik Amera yang memainkan ponselnya tanpa menyalakannya. Aster yang bermain tablet bersama Chia. Yuki menonton televisi bersama Hana dan Nana yang berendam di kolam bersama Andara. "Andara, ada jadwal pemotretan satu jam dari sekarang," perintah Tara. Andara memutar matanya. Dia berendam dalam kolam air hangat dan mendesah. "Iya, iya," "Yuki dan Aster akan pergi untuk hadir di acara kuis," Tara melirik catatan di ponselnya. "Amera dan yang lainnya bisa bersantai hari ini." "Kenapa kau tidak temui Darren itu?" Hana bersuara. Chia melempar kaleng sodanya ke tempat sampah. "Kau benar. Kalau kau tidak berani, aku temani. Jadwalku kosong." "Berisik," gumam Amera. Dia memijit pelipisnya. "Darren sialan itu benar-benar membuat kepalaku sakit," Amera mendesah panjang. "Apa yang dipikirkan di kepalanya? Hah?" Nana terkekeh. Dia mengambil jubah mandinya dan duduk di kursi bar mengambil minumnya. "Ayolah, konglomerat muda itu juga terkenal. Dia tampan, berdompet tebal, dan sejauh yang kutahu, tidak pernah terlibat dengan perempuan mana pun. Aku akan bertaruh dengan mereka semua di sini kalau dia menciummu karena tertarik padamu." Tara melipat tangannya di depan d**a. Dia harus bertanya dengan Kaza alasan mengapa Darren mencium Amera malam itu. Sebelumnya, mereka berdua tidak saling mengenal. Mereka berbeda. Jenis pekerjaan yang mereka lakoni juga berbeda. Berada di satu acara yang sama pun tidak pernah. "Ini membuatku gila," gumam Amera. Reputasinya mungkin memburuk setelah ini. Dia sudah melihat beberapa dari penggemarnya kecewa dengan menggunting foto miliknya. Melemparkan kalimat hujatan pada akun sosial media Amera yang tidak aktif. Amera harus menenangkan diri. Tidak melihat internet untuk sementara waktu adalah jawabannya. "Besok kau diundang ke Sisters, untuk wawancara. Mereka pasti melemparkan pertanyaan ini untukmu," Tara menutup tabletnya dan memasukkan ke dalam tas. Amera memejamkan matanya. "Aku tahu." "Pergilah bersamaku nanti," Yuki selaku sang pemimpin berbicara. Yuki bisa diandalkan di waktu kacau seperti ini. "Aku bisa saja menghajar Darren Kato di depan matamu kerena bersikap kurang ajar pada orang asing." Amera terkekeh. Dia mengedipkan matanya. "Oke, setelah jadwalmu seleAska, kita akan pergi." "Oh, Amera, tentu saja aku memintamu untuk mentraktirku daging dan udang," Yuki tertawa diikuti yang lain. "Bukan masalah," Amera mengibaskan tangannya. Uang bukan masalah untuknya. Mentraktir Yuki tidak akan membuatnya bangkrut. "SeleAskakan masalah ini dulu." "Di antara kami, hanya Andara yang berkencan," Aster membuka suara. "Hana baru saja putus dari pacarnya. Apa kau berniat kembali bersama pacar sekolah menengahmu?" "Dia memeras uangku, bodoh! Pria b******k itu akan kutendang jauh dari hidupku," Hana menggeram dan meremas kaleng jusnya. Nana tertawa pelan setelah mencubit pipinya. "Cepatlah berkencan. Siapa tahu di antara kita, aku yang menikah di akhir dan Amera lebih dulu?" Goda Andara saat dia keluar dari kolam. "Dalam mimpimu, bodoh." Andara terkekeh dan Tara memutar matanya. *** Sejak Yuta Kato memutuskan untuk memutuskan impiannya sendiri dan melepas semua yang ayahnya berikan padanya dan memindahkannya pada Darren, pria itu kini bekerja sebagai pengacara sukses. Yuta bsa hidup dengan kedua kakinya sendiri setelah jatuh bangun mengejar cita-citanya, menjadi pengacara hebat. Dan lihatlah, dia mendapatkannya. Sedangkan istrinya, Andari, wanita itu memang terkenal pekerja keras saat muda. Mereka dipertemukan di dalam satu organisasi saat berada di kampus yang sama. Andari yang keras kepala dan Yuta yang berkepribadian tenang namun tegas. Mereka sering bertukar pikiran untuk membangun kampus dengan menggalang bantuan dari para mahasiswanya, membuat banyak program bagus untuk diikuti. Mereka berdua dikenal sebagai orang hebat. Pasangan yang cocok satu sama lain untuk saling bersama. Sayangnya, saat itu Andari memiliki kekasih dan Yuta sepertinya hanya menganggap Andari sebagai teman baik saja. Tidak lebih. Dan mereka berakhir menikah. Memiliki putri yang sangat cantik. Mewarisi wajah yang sembilan puluh persen seperti Yuta dan senyum semanis Andari. Perpaduan yang sempurna. Darren Kato begitu memuja keponakan mungilnya. Andari kini bekerja sebagai owner perusahaan e-commerence yang sangat terkenal di Jepang. Lacon. Perusahaan yang menyediakan barang lengkap dan kemudahan bagi penggunanya. Dan membuka toko besar di Tokyo jika datang untuk membeli dan ragu pada barang yang dipasarkan melalui internet. Darren berpikir dia bisa menemukan pasangan yang cocok untuknya setelah melihat rumah tangga Yuta yang berjalan baik. Darren tahu, dia mendambakan keluarga seperti sang kakak dan orang tuanya. Dan dia tahu, cukup sulit melihat bagaimana reputasinya yang terkenal dingin dan bengis. "Aku tidak peduli apa yang sedang kau pikirkan saat ini, bodoh, tapi lihat, kau punya tamu," gemas Kaza saat dagunya menunjuk layar plasma besar dan sosok Amera Gaia bersama Yuki datang membelah lobi yang sepi. Alis Darren terangkat, dia memutar kursi kerjanya. Merasa tertarik karena Amera datang ke kantornya dan tidak diduga sebelumnya. "Beri dia akses masuk," Darren berujar datar ketika dia berdiri dari kursinya, menyesap air dingin dari dalam kulkas di mini bar miliknya dan duduk di sofa. Lima menit setelahnya, pintu menjeblak terbuka. Amera datang bersama Yuki. Darren tahu wanita itu, dia lebih tua tiga tahun dari Amera. Kepribadiannya terlihat keras dan tegas. Darren mungkin harus waspada pada wanita kuncir empat itu. "Ada yang ingin kau katakan?" Darren berdiri dari sofanya. Menyambut Amera dengan raut tak berminat. "Mau duduk atau tetap berdiri?" Mata Amera menyipit. "Direktur macam apa kau, b****g ayam!" Kaza menahan tawa kuat-kuat dan dia segera berbalik. Meminum anggurnya. Amera duduk diikuti Yuki. Wanita itu seperti ingin membakar Darren hidup-hidup dan dia harus waspada. "Maukah kau bertanggung jawab atas tindakan bodohmu semalam, hah?" Amera mulai emosi. "Kau tahu, bukan, itu bisa saja menghancurkanku?" "Siapa yang akan membunuhmu hanya karena aku menciummu?" Darren bersandar pada tepi meja. Melipat tangannya di depan d**a. "Katakan padaku." "Sama sekali bukan urusanmu," ketusnya. Amera menyipit tidak suka. "Tara bilang padaku, kau tertarik pada Andara dan bukan padaku, b******n. Kenapa tidak kau cium saja dia? Kenapa melibatkan aku?" Mata Darren mengerjap. Dia menoleh pada Kaza yang langsung berbalik. Merasa tersudutkan karena dia menjadi tersangka. Dia menjelaskan semuanya pada Tara, tentang kesalahpahaman itu. Tetapi, maksud Darren mencium Amera malam itu, Kaza benar-benar tidak tahu. "Aku mabuk," Darren kembali menatap Amera. "Bohong!" "Aku mabuk," Darren tidak terima. "Kalau memang itu kesalahan, aku akan bertanggung jawab. Aku akan membuat klarifikasi kalau kita tidak memiliki hubungan apa pun." Yuki mendengus. Dia menatap sinis pada pria bermata gelap itu. "Bagus, cepat seleAskakan ini seperti pria sejati. Kau terlihat seperti pecundang di mataku," hinanya. Darren tersenyum miring. "Ini sama sekali tidak ada urusannya denganmu walau melihat posisimu di grup saat ini," Darren kembali berwajah datar. "Atau biarkan saja skandal ini menyebar dan publik tahu seolah-olah kita berkencan." "Aku tidak akan berkencan denganmu," Amera tersenyum manis. "Kau sama sekali bukan tipeku." Kaza tersedak apel yang dia makan. Dia menatap Amera dengan mata membulat tak percaya. Gaia Amera tidak tertarik pada pria setampan Darren? "Kau ... serius?" Amera tersenyum manis. "Bagiku, Arata jauh lebih keren dari pria ini," Amera berdiri dari sofa. Sepertinya, usaha Yuki menemaninya sia-sia saja karena Darren Kato sama sekali tidak seperti yang ia duga. "Cukup mengesankan melihatmu untuk kedua kalinya," Amera tersenyum miring. Cukup mengerikan. "Aku memang tidak mengenalmu. Tetapi, internet memberikanku banyak informasi bagus. Dan cukup bagiku untuk tahu siapa dirimu," Amera mengangguk dengan sopan. "Selamat sore. Aku bisa tangani ini sendiri." Yuki berdiri dan dia berjalan lebih dulu dari Amera. "Semoga harimu menyenangkan." Pintu terbanting sempurna. Kaza membeku di tempatnya selama beberapa detik. Dia melirik Darren yang membeku di tempat. "Darren?" Sudut Bibir Darren terangkat. Dia terkekeh pelan, mengusap pelipisnya dan mendengus. "Ah, dia manis." Kepalanya menggeleng. Raut wajahnya kian menggelap. "Dia menarik." Kaza mungkin bisa menebak-nebak apa yang terjadi dengan Amera Gaia selanjutnya karena Darren akan lakukan segala cara untuk mendapatkannya. Apa pun itu. *** Yuki dan Andara batal untuk pergi makan malam bersama Amera hari ini karena Kensho tiba-tiba memberitahunya untuk bertemu di kantor agensi. Amera tiba pukul delapan malam. Kantor cukup sepi karena biasanya pekerjaan seleAska pukul tujuh. Menyisakan beberapa staf yang sedang istirahat dan membersihkan ruangan. Amera duduk di kursi, menatap Kensho yang sibuk dengan ponsel dan laptopnya. Menghela napas bosan, Amera melirik jam di dinding dan memainkan jam tangan mewahnya. "Apa yang terjadi? Seharusnya, agensi sudah memberikan klarifikasi, kan?" Kensho mengangkat tangannya, menyela Amera untuk tetap diam. "Cih," Amera mendecih tidak suka. Pintu terbuka. Tara masuk bersama seorang pria dengan kemeja hitam yang digulung hingga lengan dan celana kain hitam yang membungkus kaki indahnya. Amera melotot tak percaya ketika dia melihat Darren Kato masuk ke dalam ruang rapat. Amera menoleh pada Kensho yang tersenyum ramah pada pria itu. "Apa-apaan ini?" Amera hampir saja menggebrak meja dan Tara memeluknya dari samping. Menahan Amera untuk tetap tenang. "Oke, ada hal penting yang harus kami bicarakan." Tara membawa Amera duduk dan wanita itu ikut duduk di samping Amera. Darren sama sekali terlihat tidak peduli. Dia bahkan tidak melirik Amera sama sekali. Menganggap wanita itu tidak ada di ruangan yang sama dengannya. " Amera, aku punya berita buruk untukmu." Amera menatap Kensho datar. "Apa?" "Aku belum mengklarifikasi apa pun tentang kejadian malam itu. Publik terlanjur heboh dan hubungan kalian banyak dibicarakan. Kau begitu berpengaruh dan Darren sama besarnya. Kalian menjadi berita hangat di beberapa acara televisi." Amera tahu kemana arah pembicaraan Kensho. "Aku akan berkata pada media kalau kalian benar berkencan," Kensho menyuruh Amera untuk tetap diam melalui tatapan matanya. "Ada pejabat tinggi di dalam tubuh politik yang terlibat skandal penggelapan uang dan seks. Pemerintah memintaku untuk menjadikan berita ini trending sampai semua keadaan membaik." Amera tidak lagi bisa berekspresi apa pun selain kecewa dan marah. Dia melirik Darren yang tampak tenang seolah pria itu tidak keberatan sama sekali dengan ide gila pemerintah. "Tentu saja ini berpengaruh padaku, padamu, pada Darren juga. Simbiosis mutualisme. Namamu akan semakin melambung, saham Kato’s House juga akan naik. Agensi akan terus mendapatkan keuntungan sampai akhir tahun." Kensho kembali berbicara. Berharap Amera mau mendengarkannya. "Sampai kapan?" "Hanya enam bulan, Amera," jawab Tara. "Aku rasa itu sudah cukup agar publik tidak curiga dengan hubungan kalian. Publik pasti menduga kalau hubungan sementara kalian untuk menutupi skandal kotor para pemerintah. Aku rasa enam bulan adalah waktu yang pas. Jika, kurang dari itu, aku menjamin akan terjadi kontroversi lagi." Kensho mengangguk. "Ini juga saran dari Tara. Aku tahu bagaimana reputasi kalian berdua yang bertolak belakang. Darren sebagai direktur dan Amera seorang selebriti. Beberapa dari selebriti memang berkencan dengan petinggi perusahaan, tetapi terlihat biasa saja. Berbeda denganmu." "Aku akan lihat sampai sejauh mana keuntungan itu untukku," Darren akhirnya bersuara. Dia menoleh pada Amera yang memerah menahan marah. Wajahnya terlihat cantik dari samping dengan kerutan di pipi dan hidungnya. "Jika merugikan, aku yang akan turun tangan untuk menanganinya." Kensho menatap Darren. "Lagipula ini semua berawal darimu. Tidakkah kau ingat? Kau mencium Amera di bar saat Amera dan anggota lainnya sedang berpesta." "Aku mabuk malam itu, Tuan Kensho," Darren berdiri dari kursinya. Dia melirik Amera yang tampak acuh. "Aku permisi. Selamat malam." Darren ke luar ruangan setelah menutup pintu. Kensho menghela napasnya dan Tara menatap Amera dengan rasa bersalah. Mungkin, setelah ini hujatan dan makian akan Amera terima sebagai makanan sehari-hari. Konglomerat setampan Darren juga paling diincar di negeri ini. Amera bangun dari kursinya. Mengalungkan tasnya dan berlari ke luar ruangan. Dia berlari setelah berhasil turun dan mendapati Darren sedang berjalan santai menuruni tangga pintu masuk gedung. "Hei," Amera berdecak. Darren tidak mendengarnya. "Darren!" Amera berteriak keras dan Darren menghentikan langkahnya. Dia berbalik, menatap Amera datar. Amera menarik napas panjang. Dia tahu ini sulit tapi dia harus bisa melewatinya. Dia ingin bersikap profesional sebagai seorang selebritis. Profesional sudah menjadi makanan untuknya. Dan Amera rasa, Darren juga berprinsip hal yang sama dengannya. "Untuk kesepakatan kita sampai enam bulan ke depan," Amera mengulurkan tangannya setelah dia turun ke anak tangga kedua. Darren menatap uluran tangan itu tanpa bicara. Dia menatap Amera yang mengernyit karena Darren tidak kunjung membalas jabatan tangannya. Mata Amera melirik sesuatu dari balik semak-semak gerbang masuk agensi. Dia menyipit sebentar dan kemudian menyadari sesuatu yang penting. Amera melompat turun dari tangga dan memeluk Darren dengan senyum. Darren tidak membalas pelukannya. Matanya melirik sekitarnya dan menerka-nerka apa yang menjadi alasan Amera memeluknya tiba-tiba. Amera menegang ketika kedua lengan pria itu balas memeluknya. Membuat dadanya sesak karena Darren yang memeluknya terlalu erat.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Broken

read
6.3K
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.9K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.0K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

Rewind Our Time

read
161.2K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.2K
bc

T E A R S

read
312.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook