bc

My Beloved Husband

book_age16+
4.5K
FOLLOW
35.5K
READ
arrogant
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

[Romance]

Tidak ada pilihan lain untuk Salwa Sabira menolak pernikahannya dengan Myco Septian Anzadello. Lelaki tampan, mapan, namun menyebalkan.

Namun, tanpa siapapun yang tahu ternyata selama itu Salwa masih menjalin hubungan dengan kekasihnya. Salwa mengajukan beberapa syarat pada Myco, salah satunya ia tidak boleh di sentuh karena pernihakan tersebut hanya akan berlangsung selama satu tahun.

Cover by Pinterest

Lantas, bagaimana dengan tanggapan Myco yang mempunyai prinisip menikah hanya satu kali dalam seumur hidup?

chap-preview
Free preview
MBH 01
Suara dentuman musik DJ mendominasi sebuah klub malam yang cukup terkenal di daerah itu. Asap rokok mengepul dimana-mana ditambah dengan bau minuman beralhokol. Nando menggenggam tangan Salwa lalu membawanya ke sebuah lorong yang sepi dan minim pencahayaan. Laki-laki itu menelusuri pipi Salwa dengan tangannya yang kasar. Perlahan, Nando mendekatkan wajahnya hingga Salwa bisa merasakan hembusan napas pujaan hatinya. Nando mencium bibir Salwa dengan lembut, sedangkan Salwa hanya bisa diam dengan bibir terkatup rapat, merasakan sensasi dari ciuman pertamanya. Nando melepaskan ciumannya, memberi waktu untuk mengambil napas sebelum akhirnya Nando kembali memagut bibir Salwa. Ia begitu menikmati apa yang ada dihadapannya. Ciuman yang semula lembut kini menjadi bruntal. Nando terus memagut seiring dengan gerakan tangannya yang sudah memainkan tepian rok mini Salwa. Salwa memalingkan wajah membuat ciuman itu terhenti, buru-buru menepiskan tangan Nando yang berada di atas paha mulusnya. "Why, Baby?" Salwa menggeleng. "Aku harus pulang." Nando mengangkat dagu Salwa hendak melumat kembali bibir ranum penuh gairah itu. Namun Salwa segera memalingkan wajahnya hingga bibir Nando mendarat halus diatas pipinya. Nando menggeram pelan. "Biarkan sebentar lagi, Baby." "Tidak bisa. Ini sudah berlebihan. Sebelumnya kamu tidak pernah seperti ini sama aku," ucap Salwa dengan alis menyerit. Nando membuang napas panjang. Mengusap wajah beberapakali. "Sorry, Baby. Tapi aku laki-laki normal yang butuh perempuan. Dan kamu selalu menggodaku dengan cara berpakaianmu yang seksi itu, Baby." Salwa menggigit bibir bawahnya. Kepalanya menunduk tak berani melakukan kontak mata dengan sang kekasih. Nando menarik pinggang Salwa dan mulai kembali menjelajahi bibir Salwa dengan ciuman rakusnya. Nando tersenyum kemenangan kala Salwa perlahan membalas ciumannya dan bahkan tangan gadis itu kini mengalung di leher Nando. Nando mengangkat tubuh Salwa hingga refleks membuat kaki gadis itu melingkari pinggangnya. Tanpa menghentikan ciuman panas itu, Nando berjalan masuk ke dalam sebuah kamar yang tersedia di sana. Di hempaskannya tubuh Salwa di atas ranjang. Nando melepaskan bajunya, lalu menindih tubuh Salwa dan kembali memagut bibir gadis itu. Brak! Keduanya tersentak kaget saat seseorang mendobrak pintu. "SALWA!" "Bang Dion," gumam Salwa terkejut. Suaranya bergetar ketakutan. Bagaimana bisa Dion ada di sini? Dion menatap tajam ke arah Nando. Rahangnya mengeras, serta kedua tangan yang sudah terkepal kuat menahan gemuruh amarah. Sambil merapikan penampilannya, Nando melangkah mendekati Dion. "Bang, saya bisa menjelaskan semuanya. Ini hanya salah paham." "Salah paham kamu bilang? Setelah apa yang saya lihat tadi itu adalah sebuah kesalahpahaman? Iya?" Dion menatap penuh murka pada kekasih dari adik kandungnya sendiri. "Bang, saya hanya,-" Bugh! Dion melayangkan tinjuan pada wajah Nando, lalu menendang perut laki-laki itu hingga membuatnya jatuh ke atas lantai. Salwa segera turun dari atas ranjang, berlari menghampiri Nando dan berjongkok untuk membantunya bangun. "Apa-apaan sih, Bang? Kasar banget sih!" seru Salwa tidak terima. "Salwa! Kamu ini benar-benar sudah dibutakan oleh cinta! Dimana akal sehat kamu, ha?" Dion menarik tangan Salwa dan membawanya pergi dari tempat terkutuk itu. "Lepasin! Salwa nggak mau!" Salwa berusaha berontak, namun tenaganya tak cukup untuk mengimbangi Dion. Nando segera berdiri dan menolong Salwa. "Bang, lepaskan Salwa!" "Diam kamu!" Dion menendang kembali perut Nando, hingga laki-laki itu kembali terjatuh. Bahkan kali ini kondisinya lebih parah, karena punggungnya terbentur tepian ranjang. "Baby!" teriak Salwa, masih berusaha melepasakan cekalan Dion. "Salwa sadar! Nando bukan laki-laki baik!" Salwa tidak peduli, ia menangis melihat ke arah Nando yang terbatuk-batuk di lantai dengan tangan memegangi perut. Kedua mata Salwa berbinar air mata, rasanya tidak tega melihat Nando kesakitan seperti itu. Dion membawa Salwa keluar dari klub. Banyak pasang mata yang menatap ke arah kakak beradik itu. Salwa terus menangis sambil berusaha melepasakan cekalan Dion. Sampai di parkiran, Dion menghempaskan tubuh Salwa ke dalam mobil. Kemudian ia masuk dan melajukan kendaraan beroda empat itu dengan kecepatan tinggi. Membelah jalanan yang lengang di waktu tengah malam seperti ini. "Bang Dion jahat! Kasihan Nando, pasti dia kesakitan karena Abang!" seru Salwa di tengah-tengah isakannya. Rahang Dion mengeras, mendengar Salwa yang terus membela kekasihnya itu. "Bang Dion jahat! Jahat! Salwa benci sama Bang Dion!" Kini Salwa tak tinggal diam, tangannya aktif memukuli tubuh Dion yang sedang fokus mengemudi. "Diam, Salwa!" sentak Dion, membuat pukulan Salwa terhenti dan tubuh gadis itu beringsut ke belakang. Bibirnya bergetar dengan air mata yang tak henti membasahi pipi. Dion memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri. Menghela napas berat lalu menoleh sekilas pada adik semata wayangnya itu. "Nando bukan laki-laki baik, Salwa. Nggak ada laki-laki baik yang membawa pacarnya sendiri ke klub malam dan dia bahkan berniat untuk memperkosa kamu," ucap Dion dengan suara yang kembali lembut, namun tersirat ketegasan di sana. Salwa terisak. Memalingkan wajahnya keluar jendela. Menatap jalanan malam yang sunyi. "Percuma kamu di sekolahkan tinggi-tinggi kalau untuk direndahkan seperti tadi. Apa bedanya kalau begitu kamu dengan kupu-kupu malam, ha?" Ucapan Dion benar-benar membuat hati Salwa tertusuk. Gadis itu diam tak merespon. Bukan berarti ia sadar akan kelakuannya, tapi ia malas berdebat dengan Dion. Pikirannya kini jatuh pada Nando, memikirkan kondisi laki-laki itu sekarang. "Nando," lirih Salwa dengan bibir bergetar. Dion menghela napas berat mendengar lirihan suara sang adik. Cinta benar-benar telah membutakannya. Mungkin kalau Dion tidak datang diwaktu yang tepat, saat ini Salwa sudah kehilangan kehormatannya sebagai seorang perempuan. ♡♡♡ Di sebuah ruangan luas dengan lampu gantung besar. Salwa berdiri berhadapan dengan Azka - papanya yang menatap tajam tanpa raut bersahabat. Dion telah menceritakan semuanya. Azka dan Gina sebagai orangtua begitu merasa kecewa dan malu karena telah gagal mendidik anak perempuan satu-satunya itu. Saat ini, Dion sedang menemani Gina yang baru sadarkan diri dari pingsan usai mendengar cerita dari Dion. Keadaan yang semula dibiarkan hening, kini Azka membuka mulut untuk bicara. "Kamu sadar dengan apa yang telah kamu lakukan, Salwa?" Salwa tertunduk. Tak berani membuat kontak mata dengan Azka. Jari-jari tangannya meremas kuat tepian rok mini yang ia kenakan. "Papa, Mama, dan juga Bang Dion sangat kecewa pada kamu, Nak. Kelakuan kamu itu benar-benar tidak terpuji. Bagaimana bisa kamu hanya diam saja saat laki-laki lain menyentuhmu?" "Nando pacar Salwa, Pa," cicit Salwa dengan kepala tertunduk. Azka mengusap wajah beberapakali, lalu membuang napas panjang. "Pacar itu masih bernotabene orang lain, Salwa. Dia bukan suami kamu. Kamu tidak ada kewajiban untuk menuntaskan hasrat birahinya." Salwa mengangkat kepala menatap Azka. "Dulu Nando berniat untuk menikahi Salwa, tapi Papa tidak setuju." "Karena Papa tahu Nando bukan laki-laki baik. Dia itu apa? Hanya seorang penganguran. Kamu mau dikasih makan apa sama dia? Cinta? Apa cinta bisa berperan penuh dalam segala hal? Tidak, Salwa." Azka menatap tajam pada Salwa. Keadaan kembali hening, hanya terdengar suara detikan jam. "Papa sudah tidak tahu harus dengan cara apa lagi untuk menasehati kamu. Bahkan sampai mulut Papa berbusa pun kamu tidak pernah mau menuruti apa yang Papa minta," ucap Azka. Salwa terdiam, masih menunggu ucapan Azka selanjutnya. "Kamu harus menikah." Deg! Seketika kedua sudut bibir Salwa terangkat ke atas. "No problem. Salwa sudah siap menikah dengan Nando." Azka tersenyum miring. "Siapa yang akan menikahkan kamu dengan Nando?" Salwa tersentak kaget. Mulutnya terbuka dengan mata melotot. "Kamu akan Papa jodohkan dengan anak dari rekan bisnis Papa. Dengan begitu tanggungjawab kamu bukan lagi Papa, dan Papa yakin dia bisa mendidik kamu dan merubah kamu menjadi jauh lebih baik." Salwa menggeleng-gelengkan kepala. "Salwa nggak mau! Salwa hanya akan menikah dengan Nando, tidak dengan siapapun!" Azka mengangkat bahu acuh. "Terserah. Tapi kalau kamu menolak perjodohan ini, semua aset dan fasilitas kamu akan Papa tarik dan silahkan pergi dari rumah ini. Oh ya, bukan hanya itu, tapi semua warisan Papa akan jatuh semua kepada Dion dan kamu tidak akan mendapatkannya walau sepeserpun." Salwa menggeram marah. "Papa jahat!" Menghentakan kaki, lalu berlari meninggalkan Azka. ••••• #CUAPCUAP_AUTHOR EYYOOO!!! SEBELUMNYA AKU UCAPAN TERIMA KASIH SEBANYAK-BANYAKNYA UNTUK TEMEN-TEMEN TERCINTAHHH YANG UDAH BACA STORY ACUU ??? AKU MAU NGASIH INFO KALAU ADA AKUN ** KHUSUS ALL STORY BY ME. JADI DI SANA AKU BAKAL POSTING SEMUA CERITA AKU DAN JUGA CAST PEMAINNYA LHO ? JANGAN LUPA FOLLOW IG@storyans AKU TUNGGU YA AVV ???

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Penjara Hati Sang CEO

read
7.1M
bc

Si dingin suamiku

read
489.9K
bc

CEO Dingin Itu Suamiku

read
151.4K
bc

DIA, SI PREMAN KAMPUSKU ( INDONESIA )

read
470.8K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.0K
bc

Living with sexy CEO

read
277.6K
bc

RAHIM KONTRAK

read
418.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook