bc

Cinta Tak Salah

book_age18+
961
FOLLOW
10.4K
READ
friends to lovers
goodgirl
doctor
drama
bxg
city
office/work place
love at the first sight
polygamy
office lady
like
intro-logo
Blurb

Tidak ada salahnya mencintai seseroang. Namun, bagaimana jika seseorang yang kalian cintai tidak mencintaimu? Apa harus memaksakan?

Cinta bukan hanya sekadar rasa, tapi Cinta adalah hubungan interaksi antara dua jiwa, dengan penuh kasih, dan saling menerima apa adanya. Karena, cinta itu saling, bukan sendiri. Cinta bukan hanya sekadar kata indah, tapi cinta penuh lika-liku untuk berjuang mendapatkan balasan. Balasan dari orang yang kita cintai tentunya, karena cinta tanpa balas adalah sebuah rasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Mengejar cinta seseorang yang tidak mencintai kita, tentu akan sia-sia belaka. Tapi, tidak untuk Satria dan Devan. Dua laki-laki yang sedang bersaing untuk mendapatkan cinta seorang gadis cantik yang telah gagal menikah, dan belum bisa Move-on dari mantan tunangannya. Frischa, nama gadis itu. Gadis yang sedang diperjuangkan Devan dan Satria.

Entah siapa yang bisa menaklukkan hati seorang Frischa yang masih terkekang oleh masa lalunya? Satria, pria dewasa yang selalu mengerti dan memahami apa yang Frischa mau, atau Devan, teman masa sekolah dan seseorang yang telah menemani masa terpuruknya saat berada di Jepang.

chap-preview
Free preview
Bab 1 - Selamat menempuh hidup baru, Arkan.
Frischa Pov Selamat menempuh hidup baru, Arkan. Semoga kamu bahagia. Aku di sini hanya bisa mendoakan, semoga kamu selalu bahagia dengan Thalia, hingga Tuhan memisahkan kalian. Semoga kalian dikaruniai anak-anak yang shaleh dan shaleha. Aku hanya bisa menyaksikan pernikahanmu dari sini. Dan itu pun dari Video dari Kak Satria. Harusnya yang bersanding di sampingmu itu aku, Arkan. Tapi, Tuhan berkata lain, Tuhan lebih memilih Thalia yang akan mendampingi hidupmu. Sesak. Iya, sangat sesak sekali d**a ini menyaksikan orang yang sangat aku cintai hari ini menikah dengan wanita yang sangat ia cintai. Arkan Alfarizi namanya. Sosok lelaki yang masih sangat aku cintai, meski aku sudah berusaha melupakan dia, dan mengikhlaskan dia kembali dengan mantan tunangannya dulu. Inilah rahasia jodoh. Orang yang sudah menikah saja bisa bercerai, apalagi aku yang baru akan menikah? Aku gagal menikah karena saat ijab qobul Arkamn menyebut nama Thalia sebagai calon mempelai wanitanya, bukan aku yang jelas-jelas ada di sampingnya sebagai calon mempelai wanita. Padahal jelas-jelas namaku Frischa, bukan Thalia. Salah satu kali aku masih bisa memaklumi, tapi salah sampai tiga kali, itu sudah kesalahan yang amat sangat fatal bagiku. Kuletakkan ponselku kembali di meja. Aku memijit keningku yang sangat pening, mengingat semua kenangan dengan Arkan. Menyakitkan tapi aku bahagia mengenangnya. Mungkin sekarang aku harus bisa melupakan Arkan, dan mencoba membuka hatiku untuk seseorang yang sudah sabar menantiku membuka hatinya. Kak Satria. Dia sosok yang sangat penyabar. Meski dia ada di Indonesia, tapi dia sedetik pun tidak pernah berhenti memberi kabar padaku. Dia sangat sabar menantiku membuka hatinya. Meski ada Devan di sini, dia juga tidak terlalu cemburu, karena dia selalu bilang, kalau dia yakin, aku adalah wanita yang dikirimkan Tuhan untuk menemaninya. Lucu kadang, kalau dia sudah bicara seperti itu. Membuka hati itu sulit sekali bagiku. Aku belum bisa membukan hatiku untuk pria lain. Meski di hidupku sekarang ini ada dua sosok laki-laki yang sangat mencintaiku. Kak Satria, dia terus meyakinkanku, kalau dia sangat mencintaiku. Kedatangannya ke Jepang untuk menemuiku, hanya karena ingin mengungkapkan perasaannya padaku saat hari ulang tahunku kemarin. Bahagia sih, tapi aku sama sekali tidak mencintai Kak Satria, aku hanya menganggap dia kakak yang sangat baik dan menyayangi aku. Dan, Devan. Dia adalah teman dari SMP. Meski SMP kami berbeda, tapi rumah kita hanya tersekat oleh pagar beton saja. Lucu memang, dia mengejar aku dari SMP, tapi aku tidak pernah menanggapinya. Tapi, aku salut, hingga sekarang dia terus mengejarku, mengerti aku, dan selalu menemaniku di sini. Meski dia tahu ada kak Satria yang jelas-jelas mencintaiku dan mengungkapkan cintanya padaku di depan Devan. Dia tidak masalah, karena menurut Devan, cinta tidak bisa dipaksakan, dan Devan tahu hatiku mencintai siapa. Iya, Arkan lah yang selama ini masih sangat aku cintai. “Ca, sudah jangan nangis. Ingat tujuan kamu di sini, kamu ingin menyelesaikan S2 kamu di sini, kamu jangan lemah, Ca. Mana Ica yang yang aku kenal? Ica yang selalu periang, tidak pernah nangis walaupun terjatuh, sekarang setelah kamu mengenal Arkan, aku sudah tidak mengenal Icaku yang dulu. Please ... jangan siksa dirimu, Ca.” Devan berjongkok di depanku, dan menangkan hatiku. Dia paling tahu aku, kalau aku sedang memikirkan Arkan. Dia selalu mengajakku menghilangkan sedihku. “Mau jalan-jalan?” tanya Devan. “Aku pengin makan Sushi,” jawabku. “Ayo, kita ke sana.” Devan langsung semangat mengajakku, apalagi dia tahu aku belum makan dari siang. “Aku malas, Dev. Pengin rebahan,” ucapku yang memang sedang malas sekali, tidak berselera apa-apa setelah melihat foto dan video pernikahan Arkan. “Kok gitu? Kamu pulang dari kampus belum makan lho?” ucap Devan. “Minum aja yuk?” ajakku yang makin ngawur. “Minum apa, Hah?! Jangan sembarangan bicara kamu! Enggak ayo makan, kamu belum makan dari tadi siang, Ica ...! Tante Anjani belum masak, kan? Tuh belum ada masakan di rumah kamu.” Devan seperti sudah menjadi anak laki-laki mama dan papa. Dia kalau aku tidak ada makanan, Devan yang memasaknya. “Dev, aku malas keluar,” ucapku. “Tadi minta makan sushi? Sekarang tidak mau keluar,” ucapnya. “Dev, kamu bisa masak, kan?” tanyaku. “Ya, aku bisa masak. Cuma mau masak apa? Di kulkas tidak ada bahan masakan?” ucapnya. “Asisten kamu libur dua hari, kan?” tanya Devan. “Tiga hari, Dev. Besok masih izin. Mama dan papa juga sepertinya tidak jadi pulang besok, karena masih ada pekerjaan,” jawabku. “Kalau kamu malas keluar, delivery aja, ya?” ucap Devan. “Hmmm ... iya deh. Serah kamu, Dev. Capek aku!” jawabku dengan merebahkan tubuhku di Sofa. “Ca, kamu tuh hatinya yang capek. Istirahat, Ca. Kamu harusnya sadar, ada dua orang yang sangat care sama kamu. Ya, ada Kak Satria yang sangat tulus mencintai kamu, dan ada ....” Devan menghentikan ucapannya, aku tahu, dia mau bilang ada dia juga yang selalu care sama aku. Memang selama hampir satu tahun di Jepang. Devan lah yang paling care denganku. Dia yang selalu membuat aku tersenyum lagi, saat kenangan bersama Arkan muncul diingatanku, dan aku menangis mengenang semua itu. “Ada siapa, Dev?” tanyaku dengan mengurai senyuman tipis. “Ada cicak, Ca,” jawabnya nyleneh. “Di sini gak ada cicak, Dev. Adanya cicak kepala hitam yang sedang lapar, lagi cari makanan!” ucapku tambah nyleneh yang membuat Devan tersenyum sambil memainkan ponselnya. “Kamu bisa aja, Ca,” ucapnya. “Aslinya kamu yang lapar, kan? Bilang saja kamu yang lapar, sok-sok’an ajak-ajak aku makan. Sudah pesan makanan belum?” ucapku. “Iya, ini lagi pesan. Sekalian minum enggak?” tanya Devan. “Hmmm ... soju boleh, atau wine,” jawabku dengan terkekeh. “Gitu dong tertawa, dari tadi cemberut saja. Tapi, gak ada minuman yang begituan. Sejak kapan kamu kenal minuman seprti itu, Ca? Sok aja minta minuman begituan, biasa minum teh tawar juga di kantin waktu SMA,” ucap Devan dengan terkekeh. “Kali saja kamu mau ajak aku minum, jangan minum sendiri aja, Dev. Sesekali ajak aku lah ...” ucapku yang tambah ngawur. “Enggak lah, masa ajak kamu. Aku sudah jarang minum, Ca. Kamu kan tahu sendiri, pagi, siang, sore, malam aku di sini. Pulang ke apartemenku juga kalau sudah mau tidur. Lagian di sini temanku Cuma kamu, mau siapa lagi selain kamu?” ucap Devan. “Iya deh iya .... Buruan, sudah pesan belum?” tanyaku. “Sudah tinggal nunggu saja. Aku buat minuman dulu, aku enggak pesan minuman soalnya,” ucap Devan. “Dev, buatin es cokelat dong,” pintaku. “Lihat sini?” Devan menyeuruhku menengok ke arah meja makan. Dia ternyata sudah menyeduh cokelat dan tinggal memberikan es kedalamnya. Dia memang selalu tahu apa yang aku butuhkan. Dia yang selalu mengerti aku, tapi aku hanya bisa menganggap dia teman saja. Meski aku tahu dia mengharapkan aku menjadi kekasihnya. Ponselku berdering, Kak Satria menelfonku. Seperti biasa, kalau dia baru pulang dari kantor, dia selalu menelfonku. Melaporkan semua pekerjaannya, dan tidak lupa juga menyakan kabarku. Setiap hari tidak bisa dihitung berapa kali Kak Satria menelfonku. Aku jarang bertemu dengan Kak Satria, tapi komunikasi kami tidak pernah terputus meski hanya sekadar lewat telefon...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook