bc

Simulasi Jatuh Cinta Dengan CEO

book_age18+
503
FOLLOW
2.7K
READ
contract marriage
scandal
manipulative
CEO
drama
comedy
bxg
female lead
city
like
intro-logo
Blurb

Juni gadis unik yang sama sekali belum pernah jatuh cinta, nekad mendekati seorang CEO muda bernama Sagara untuk di jadikan pria simulasi jatuh cinta nya, semuanya ia lakukan demi dapat memberi rasa pada novel romantis yang ia tulis.

“Tuan... Bisakah kau menolong ku? Bisakah kau membantuku agar bisa jatuh cinta padamu?”

Mendengar penuturan gadis aneh yang tiba-tiba muncul di hadapannya, membuat Sagara heran, “Kamu salah minum obat, ya?” Gara menggelengkan kepalanya dan hendak berlalu dari sana.

“Kalau Anda tidak mau, aku akan menyebarkan ini pada semua orang,” Juni mengacungkan ponsel nya ke udara dan membuat Gara terpaksa menghentikan langkah nya.

“Apa maksud mu?”

“Aku melihat mu tadi,” Juni tersenyum menang.

chap-preview
Free preview
Prolog
"Apa-apaan ini? Aku tidak menyangka naskah ku di tolak lagi, dengan alasan yang sama. Huh!" Juni baru saja keluar dari sebuah gedung berlantai dua. Sambil menahan kesal ia duduk di tangga di depan gedung tersebut. Lili yang tengah duduk di sisi nya, seolah tak mendengar keluhan yang di lontarkan sahabat nya itu. Gadis dengan potongan rambut sebahu itu malah tampak asik dengan layar ponselnya. Karena bosan menunggu Juni yang tengah interview di dalam gedung belakang mereka, ia memilih membaca komik online sembari menunggu sahabat nya itu keluar. "Astaga... Kenapa membaca koment pembaca lebih seru daripada baca komik nya," tawa Lili terdengar berderai, sepertinya ia benar-benar tak sadar dengan kehadiran Juni. "Kau baca apa sih, malah asik sendiri." Juni merebut paksa ponsel milik Lili. "Hei... Kembalikan, kau itu apa-apaan, sih, aku lagi asik baca, nih." Protes Lili sambil berusaha merebut ponsel nya kembali. Juni mengerucut kan bibir nya,"Lili, kau tega sekali, aku kan lagi sedih, bukannya di hibur malah asik sendiri, huh!"  "Kau sedih kenapa lagi? Pasti karena naskah mu di tolak lagi?" Kali ini Lili mengalihkan fokus nya pada Juni dan menyimpan ponsel nya ke dalam tas selempang kecil miliknya. Dengan memasang wajah sedih Juni mengangguk-anggukan kepalanya. Lili hanya menanggapinya dengan menghembuskan napas lelah, "kau sih keras kepala, sudahlah menyerah saja, mungkin kau tidak berbakat menjadi penulis."  "Tidak mau!" Sahut gadis dengan rambut ikal hampir sepinggang itu cepat. Mata nya yang bulat tiba-tiba melebar. "Dasar kepala batu, mau sampai kapan? Ini sudah naskah keberapa?" Lili kembali mencoba menyadarkan sahabat nya itu, bukan nya tanpa sebab. Sahabat nya itu memang sangat keras kepala dan selalu saja merepotkan dirinya sendiri.  "Naskah keberapa, ya? Sepertinya yang ke sepuluh." Juni terlihat menimang sambil mengetuk-ngetukkan telunjuknya ke bibir nya sendiri, "tapi aku belum ingin menyerah, aku masih penasaran." Wajahnya seketika berubah antusias lagi. Lili lagi-lagi hanya mendengus lelah, tapi melihat sahabat nya yang pantang menyerah, membuat nya tidak tega untuk bicara tentang kenyataan, seharus nya dengan kegagalan sebanyak itu, bukan kah Juni harusnya berpikir ulang? Dan mulai mencari bakat yang lain saja. "Memang nya apa yang di katakan editor mu kali ini?"  "Sama seperti biasanya, kata nya tulisan ku sama sekali tidak memiliki rasa, apa-apaan, jelas-jelas aku sudah riset dan sudah banyak membaca kisah romantis." Sekarang Lili jadi ikutan berpikir, "mungkin itu saja masih kurang, kau saja tidak pernah jatuh cinta, bagaiman bisa kau nekad menulis kisah romance?"  "Maksud mu apa?"  "Maksudku, mungkin kau juga harus praktek, kau juga harus jatuh cinta sungguhan, dengan begitu tulisan mu baru terasa seperti memiliki nyawa." "Caranya?" Kini keduanya sama-sama terdiam dan wajah nya nampak berpikir. "Caranya kau harus cari seorang pria yang bisa membuat mu jatuh cinta." Pekik Lili antusias. "Iya, tahu, tapi kau kan juga tahu sendiri, aku susah jatuh cinta." "Kau sih, pasang standar terlalu tinggi," dengus Lili sembari menyikut pundak Juni pelan. Sudah sejak SMA Juni dan Lili bersahabat, dan Lili tahu betul bagaimana sifat sahabat nya itu. Juni sama sekali tidak pernah pacaran, seandainya dia harus menjalin hubungan dengan seorang pria, ia ingin dengan orang yang luar biasa. "Bukan maksud ku begitu, tapi selera ku saja yang bagus, apa boleh buat."  "Kau pikir kau gadis cantik luar biasa?" Cibir Lili dengan nada bercanda. "Memangnya gadis biasa tidak boleh memiliki selera luar biasa?" Lili mencebikkan bibir bawah nya, "terserah kau saja lah," ia tak mau berdebat dengan gadis yang kini mengenakan rok rempel hitam selutut dengan blouse kotak-kotak warna senada. "Apa kau punya rencana?" Juni bertanya, dia benar-benar belum ingin menyerah. "Hum... Aku tidak tahu," jawab Lili lesu. Keduanya kembali terdiam sambil menopang dagu masing-masing. Tanpa sengaja pandangan mereka tertuju pada gedung yang ada di seberang jalan, terdapat banyak kerumunan, di susul teriakan-teriakan antusias yang membahana. "Ada apa di sana? Apa sedang ada artis, norak sekali." Desah Juni sambil mata nya terus mengamati apa yang terjadi di depan sana. Terlihat dua orang pria berpenampilan eksekutif muda baru saja keluar dari dalam mobil, dan para awak media langsung menyerbunya. Selain itu terdapat banyak wanita dengan dandanan modis juga tampak mengerumuni dua pemuda tersebut. "Seperti nya bukan artis. oh... Iya, aku baru ingat, sekarang kan ada jadwal seminar CEO muda terkenal di kota ini, aku yakin itu pasti dia, ah... Aku tidak menyangka dia akan seminar di gedung depan sana." Lili langsung bangkit berdiri sambil merapikan rambut dan pakaiannya. "Hei... Kau itu kenapa? CEO itu apa?" "Aduuhh... Kau itu norak sekali, CEO saja tidak tahu, dia itu em..." Lili menjeda kalimatnya, mencoba berpikir, "seperti direktur utama, pemimpin perusahaan." "Oh... Memang nya ada pemimpin perusahaan yang masih muda, kalau ku lihat di tivi-tivi, mereka itu om-om, bapak-bapak, perutnya buncit, dan kepalanya botak?" "Astaga, Juni... Kau kata siapa tampang CEO seperti itu?" "Kata ku, kan, barusan?" Lili menggeleng, dia sudah setengah kesal, jadi dia tak ingin lebih lanjut menanggapi omongan temannya yang kadang tak masuk akal itu. "Sudahlah, kau mau ikut ke sana tidak?" Dia juga sudah bersiap menarik lengan Juni agar gadis itu mau ikut berdiri. "Kita mau kemana?" "Tentu saja ke gedung seberang sana, lah." "Untuk apa?"  Bicara dengan Juni sepertinya membuat Lili selalu kehilangan banyak energi, selain aneh, gadis itu kadang sangat menyebal kan. "Ikut saja bisa tidak?Siapa tahu kau bisa menemukan orang yang bisa membuat mu jatuh cinta." "Apa-apaan, mana mungkin aku jatuh cinta pada om-om, yang benar saja." "Aduuuh... Juni!" Lili rasanya sudah hampir ingin menangis, "siapa juga yang menyuruhmu jatuh cinta pada om-om." "Kau lupa? Kau yang bilang barusan, katamu mau ke gedung seberang sana kan? Mau lihat om-om itu seminar kan?"  Lili menggelengkan kepalanya tak habis pikir, percuma menjelaskan panjang lebar pada Sahabat nya yang aneh itu. "Sudahlah, jangan banyak tanya, pokok nya kau ikut saja." "Eh... Lili, kau apa-apaan? Kenapa kau menarik ku seperti ini?" Lili tak peduli, ia tetap menarik tangan Juni hingga ke gedung seberang sana. Keramaian di pelataran gedung tersebut sudah tampak menyurut, semua orang sepertinya sudah berpindah masuk ke dalam gedung.  "Kau itu cepat sedikit, kalau lamban seperti ini bagaimana bisa kita masuk dan mendapat tempat duduk di depan." Dengus Lili yang kini sudah melepaskan genggamannya pada Juni.  "Untuk apa juga aku harus buru-buru kalau hanya ingin melihat om-om. Aku masih waras, tidak seperti kau," cibir Juni yang masih setia mengikuti langkah Lili di belakangnya. Benar saja, di dalam sudah penuh sesak dengan wartawan dan peserta seminar yang kebanyakan adalah wanita. Tak ada kursi yang tersisa, semua sudah terisi penuh.  "Kau sih, lamban, kita cuma bisa melihat dari kejauhan, deh." Lili mencoba melompat-lompat agar bisa melihat orang yang kini tengah bicara di depan sana. Banyak nya wartawan yang berkerumun di depan sana menghalangi pandangannya. Melihat tingkah sahabatnya itu, Lili merasa heran. Apa bagus nya seorang CEO om-om? Pikirnya. Juni merasa ini lah kesempatannya untuk pergi dari keruman itu, dia tidak suka tempat yang terlalu ramai, karena itu akan membuat nya kehabisan energi, kata orang itu karena dia introvert, entah lah. Diam-diam Juni pun kembali keluar dari gedung dan memutuskan untuk menunggu Lili di luar saja.  Kini Juni berada di taman dekat sana, ia menarik nafas lega karena bisa terhindar dari keramaian. Di tempat yang sama, tanpa sengaja ia melihat seorang pemuda tampan berpakaian eksekutif muda sedang berbicara dengan seorang wanita. Merasa ada yang tidak beres, ia pun mengambil inisiatif untuk sembunyi di tanaman pagar yang tak jauh darinya. Matanya sibuk mengawasi pasangan tersebut, ia juga mulai mengeluarkan ponsel nya dan mulai merekam. "Bagus, mungkin ini akan berguna," Juni tersenyum senang dan menyimpan ponsel nya kembali ke dalam tas. Bersambung.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook