bc

LUKA YANG TERSEMBUNYI

book_age16+
969
FOLLOW
8.4K
READ
possessive
family
arrogant
badgirl
CEO
doctor
sweet
campus
secrets
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Aksa salah satu dokter yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Bukan hanya baik, dia juga memiliki paras yang tampan sehingga banyak wanita yang terpesona akan dirinya. Dan ternyata pesona itu telah membuat Alula jatuh hati pada Aksa. Namun Alula heran karena Aksa tidak pernah memandangnya. Maka dari itu Alula terus berusaha mendapatkan cinta Aksa, namun ternyata segala usaha yang Alula lakukan tidak berhasil untuk membuka hati Aksa. Sampai suatu kejadia dimana Aksa berniat menolong Alula, namun ternyata niat baik Aksa disalah gunakan oleh Alula supaya bisa memiliki Aksa. Walaupun mereka telah bersatu, namun Alula belum juga berhasil membuka gembok cinta Aksa. Bagaimana kelanjutan perjuangan Alula apakah berjalan dengan baik?

chap-preview
Free preview
1. LYT
Laki-laki yang sedang termenung di pojok kafe pun tidak sadar kalau dirinya sekarang sedang menjadi bahan pembicaraan di kafe. Bahkan dia pun tidak sadar kalau banyak wanita di kafe yang terus memandanginya karena kagum dengan wajah parasnya. Bahkan sampai ada yang memotretnya pun dia tidak tahu. Dia baru sadar saat sahabatnya mengejutkannya. “ Muhammad Aksa Nafis Raihan, sampai kapan kamu mau ngalamun disini terus.” Panggilan Irsyad membuatnya tersadar. Aksa pun langsung melihat jam tangannya. “ Ya Allah, jadi aku benar-benar ngalamun. Ngga sadar kalau ternyata udah sore. Oh iya syad, kerjaanku udah selesai kan. Apa masih ada yang harus aku kerjakan lagi.” “ Ngga ada sa, kerjaanmu udah diselesaikan sama yang lainnya. Mereka ngga berani ganngu kamu yang lagi asyik ngalamun. Sebenarnya apa sih yang lagi kamu pikirin.” Tanya Irsyad. “ Aku bingung syad, gimana cara bilang ke papa sama mamaku tentang beasiswa ini.” Tanya balik Aksa. Irsyad hanya menghela nafas mendengar pertanyaan sahabatnya ini, karena dia pun berat kalau harus membiarkan Aksa mengambil beasiswa itu. “ Aku aja ngga rela kalau kamu ambil beasiswa itu, gimana om sama tante.” “ Aku serius syad.” “ Ini aku juga jawabnya serius banget sa, aku ngga bisa bayangin kalau kafe ini ngga ada kamu sa, pasti aku bakalan jarang liat cewek cantik datang kesini.” Ucap Irsyad. “ Apaan sih syad, ngga usah mulai deh.” “ Siapa juga yang mulai, kamu aja yang ngga pernah sadar kalau hampir semua cewek yang datang kesini tiap hari itu pasti mau ketemu sama kamu. Karyawanku aja sampai bosan jawabnya kalau seumpama kamu ngga datang dan lagi tugas di rumah sakit. Emangnya benarn ngga ada pengunjung kafe ini yang bisa memikat hatimu sa.” Tanya Irsyad. “ Aku tanya apa, kamu tanyanya apa. Jangan bahas masalah itu kenapa sih syad.” “ Iya, iya maaf. Aku ngerti pasti om sama tante bakalan ngelarang kamu sa. Apalagi kamu di Jakarta pun belum lama. Eh sekarang udah mau pergi lagi. Emangnya ngga bosan apa sa kalau kamu berkelana terus.” “ Aku hanya melakukan apa yang aku sukai sa. Ya memang sih, aku merasa bersalah karena jarang meluangkan waktu untuk papa dan mama. Tapi kalau beasiswa ini ngga diambil pun sayang banget syad.” Balasnya. “ Ya udah kalau memang kamu kekeuh mau ambil beasiswa itu, ya siap ngga siap kamu harus terima konsekuensinya sa.” Ujarnya. “ Ya sih, tapi aku juga ngga punya waktu lama lagi. Aku mesti kasih tahu masalah ini ke papa dan mama. Ya udah syad, aku mau siap-siap dulu, malam ini aku ada operasi.” Ucapnya yang langsung meninggalkan Irsyad untuk mengambil barang-barangnya di belakang. Setelah mengambil barangnya, Aksa langsung berpamitan pada Irsyad untuk ke rumah sakit. Karena hari ini dia shift malam, ya Aksa adalah seorang dokter di salah satu rumah sakit yang ada di Jakarta, lebih tepatnya di RS. HARAPAN KITA. Namun ketika Aksa memiliki waktu kosong, dia akan membantu di kafe milik sahabatnya. Sesampainya di rumah sakit, Aksa langsung mendatangi pasiennya sebelum dia melakukan operasi. Banyak yang mengaggumi kinerja Aksa, namun Aksa sendiri pernah mengajukan permintaan pada pihak rumah sakit kalau dirinya tidak ingin memiliki jabatan tinggi dalam rumah sakit ini. Karena dirinya tidak ingin terlalu terikat, dia ingin kerja karena keinginannya dan tidak di bawah tekanan. Pihak rumah sakit pun menyetujuinya, walaupun sebenarnya mereka berat untuk mengiyakan permintaan Aksa. Tapi, mereka lebih berat kalau sampai melepaskan dokter yang berpotensi seperti Aksa. Aksa kembali ke Jakarta pun karena permintaan dari kedua orang tuanya, kalau mengikuti keinginannya, dia akan lebih memilih menjadi dokter relawan di salah satu daerah yang memang benar-benar membutuhkannya. *** Karena shift malam, pagi Aksa pun langsung pulang ke rumah untuk istirahat. Ketika dia pulang, semua keluarganya sedang menikmati sarapan, dan bersiap untuk memulai aktivitas mereka. “ Assalamualaikum.” Ucapnya yang langsung menghampiri kedua orang tuanya untuk menyalami mereka. “ Waalaikumsalam. Aksa mau sarapan sekarang atau nanti nak. Biar mama ambilin.” “ Nanti aja ma, Aksa mau bersih-bersih dan istirahat dulu.” “ Kak.” “ Hmmm.” “ Aku pinjem mobil kak Aksa ya, mobilku lagi di bengkel.” Tanya Arga, adik satu-satunya Aksa. Tanpa menjawab Aksa, langsung melemparkan kunci mobilnya pada Arga sambil berjalan ke kamarnya. “ Kan mobil lain ada ga, kenapa harus pakai mobil kakakmu sih. Kalau nanti kakakmu mau pergi gimana.” “ Ya ampun ma, sekali ini doang kok. Sama kak Aksa aja di perbolehkan. Itu tandanya kakak ngga pergi kemana-mana.” Balas Arga yang langsung menyudahi sarapannya dan berpamitan kepada orang tuanya. Setelah suami dan anak bungsunya berangkat, mama Aksa pun datang ke kamar putranya dengan membawakan sarapan. Karena dia tahu, nantinya Aksa itu pasti entah kapan. Bahkan mungkin dia ngga akan makan sampai siang atau bahkan sore. “ Sa, apa mama boleh masuk.” Tanya mamanya “ Masuk aja ma.” “ Apa Aksa udah selesai mandinya.” Tanya mamanya yang langsung meletakkan makanannya di meja. “ Udah kok ma, kenapa mama harus bawa sarapannya ke kamar sih. Kan Aksa bisa ambil sendiri ma. Kalau begini namanya, mama manjain Aksa.” Balas Aksa. “ Kalau nunggu kamu turun buat sarapan bisa-bisa mama lumutan. Mungkin aja kamu ngga bakalan turun sampai siang.” “ Mama tahu aja. Makasih ya ma.” Ucapnya. “ Iya sama-sama. Tapi mama kan ngga akan selamanya mempersiapkan seperti ini sa. Ada kalanya kamu membutuhkan orang lain untuk mempersiapkannya.” Ungkap mamanya. Aksa hanya menghela nafas mendengar ucapan mamanya, dia sudah paham walaupun akan menuju kemana ucapan mamanya ini. “ Ma, Aksa cape. Aksa mau istirahat.” “ Kenapa sih kalau mama bahas masalah ini kamu selalu mengelak.” “ Ya karena bagi Aksa belum saatnya ma. Kalau memang sudah saatnya pasti Aksa akan mendengarkan bahkan mama akan jadi orang pertama yang Aksa beritahu tentang kesiapan Aksa.” Ujarnya. “ Terus sampai kapan mama harus nunggu Aksa mengatakan itu, mungkin aja sampai mama ngga ada Aksa baru mau mengatakannya.” “ Hussh ma, jangan bilang begitu dong ma.” “ Kalau kamu melarang mama bilang begitu, ya cari dong menantu untuk mama. Kalau ngga terima dong wanita yang mama mau jodohkan.” “ Ma, please jangan bahas masalah ini dulu ya. Aksa hari ini bener-bener cape.” Elaknya. “ Ok… ok. Hari ini kamu lolos lagi. Tapi lain kali kamu ngga akan bisa lolos. Ingat itu sa.” Ancam mamanya, dan Aksa hanya mengangguki ucapan mamanya. Setelah mamanya keluar dia langsung menghela nafas lega, karena selesai mendengar rengekan mamanya yang terus memojokkan dirinya untuk menikah. Mungkin memang banyak yang mau menikah dengannya. Tapi memang dari Aksanya sendiri yang belum berminat untuk menikah sekarang, dia masih menikmati kebebasannya. *** Aksa baru keluar lagi ketika dirinya akan makan malam. Dia bukan bermaksud untuk menghindar dari mamanya, tapi dia memang benar-benar malas untuk membahas hal tersebut. Disaat dia duduk untuk makan malam bersama dengan keluarganya, mamanya terlihat jauh lebih diam dan seperti menghindar berkontak mata dengan Aksa. Dia yakin, mamanya pasti merajuk masalah tadi pagi. “ Kenapa sih sama mama.” Tanya papanya yang tahu isterinya terlihat kesal, terlebih lagi ketika Aksa sudah duduk bersama mereka. “ Ngga apa-apa kok.” Jawab mamanya. “ Palingan mama juga lagi ngambek sama kakak pa, pasti gara-gara kakak belum mau nikah iya kan ma.” Ujar Arga dengan santainya. Mamanya langsung mencubit anak bungsunya itu. “ Awwww sakit ma, kenapa jadi Arga yang di cubit sih. Emangnya ucapan Arga salah ma.” Tanyanya dengan polosnya. “ Udah ma, kita kan udah sering bahas masalah ini. Kalau memang Aksa belum ingin menikah ya biarkan saja. Namanya juga laki-laki ma, mungkin dia ingin mengembangkan karirnya dulu.” Bela sang papa. “ Terus aja pa, terus aja papa bela dia. Bakalan lebih santai kalau dia di bela seperti itu.” Sindir mamanya. Aksa akhirnya angkat bicara. “ Ma, apa yang papa bilang benar ma. Aksa laki-laki dan bagi Aksa umur ngga akan jadi batasan Aksa untuk menikah ma. Aksa masih ingin menikamati apa yang sekarang Aksa lakukan. Apalagi dengan sesuatu yang akan Aksa lakukan. Ngga mungkin bagi Aksa untuk menikah sekarang ma.” Ucapnya. “ Memangnya apa yang akan kamu lakukan lagi. Kamu mau jadi relawan lagi.” Ucap mamanya yang mulai khawatir kalau anaknya akan pergi lagi. “ Bukan itu ma.” “ Terus apa.” Tanya mamanya. Aksa langsung memberikan map yang dari tadi dia pegang. “ Apa ini.” Tanya papanya. Tanpa menunggu lama, mamanya langsung merebut map tersebut dari papanya. “ Apa maksudnya ini sa, apa maksudnya.” Tanya mamanya yang mulai emosi lagi. “ Aksa mau minta izin ke papa sama mama untuk melanjutkan belajar lagi ma, pa. Aksa mau melanjutkan S2 di Malaysia.” Jawabnya dengan perasaan was-was. “ Ngga-ngga bisa. Mama ngga izinin.” Ucap mamanya dengan tegas. “ Kenapa buru-buru begini sa, dan kenapa harus di Malaysia. Kenapa ngga di Indonesia aja. Kan banyak kampus yang baik disini sa. Apa bedanya disana saa disini.” Tanya papanya yang sepertinya juga tidak menyetujuinya. “ Sebenarnya ngga buru-buru kok ma, pa. Aksa sudah memikirkannya sejak lama. Dan sudah lama juga Aksa ingin mencari hal baru di Negara lain. Makannya Aksa pilih Malaysia yang ngga terlalu jauh dengan Indonesia ma, pa.” Jawabnya. “ Omong kosong, selagi kamu menjadi relawan di Indonesia aja kamu jarang pulang. Apalagi di luar negeri. Walaupun Malaysia itu tetangga Negara kita, tapi tetap saja kamu pergi jauh sa. Pokoknya mama ngga mengizinkan.” Balas mamanya. Aksa langsung mendekati mamanya, Arga yang tahu kakaknya akan membujuk sang mama pun langsung menyingkir. “ Ngga bisa begitu dong ma, Aksa udah diterima disana.” Ucapnya. “ Kenapa selalu begini sih sa, kenapa kamu selalu mengambil keputusan sendiri tanpa menunggu persetujuan dari mama dan papa. Apa gunanya orang tuamu ini, kalau kamu selalu melakukan hal sesukamu.” Teriak mamanya yang kesal akan permintaan putranya. “ Untuk kali ini papa pun setuju dengan apa yang mamamu katakana sa, kamu memang selalu mengambil keputusan sesuakmu tanpa menunggu pertimbangan dari kita. Dan jawaban papa pun sama, papa ngga mengizinkannya.” Jawab papanya yang langsung menyusul mamanya kekamar. Aksa tahun kalau kali ini dirinya salah lagi. Dia akui kalau ucapan kedua orang tuanya memang benar. Dia memang selalu mengambil keputusan sendiri, tanpa mempertimbangkan perasaan orang tuanya. Dia pernah menjadi dokter relawan pun itu pilihannya sendiri, dan saat itu kedua orang tuanya mengalah. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.2K
bc

My Secret Little Wife

read
92.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook