bc

Nana Needs Mom

book_age16+
111.4K
FOLLOW
719.9K
READ
family
love after marriage
forced
arranged marriage
brave
drama
sweet
icy
selfish
stubborn
like
intro-logo
Blurb

Cinta bisa datang dan pergi tanpa kita ketahui. Namun cinta sejati selalu datang di saat yang tepat. Tepat saat kita menginginkan cinta.

Aliandra Adrian terpaksa menikahi seorang gadis bernama Ella karena putrinya membutuhkan seorang ibu. Tidak peduli bagaimanapun sifat dan rupa gadis itu asalkan putrinya memiliki seorang ibu serta demi menyelamatkan harga dirinya setelah ditinggalkan oleh sang kekasih tepat di saat hari pernikahan tiba.

Novel ini dilindungi oleh hak cipta. Segala bentuk penyebarluasan tanpa persetujuan penulis di atas materai termasuk penjualan ilegal ebook atau copy novel ini akan ditindak sesuai hukum yang berlaku. Ingat ya, Negara Singapura sangat ketat soal hukum. Sudah ada penjual ebook yang dituntut atas tindakan tersebut. Mohon mematuhi hukum yang berlaku.

pic by : pinterest

design by : Canva

edit by : Nayla Fitri

chap-preview
Free preview
Bab 1 : The Beginning
Aliandra menatap ponsel di tangannya dengan pandangan kosong. Tak disangkanya gadis yang sangat dia cintai tega menghancurkan harapannya. Beberapa jam lagi mereka akan menikah. Tapi Rosa, malah menghilang. Dia pergi dari rumahnya dan nekat terbang ke New York demi mengejar cita-citanya. Rosa meninggalkan Aliandra dengan pesta pernikahan mereka yang sudah di depan mata. Hati Aliandra hancur sehancur-hancurnya. Bagaimana nanti dia menghadapi keluarganya. Apa yang harus dia katakan pada ibunya? Mereka pasti akan marah besar. Apalagi sejak awal mereka tidak menyetujui Aliandra yang akan menikahi Rosa. Namun karena Nana, putrinya yang sangat dekat dengan gadis itu, mereka pun menyetujuinya. Lantas bagaimana pula dengan Nana? Gadis kecil itu pasti begitu terpukul karena tidak jadi memiliki seorang ibu. Anak itu sangat menyayangi Rosa. Nana membutuhkan seorang ibu. Dan saat Aliandra mendapatkan penawaran dari keluarga Rosa untuk menikahi putri mereka yang satunya yang kini sedang menempuh pendidikan di Australia, Aliandra pun dengan segera mengiyakan demi Nana, putrinya. Tidak peduli bagaimana gadis itu nantinya. Setidaknya Nana punya ibu. Nana harus bahagia. Dan dia akan melakukan apapun untuk Nana. Meskipun menikahi gadis yang belum pernah sekalipun dia lihat dalam hidupnya. *** Seorang gadis sedang duduk di depan cermin, menatap nanar wajahnya yang telah dirias bak seorang putri raja. Beberapa jam lalu dia diseret paksa dari apartemennya di Sydney oleh orang suruhan sang ayah dan dipulangkan ke Jakarta. Lalu kini dia sedang menunggu saat-saat kehancuran hidupnya. Bagaimana tidak, tidak ada angin, tidak ada hujan. Tiba-tiba dia dia dihadapkan pada sebuah pernikahan. Hari ini dia akan menikah dengan seorang pria yang notabene adalah tunangan sang kakak. Ah, bahkan gadis itu muak untuk menyebutnya kakak. Sejak dulu dia tidak pernah dianggap sebagai adik olehnya. Rosaline, gadis yang seharusnya menikah hari ini, yang dibilang orang sebagai kakaknya, sangat baik pada orang lain. Tapi sebaliknya, adiknya tidak pernah dianggap sedikitpun. Gadis itu tidak tau apa salahnya, sejak kecil dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari keluarganya. Baik ibunya maupun Rosa, mereka membenci Ella setengah mati. Gadis itu tidak pernah dianggap ada di rumah. Sejak kecil gadis itu dirawat oleh pembantu. Semua kebutuhannya dipenuhi oleh pembantu. Tidak pernah sekalipun dia meminta atau bicara pada keluarganya. Karena itu, saat lulus SMA beberapa tahun lalu, gadis itu nekat untuk kuliah di Australia. Beruntungnya dia menerima beasiswa karena kecerdasannya. Berjuang hidup sendiri di tempat asing tanpa keluarga atau teman. Bahkan orang tuanya tidak sedikitpun berniat mencarinya ke Australia. Sejak saat itulah dia membentuk dunianya sendiri, menganggap dirinya sebagai yatim piatu dan berusaha bertahan hidup dengan bekerja paruh waktu setelah jam kuliahnya selesai. Tapi kini, perjuangannya harus berakhir disini. Di salah satu ruangan dalam gedung hotel bintang lima tempat pernikahannya sedang berlangsung. Suara pintu terbuka, sepasang suami istri masuk ke dalam kamar tempat dia berdiam diri. Sosok lelaki tua dengan wanita angkuh yang sangat tidak ingin dia lihat sampai mati. Pria itu mendekatinya dengan tatapan tajamnya. Gadis itu membalas tatapannya. Dia mengernyit saat sekilas dia melihat tatapan teduh penuh rindu yang dia lihat di mata pria yang orang bilang ayahnya. "Ella..." Gadis itu membuang mukanya muak, "Ella sudah mati!" ucapnya dingin. Pria itu menunduk. Sementara sang wanita mendengus mengejek. "Papa harus melakukan ini. Nama baik keluarga kita sudah tercoreng akibat perbuatan Kakakmu-" "Rosa pasti punya penjelasan, Pa!" sela si wanita. "Tapi dia tidak melakukannya! Dia tidak menjelaskan apapun pada kita. Dia tiba-tiba pergi begitu saja!" serunya marah. "Mungkin saja Rosa terpaksa. Atau dia mungkin diculik," balas sang wanita lagi. "Rosa sudah terbukti bersalah, Ma. Berhenti membelanya! Kamu tau dia terbang ke New York beberapa jam lalu. Dan meninggalkan pernikahannya demi sebuah kontrak kerja!" "Ella, tolong Papa. Hanya kamu harapan kami sekarang ini." Pria itu beranjak mendekati putrinya, menyentuh bahunya pelan. Namun gadis itu justru menghempaskan tangan keriput sang ayah. "Kenapa saya harus menolong Anda, memangnya saya yang membuat kekacauan ini sampai saya harus menyelesaikannya?" "Ella..." "Anggap saja kamu sedang membalas budi pada kami! Kami sudah merawat kamu bertahun-tahun. Memberikan kehidupan dan pendidikan yang layak untuk kamu. Kalau kamu punya rasa terima kasih, tunjukkan pada kami sekarang!" Tiba-tiba sang wanita menyahut dengan gaya angkuh. Ella tersentak mendengar perkataannya. Dia menatap nanar wanita yang orang bilang ibunya. Benarkah dia ibunya? ibu mana yang meminta balas budi karena sudah membesarkan anaknya selama bertahun-tahun. Ella mengalihkan pandangannya, menatap lurus bayangannya sendiri di cermin. "Baik, jika ini bisa membalas budi kebaikan kalian. Saya akan menjalani pernikahan ini. Tetapi berhasil atau gagalnya rumah tangga saya nanti, saya sendiri yang menentukan. Kalian tidak boleh mencampurinya!" serunya. Lalu dia berdiri, menata gaunnya dan keluar kamar. Dia menuju tempat resepsi pernikahannya dengan sang mempelai pria. Sesaat sebelum menuju ke ruangan lobby hotel tempat acara pernikahannya berlangsung, gadis itu mengambil nafas sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya perlahan. Dia berusaha mengendalikan diri dan hatinya. Serta mencegah air mata yang sudah akan menetes dari sudut matanya. Seorang pegawai Wedding Organizer datang menghampirinya. Membimbingnya menuju pelaminan. Saat itulah Ella melihatnya, pria itu, yang baru mengucapkan ijab kabul dengan ayahnya beberapa saat lalu. Pria itu tampak gagah dan tampan dengan setelan jasnya. Ella berjalan menghampirinya, dengan dibantu oleh orang tadi. Pria itu melihatnya intens, memperhatikannya dari jauh. Sehingga membuat Ella membuang muka karena enggan ditatap seintens itu. Ella membatin, mungkinkah pria itu sedang membayangkan Rosa saat melihatnya? Ella mendengus. Dia tidak akan membiarkan pria itu menyakitinya, menghancurkan hidupnya. Ella memutar pandangannya. Pria dan wanita yang mengaku sebagai orangtuanya sudah berada di ruangan yang sama dengannya, menatapnya dari kejauhan. *** Ella sedang membersihkan wajahnya yang penuh make up di dalam kamar hotel yang sudah disiapkan oleh WO sebagai kamar pengantinnya. Pria yang harus dia panggil dengan sebutan suami masih di luar. Masih menemui para tamu undangannya yang juga relasi bisnisnya. Ella berdoa dalam hati. Semoga saja dia tidak masuk ke kamar sampai Ella tertidur, karena dia muak melihat wajahnya. Tapi suara pintu terbuka pelan membuat Ella mendesah. Doanya tidak terkabul. Pasti pria itu juga sudah lelah melayani tamu undangannya, karena itu dia masuk ke kamar. Sebuah suara lembut dan kecil menyentaknya. Ella menoleh dan melihat seorang gadis kecil sedang berdiri mengintip dari balik pintu. "Daddy?" ucapnya. Ella langsung menduga jika dia adalah anak pria itu. Anak suaminya yang berarti adalah anak tirinya. Ella berdiri dari kursi tempatnya duduk. Gadis kecil itu menatap Ella takut-takut. Tangan mungilnya yang tadi memegang daun pintu kini sedang menggenggam erat ujung gaunnya. "Daddy?" cicitnya lirih. Ella berjalan mendekatinya dengan kedua tangan dilipat di depan d**a. "Daddy masih di luar," ujarnya. Gadis kecil itu memberanikan diri mendongak menatapnya. "Aunti siapa? Mommy Rosa mana?" tanyanya. Ella menyipitkan matanya. Ternyata pria itu tidak memberi tahu putrinya jika calon mommynya melarikan diri di hari pernikahan mereka. Dia tertawa kecil. "Aunty siapa? Mana Mommy Nana? Kata Granny, Mommy Nana ada disini?" Ella menatapnya remeh. "Mommy Rosa kamu kabur. Dia lari dari Daddy kamu. dia hilang, mungkin sekarang sudah mati," seringainya. Anak kecil itu terkejut. Dia menggeleng lemah. Matanya yang bulat kini mulai berkaca-kaca. "Bohong! Aunty bohong! Mommy Rosa nggak mati! Mommy Rosa udah janji sama nana. Mommy Rosa nggak akan mati kayak Mommy Nadya. Aunty bohong!" serunya. Air matanya sudah turun membasahi pipinya yang berwarna merah. Gadis itu mulai menangis terisak. "Kalo kamu nggak percaya, tanya aja sama Daddymu. Aunty nggak bohong kok!" balas Ella ketus. Gadis itu duduk di atas meja rias. Matanya menyipit, mengamati tubuh mungil bocah cantik yang mulai meneteskan air mata itu. Nana menangis kencang sambil berteriak-teriak. "Aunty bohong! Aunty jahat! Nana benci Aunty!" isaknya. Ella mendengus tak peduli. Lalu berjalan ke arah lemari, mengambil pakaian ganti dari dalamnya tanpa mempedulikan anak tirinya yang menangis terisak-isak memanggil daddynya. Tak lama kemudian seorang pria masuk ke kamarnya dengan wajah panik. Ali langsung memeluk putri kecilnya itu menepuk-nepuk punggungnya pelan. "Nana kenapa nangis, Sayang?" Nana memeluk erat leher sang ayah, menenggelamkan wajah mungilnya disana. Sembari terisak, gadis kecil itu bertanya pada sang ayah, "Mommy Rosa kemana, Dad? Mommy Rosa nggak mati kan, Dad?" Aliandra terkejut mendengar pertanyaan Nana. Dia ganti menatap Ella yang balas menatapnya dengan santai. "Apa?" tanya Ella ketus karena Aliandra menatapnya tajam. Seakan bisa mengulitinya dengan tatapannya itu. "Kamu yang bilang sama Nana?" geramnya. Ella mengendikkan bahunya. "Tadi dia tanya dimana Mommynya. Ya saya bilang dia kabur, mungkin mati," jawabnya santai. Gadis itu mengabaikan wajah merah dan tegang Aliandra. Kemudian Ella berniat berjalan ke kamar mandi. Hendak mengguyur tubuhnya dengan air hangat yang mungkin bisa meredakan lelahnya karena berdiri memasang senyum pura-pura seharian. Tapi sebuah cekalan tangan kekar menghentikannya. Ella tersentak kaget saat tubuhnya diseret dan menabrak lemari tempat dia mengambil baju ganti tadi. Ella merintih kesakitan karena punggung dan lengannya terbentur kayu lemari yang keras. Matanya menatap tajam pelaku yang menyeretnya. Dan dia pun mendapatkan tatapan tak kalah tajam pula dari pria yang membuatnya kesakitan itu. Aliandra menggertakkan giginya. Cengkeramannya pada lengan Ella kian erat seakan dia sedang berusaha meremukkan tulang-belulang gadis tersebut. Di gendongannya, sang putri menangis kejar. Dan itu membuat amarahnya kian tersulut. Ella melotot karena kesakitan. Dia ikut menggeram seperti Aliandra. "What the-" Makiannya terhenti karena Aliandra terlebih dahulu mendorong keras punggungnya sehingga sekali lagi menabrak lemari "Tutup mulut kamu! Jangan pernah kamu bicara sepatah kata pun pada anak saya! Dan jangan pernah dekati dia jika kamu tidak ingin merasakan yang lebih sakit dari ini!" seru Aliandra marah. Dihempaskannya tubuh Ella kencang sampai gadis itu jatuh terduduk di lantai. Sementara dia berlalu keluar sembari menenangkan putrinya. Ella meringis menahan sakit. Matanya berkaca-kaca karena rasa sakit yang dia rasakan. Dia menepis rasa sakit itu dengan cepat. *** Setelah kejadian di kamar hotel itu, esok paginya Ella dijemput oleh sopir yang mengaku ditugaskan oleh suaminya. Dan mengantarnya ke sebuah rumah milik suami barunya itu. Pria itu tidak kembali ke kamar pengantin mereka setelah kejadian itu. Entah tidur dimana dia. Ella tidak mau memikirkannya. Selama seminggu setelah menikah, Ella bahkan tidak pernah melihat pria itu. Juga putrinya. Tapi sesekali pernah dia mendengar suara anak kecil sedang bernyanyi di kamar atas. Ella menduga anak itu sedang ada di kamarnya. Meskipun dia tidak pernah melihatnya. Mungkin saja ayahnya melarangnya keluar kamar agar tidak bertemu Ella. Entahlah. Ella tidak memikirkannya. Setidaknya dia bisa tenang. Tidak terganggu dengan wajah-wajah yang yang bisa membuatnya kesal. Gadis itu berjalan menuju ruang makan dan duduk di salah satu kursi yang ada disana. Dia mengambil dua lembar roti dan mengolesinya dengan selai. Lalu meletakkannya di piring. Kemudian mengambil gelas dan mengisinya dengan s**u. Ella sudah akan melahap rotinya, tapi terhenti saat dia menangkap suara langkah kaki kecil mendekat ke arahnya. Nana mendekat ke arah meja makan dengan takut-takut menatap Ella. Gadis kecil itu memanggil-manggil pengasuhnya. "Mbak Rum...Mbak Rum...!" Tidak ada sahutan. Ella tau jika Arumi, pengasuh Nana sedang ke pasar. Tadi wanita itu berpamitan padanya. Dan Mbok Inah, pembantunya yang lain sedang menyapu halaman depan. "Mbak Rum...!" panggilnya lagi. "Mbak Rum lagi ke pasar," ujar Ella singkat Nana menoleh pada Ella, menatapnya takut. "Mbok Inah!" "Mbok Inah lagi nyapu halaman depan," jawab Ella lagi. Ella tau anak itu memperhatikannya tapi dia tidak menggubrisnya. Lalu gadis itu melahap rotinya dengan tenang seolah tidak ada makhluk lain di dekatnya. Nana menelan air liurnya melihat Ella makan dengan nikmat. Dia juga ingin menikmati roti dan s**u seperti gadis itu. Gadis kecil itu berusaha memanjat kursi meja makan dengan susah payah. Ella tidak berusaha membantunya dan hanya diam sambil menikmati sarapannya. Karena terlalu bersemangat menaiki kursi, tanpa sengaja tangan Nana menarik taplak meja dan mengakibatkan piring dan gelas yang ada di atas meja melorot dan jatuh. Bunyi pecahan itu mengagetkan Ella. Gadis itu refleks menghampiri Nana dan menanyakan keadaannya. Nana menangis kencang karena terkejut dan takut dimarahi Ella sebab memecahkan piring dan gelas. Nana tidak tau jika Ella berniat menolongnya dan menyingkirkan pecahan gelas yang mungkin bisa melukai Nana. Suara ribut-ribut membuat semua orang berlari menuju ruang makan. Mbok Inah dan Pak Sarto yang terlebih dahulu datang. "Masya Allah! Non Nana!" pekik Mbok Inah panik saat melihat Nana yang menangis kencang. Mendengar suara tangis putrinya, Aliandra berlari masuk ke ruang makan. Dia tadinya berniat mengambil berkas yang ketinggalan di rumah. Tapi dia dikejutkan oleh keributan di dalam rumah. Pria itu melihat Nana, putri kecilnya sedang menangis kencang. Berdiri di depan Ella yang sedang berjongkok memegang pecahan gelas. Aliandra mengepalkan tangannya kuat-kuat. Rahangnya pun mengeras. Dia murka melihat air mata putrinya. Pria itu menduga pasti Ella yang membuat Nana menangis. "Nana!" Aliandra berlari ke arah putrinya yang sedang digendong oleh Mbok Inah. "Daddy!" pekik Nana. Lalu gadis kecil itu berhambur ke pelukan daddynya. Aliandra mengusap-usap punggungnya berusaha meredakan isakan nana. Matanya menatap tajam Ella yang sedang membersihkan pecahan gelas dibantu oleh Mbok Inah. Aliandra berjalan mendekatinya, lalu mendorongnya kasar hingga tubuh gadis itu mundur ke belakang. Keningnya membentur kaki kursi. Tangannya pun tergores pecahan gelas yang tadi dia bersihkan. "Jangan pernah kamu sentuh putri saya!" teriak Aliandra di depan wajahnya. Kemudian pria itu berlalu keluar rumah sambil membawa Nana. Ella menyentuh dahinya yang terbentur kaki meja. Darah segar membasahi telapak tangannya. Juga dahinya. Mbok Inah memekik kaget melihat keadaan Ella. "Astaga! Non Ella!" Perempuan tua itu berusaha membantu Ella untuk berdiri dan menyingkirkan pecahan gelas di tangannya. "Non, kepala Non Ella berdarah!" ucap Mbok Inah kaget melihat darah menetes dari dahi Ella. Ella sendiri terkejut dengan banyaknya darah yang menetes, membasahi pelipis dan pipinya. Dia pun ikut panik. Ella mencoba berdiri tapi entah kenapa tiba-tiba dia merasa pusing. Tubuhnya limbung dan pandangannya pun menggelap.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook