bc

SUDUT HATI

book_age18+
654
FOLLOW
3.8K
READ
possessive
love after marriage
badgirl
powerful
sweet
humorous
genius
cheating
cruel
selfish
like
intro-logo
Blurb

Wanita lahir dengan segudang ketentuan mengikat. Menikah, punya anak, bisa masak dan harus selalu nurut apa kata suami.

Andini Nayaka, usia 30 tahun, hidup sebagai wanita yang selalu nyaman dengan keadaannya yang sendiri atau biasa disebut dengan JOMBLO. Kenapa harus dia memaksa untuk menikah? Ketika ia belum menemukan laki-laki yang dianggapnya tepat.

Tetapi tentu prinsip itu tidak berlaku untuk kedua orangtuanya yang selalu mengibarkan bendera peperangan untuk memaksa Andin segera menikah. Dan ketika sebuah perjodohan terjadi begitu tertata, hingga akhirnya Andin menerima pinangan seorang lelaki mapan dan tampan, pilihan kedua orangtuanya.

Pilihan yang membuatnya semakin meyakini bahwa ‘sendiri’ adalah lebih baik.

Kesalahan Andin hanya satu, ia tidak mencari tahu terlebih dahulu tentang calon suaminya, Ghidan Abimanyu Bramantya.

Cover by pinterest

chap-preview
Free preview
BAB 1 - (Selalu) Dipaksa Menikah.
Gerimis menemani langkah Andin yang berlari memasuki kawasan gedung perkantoran di daerah Jakarta Pusat. Gedung yang didominasi berwarna abu-abu dan hitam dengan kaca-kaca gelap yang melapisi dindingnya. Dengan pakaian yang sedikit basah karena terkena air hujan, Adnin memasuki lift bersamaan dengan para pekerja lain yang mencari cuan di gedung yang sama dengan tempatnya bekerja. Hari ini adalah hari Kamis, hari sibuk seperti biasanya bagi seorang Andin. Sebagai wanita yang hidup sendiri di Ibu Kota, Andin tidak akan pernah membiarkan dirinya menjadi tipe pekerja yang malas-malasan. Dalam segala hal, Andin selalu tepat waktu. Seperti sekarang, jam menunjukkan pukul setengah delapan dan Andin sudah berada di dalam lift gedung kantornya bersiap untuk bekerja padahal jam kerjanya di mulai tepat pukul delapan pagi. “Lantai tujuh, terima kasih” Ucap Andin ketika seorang laki-laki yang berada dekat dengan tombol lift menanyakan tujuannya. Ting.. Tujuannya sudah sampai. Ruangan yang cukup luas untuk menampung dua puluh lima pekerja dari berbagai divisi. Perusahaan tempat Andin bekerja tidak terlalu besar, tetapi cukup menjadi sumber penghasilan yang bisa dimanfaatkan para karyawannya untuk kebutuhan duniawi, seperti : membeli rumah, apartement dan mobil plus jalan-jalan keluar negri kalau misalnya mereka rajin menabung dan tidak hidup berfoya-foya. Jika membahas tentang cuan, Andin merasa hidupnya penuh keberuntungan. Saat menginjakkan kakinya di dalam ruangan, hal pertama yang Andin lakukan adalah merapikan pakaian yang sedikit basah. Kemudian tangannya merapikan rambutnya yang terlihat lepek akibat air hujan, membuatnya harus berkali-kali mengurai rambutnya dengan jari-jarinya yang sama basahnya. Disinilah Andin bekerja, lantai tujuh, Pena-ku. Andin bekerja sebagai seorang senior editor di sebuah platform menulis yang cukup terkenal di Indonesia. Setiap hari tugasnya adalah membaca, memperbaiki naskah hingga berhubungan langsung dengan penulis yang berada di dalam naungannya. Sampai di kantor Andin disambut dengan keheningan, karena masih terlalu pagi jadi karyawan yang datang baru beberapa. Itu membuktikan bahwa lebih banyak karyawan yang terlambat daripada yang tepat waktu. “Selamat pagi mbak Andin” “Pagi” Jawab Andin sekenanya. Andin bukan tipe orang yang tidak sopan, tetapi beberapa hari belakangan ini dia selalu mendengar selentingan kabar tidak mengenakan tentang dirinya. Mbak Andin si perawan tua. Mbak Andin si jomblo hingga akhir zaman. Bu Andin galak banget, pantes sih soalnya belum punya pasangan. Andin bisa abai dengan beberapa predikat membanggakan yang selama ini di berikan kepadanya, tetapi ia merasa tidak suka saat point terakhir terdengar di telinganya. Bu Andin galak karena belum punya pasangan? Demi Tuhan? Apa korelasi dari dua kalimat yang dipaksa dijadikan satu itu? Dia galak karena junior-nya tidak mengerjakan deadline tepat waktu. Dia galak karena Junior-nya tidak melakukan follow up ke penulis hingga target yang dia berikan molor. Wajar ga sih? Dan kenapa harus hal itu disangkutpautkan dengan predikat kesendiriannya. Sialan. Andin dengan malas memasuki ruangannya, duduk di singgasana yang sudah ia tempati selama lebih dari lima tahun. Andin suka dengan pekerjannya, dia hanya tidak suka dengan jahilnya mulut teman kerjanya. Namanya kerja juga akan selalu menyenangkan, nduk! Sabaar.. Ketika sudah dalam mood yang kurang baik akibat rekan kerja, Andin selalu mengingat nasehat Mamanya yang selalu ia ulang-ulang didalam pikirannya. Dan berhasil, moodnya kembali membaik. Dan ada satu hal lagi yang selalu membuat moodnya melejit sebelum bekerja, yaitu kopi. Sebelum memulai bekerja, Andin selalu menyempatkan untuk membuat kopi. Menurutnya, kopi adalah salah satu rutinitas yang bisa membuatnya semakin bersemangat dan b*******h ketika bekerja. Kopi selalu identik dengan pahit yang banyak orang mengaitkannya dengan hidup. Dan Andin menyukai filosofi itu, dari kopi kita bisa belajar untuk sedikit menambah pemanis kemudian menikmatinya. Tok..tok..tok “Masuk” Pintu terbuka ketika Andin mempersilahkan tamunya untuk masuk, kemudian tak lama ia bisa melihat juniornya datang membawa tumpukan berkas ditangannya, namanya Fadlan. Laki-laki yang jauh lebih muda dari Andin terlihat tergopoh-gopoh meletakkan tumpukan berkasnya di meja Andin yang memang tidak terlalu luas. Dia kemudian merapikan pakaiannya yang menurut Andin sebenarnya masih terlihat rapi ketika dia masuk. “Ini berkas dari penulis baru yang kemarin di kenalkan Pak Waluyo, bu” “Udah baca?” “Su..sudah” “Menurut kamu?” “Bagus” “Saya pengen deskripsinya yang jelas, jadi saya bisa tahu alur ceritanya tanpa perlu membacanya” “Mm..” “Nanti siang ketemu saya lagi, saya ingin kamu bisa menyampaikan rangkumannya” “Ba,,baik bu” Andin menengadahkan kepalanya ketika pintu tertutup. Ini masih pagi, tetapi tumpukan masalah sudah membuat harinya diawali dengan hal-hal yang kurang menyenangkan. Andin memejamkan matanya sejenak, bukan karena ngantuk, dia bukan tipikal orang yang lembur hingga pagi menjelang. Tetapi hanya ingin mengurai masalah demi masalah yang ada di kepalanya. Tuut..tuutt.. Bunyi telefon miliknya membuyarkan semua lamunan Andin, dengan sigap ia mengambil handphone miliknya di dalam tas kemudian mendengus sebal ketika melihat nama Mama nya di layar. Demi apapun itu, Andin hanya ingin bekerja dengan damai, apa sulit? “Ya, Ma” “Lemes banget pagi-pagi” “Andin yakin Mama cuma mau menanyakan jawaban lamaran anak sahabat Mama” “Itu tahu, Mama seneng kalau ternyata kamu juga seantusias Mama” Andin menjauhkan handphone miliknya, menatap layar dengan gemas, tangannya sengaja ia tekan kuat-kuat seperti ingin menghancurkan benda pipih itu. “Andin belum bisa jawab, Ma” “Gapapa, Mama cuma mau bilang sabtu ini keluarga Ghidan akan datang kerumah untuk meresmikan perkenalan dua keluarga, kamu pulang hari Jumatnya bisa kan?” Dilihat dari segi manapun Andin yakin bahwa kalimatnya sudah cukup jelas, dia belum bisa memberikan jawaban. Tetapi entah mengapa Mama seakan tidak peduli dengan jawaban Andin. “Ma, Andin kan bilang belum-“ “Dari sepuluh laki-laki yang Mama kenalkan, kamu selalu jawab belum bisa jawab, kamu bukan belum bisa jawab Ndin tapi memang kamu-nya aja yang ga mau jawab” Helaan nafas berat kembali Andin hembuskan dengan kasar. Apa salah wanita usia tiga puluh tahun masih betah untuk sendiri? “Ma,-“ “Mama tidak mau dengar jawaban kamu, Mama hanya mau kamu datang hari Jumat, titik” Klik. Nada yang menegaskan kepada Andin bahwa sambungan telefonnya terputus secara sepihak. Namun Andin bukanlah wanita pantang menyerah, ia mencari nama Papa di handphonenya kemudian men-dial nomor Papanya. Setidaknya dia masih berharap Papa-nya bisa membantunya dari keputusan sepihak Mamanya. “Assalamualaikum” “Walaikumsalam, Papa lagi apa?” “Lagi nyiram tanaman ini” Papa Andin adalah seorang pensiunan PNS yang dulu bekerja di Kementrian. Hari-hari tua Papanya dihabiskan hanya dengan berkebun, menanam bunga hingga hidroponik. Bahkan akhir-akhir ini Papa Andin sedang semangat-semangatnya ingin menjadi seorang youtuber dibidang hidroponik. Papa memaksa Arjun –Adik Andin- yang menyukai fotografi untuk bekerja sama membuat konten yang berkualitas. “Pa-“ “Kalau ini tentang rencana Mama-mu, Papa ga bisa bantu, sekali-kali kamu coba ngikutin saran orangtua nduk” “Tapi kan, Pa-“ “Arjun sudah kerja, ga mungkin kan Papa nikahin Arjun dulu yang sudah sering bawa pacarnya kerumah, sedangkan kamu perempuan” Apa ini artinya? Andin tak lagi bisa mengelak.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.4K
bc

My Secret Little Wife

read
92.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook