bc

My Special Baby

book_age18+
8.8K
FOLLOW
86.9K
READ
love-triangle
family
goodgirl
drama
sweet
female lead
like
intro-logo
Blurb

Karena kesalahan masa lalunya, Mikayla Kusuma Diningrat harus menelan pil pahit, hamil di luar nikah dan melahirkan anak dengan indikasi keterbelakangan mental. Beberapa bulan hidup dengan diskriminasi dari keluarga sendiri membuat Mika dan bayinya hidup dalam baying-bayang ketakutan juga perasaan terbuang dan tak diinginkan.

Keluarga besar Kusuma Diningrat yang tersohor di Surabaya tidak bisa menerima kehadiran anak yang telah dilahirkan Mika. Nenek bahkan berusaha menjauhkan Mika dari bayinya dengan berbagai cara untuk membersihkan nama baik keluarga besarnya.

Duka Mika semakin bertambah, karena semua orang menghujatnya, tidak ada cinta untuk Mika. Hingga Mika akhirnya sampai pada keputusan terberat dalam hidupnya kala itu.

Pada malam yang dingin di saat bayi Mika berusia tiga bulan, Mika memutuskan sebuah keputusan terberat dalam hidupnya yaitu pergi dari rumah dengan membawa bayinya. Mika tinggalkan Surabaya dan rumah besar keluarga dengan berbekal sedikit uang yang sudah diberikan oleh ibunya.

Babak-babak kehidupan Mika di kota lain menguras airmata juga sekaligus membakar semangatnya dalam membesarkan bayi itu seorang diri.

Lima tahun kemudian, Jakarta mempertemukan Mika dengan Adrian, seorang pengusaha muda yang baru saja kembali dari Australia di tempat Mika bekerja. Pertentangan hadir kembali dari keluarga besar Adrian yang juga tidak bisa menerima kehadiran Mika dan anaknya.

Apalagi diketahui, Adrian memiliki hubungan yang cukup dekat dengan seorang pebisnis perempuan bernama Vina yang sangat menginginkan lelaki itu. Di saat kebimbangan menghantui Mika, Deni (mantan kekasih sekaligus lelaki yang menghamili Mika) datang kembali dan berusaha menarik perhatian Mika lagi.

Mampukah Mika melewati semua ujian dalam hidupnya ketika ia di hadapkan pada dua pilihan berat: Anak atau cinta sejatinya?

chap-preview
Free preview
Mikayla Kusuma Diningrat
Aku hamil. Buah terlarang itu bersemayam di tubuhku yang bahkan belum genap berusia dua puluh tahun. Aku ingat, kemarin Ara datang ke rumahku. Ia tentu heran aku menghilang begitu saja. Tiga bulan tidak masuk kuliah dan menghilang bagai ditelan bumi. Saat nenek tidak di rumah, bik Tati yang tak tega melihat aku terkurung, dengan sangat gemetaran mengajak Ara ke rumah yang bagiku sudah seperti tahanan ini. Ya, tidak ada yang tahu tentang kehamilanku, bagi keluarga besar aku ini aib yang harus disembunyikan. Nenek sudah berulang kali ingin aku menggugurkan kandungan, tapi aku berkeras tidak mau. Akhirnya aku ditempatkan di sini. Tepat di belakang rumah keluarga besarku yang megah. Ara, sahabat terbaik yang aku miliki itu melihatku dengan tatapan tidak percaya. Ia menghambur, memeluk diriku yang sudah membuncit. "Mika, apa yang terjadi?" Ara berkata dengan suara bergetar. Ia meletakkan satu telapak tangannya di atas perutku yang tampak besar. "Seperti yang kau lihat, Ra. Aku hamil." Aku sesegukan, menangis di pelukan Ara yang juga nampak terguncang. Bisa ku lihat bik Tati menyeka air matanya melihat pemandangan ini dari ujung pintu. "Mika, siapa yang melakukannya?" tanya Ara lagi dengan memegang kedua pundakku. Lidahku rasanya keluh. "Mas Deni?" lanjutnya. Aku mengangguk. Ara terjatuh lemas di kursi yang ia duduki. "Malam itu Ra, saat acara ulang tahunmu, Mas Deni memaksa aku masuk ke dalam kamar yang terbuka. Aku dinodai di sana. Aku ...." Rasanya tak sanggup ku teruskan kisah menyedihkan sekaligus menjijikkan ini. Ara sesegukan, ia menangis sama seperti aku. Merasa gagal menjagaku saat malam itu. Kehidupanku biasa saja, sampai akhirnya aku bertemu dengan seorang pemuda bernama Deni. Pada pandangan pertama aku langsung jatuh cinta padanya. Pemuda tampan yang akhirnya membuat aku berada di sebuah perjalanan panjang episode penuh air mata dalam hidupku ini. Aku ingat, saat ulang tahun Ara tiga bulan yang lalu. Mas Deni yang aku kenal baik itu tak ubahnya monster yang menerkamku tanpa ampun. Di tengah acara pesta ulang tahun dengan musik yang kencang, tidak ada satu manusia yang tahu bahwa lelaki itu telah membuat masa depanku hancur. Ya, tiga bulan yang lalu aku menjadi korban pelecehan oleh kekasihku sendiri. Dan sekarang di sinilah aku, di sebuah rumah kecil. Terkurung, terpenjara, tidak ada teman kecuali bik Tati yang setia menemani. "Mika, maafkan aku, tidak ada bersamamu saat itu. Aku akan pergi ke tempat mas Deni dan memintanya menikahimu. Kau tidak boleh menanggung ini sendirian." Ku dengar, tekad Ara begitu manis di telinga. Aku terharu, ia memang sahabat baikku sejak dulu. Tapi tahukah kau Ara, kadang kenyataan tak sesuai harapan. "Tidak perlu, Ra, aku tidak mengharapkannya lagi. Sewaktu ia tahu aku hamil anaknya, ia malah memaksaku menggugurkan kandungan sama seperti nenek. Lalu keesokan harinya, mas Deni sudah kabur dari kostnya. Bahkan ia tidak lagi melanjutkan kuliah. Ia pergi entah kemana," kataku terbata-bata. Ara menutup mulutnya. Tercengang, juga geram dan kesal di saat bersamaan. "Aku benar-benar menyesal tidak tahu apa yang terjadi padamu saat itu, Mika. Maafkan sahabatmu ini." Ara menangis tersedu-sedu. "Ra, ini sudah takdirku. Aku akan tetap mempertahankan bayi ini. Aku tidak akan menggugurkannya. Aku rela putus kuliah. Jaga dirimu ya, Ra, jangan seperti aku, terlalu percaya pada manisnya mulut lelaki." Aku menyeka air mata, mencoba tegar menghadapi kenyataan ini. Ingatanku kembali, saat ini aku sedang duduk di dekat jendela kamar. Memandang ke arah pohon jambu yang tengah berbuah lebat. Aku ingin sekali. Sepertinya aku ngidam. Tapi, aku tidak bisa memetiknya, rumah ini bagai penjara, aku tidak boleh keluar walau hanya selangkah. Kata nenek, selangkah aku keluar dari rumah ini, kutukan dan kesialan akan menghampiri keluarga besar kami. Bunda? Permata hatiku itu tidak bisa berbuat banyak. Ia hanya seorang menantu. Ia tidak bisa membantah apa yang ayah dan nenekku perintahkan. "Non, Non Mika ingin jambu itu? Bibi lihat dari kemarin Non melihat ke sana terus." Bi Tati mendekatiku. Aku mengangguk. "Iya Bi, tapi biarlah, Bi." Aku memilih tidak menyusahkannya, tak mau nanti nenek murka dan memarahi pembantu yang baik hati ini. "Bibi ambilkan ya, Non, ndak baik kalau hamil terus kepengen tapi ndak dituruti. " Bibi berkeras ingin mengambilkan buah jambu itu untukku. Kutatap bibi dengan pandangan berkaca-kaca. Bahkan keluarga besarku tidak pernah peduli pada kehamilanku ini. Aku tidak pernah dibawa check up. Tidak minum vitamin. Saat mual dan muntah, hanya bibi yang menemaniku. Saat bibi datang kembali dengan sekantung penuh jambu air, aku langsung lahap memakannya. Aku merasakan jambu itu dengan mata yang sudah menganak sungai. Hatiku terenyuh, masih ada yang peduli pada kehamilanku walaupun ia orang asing, hanya seorang pembantu yang kebetulan bekerja pada nenek. "Enak ya, Non? Alhamdulillah, Bibi senang, Non, lihatnya." Bibi berkata sambil menyeka air matanya juga. Aku jadi tidak bisa membayangkan, bagaimana kalau bibi tidak ada. Meski bibi hanya menemaniku saat pagi hingga jam tujuh malam, karena nanti bibi harus kembali ke rumah utama. Aku sendirian lagi. "Bi, apa bunda gak bisa ke sini?" tanyaku lirih. "Nyonya Dewanti sedang menghadiri acara peresmian pabrik baru nona Vina." Bibi menjawab sama lirih pula. Bibi seolah tahu apa yang kini melanda hatiku. Rasanya teriris sekali. Ada pilu saat ku dengar berita ini. Kak Vina dan kak Rizal adalah dua cucu kesayangan nenek sejak dulu. Hanya kakek yang menyayangiku. Tapi, pahlawanku itu sudah kembali pada Tuhan Beberapa bulan yang lalu, sebelum musibah ini datang padaku. "Bi, Bunda udah hampir seminggu gak jenguk aku." Meski tadinya kutahan, akhirnya keluar juga uneg-uneg terdalam hatiku yang sudah luluh lantak ini. Bunda, tadinya aku berharap kaulah satu-satunya harapan di saat aku terpuruk begini. Tapi sepertinya, aku tidak bisa pula meraihmu dalam indahnya kasih sayang lagi. "Yang sabar ya, Non Mika, nyonya pasti akan datang nanti." Bibi menyeka lagi airmatanya. Ah, bibi, kau dan aku sudah menghabiskan berapa liter air mata melihat drama kehidupanku yang pahit ini. "Bi, makasih ya, hanya Bik Tati yang tidak meninggalkan aku." Aku memeluk pembantuku yang sudah renta itu. Menangis tersedu-sedu di bahunya. Aku tidak akan menyerah dengan semua bentuk diskriminasi yang aku dapatkan demi bayi dalam kandunganku ini. Aku tidak akan goyah meski di luar sana akan aku dengar caci juga maki. Aku Mika, gadis muda yang sedang menantang nasib demi sesosok nyawa yang sedang bersemayam. Aku Mika, dan aku akan menjaganya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.0K
bc

My Secret Little Wife

read
91.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook