bc

Nevan & Nessa

book_age16+
705
FOLLOW
3.9K
READ
family
badboy
badgirl
drama
sweet
bxg
campus
friendship
lecturer
friends
like
intro-logo
Blurb

-Sekuel dari Dua Sisi-  

Nevan dan Nessa, mereka kembar yang berbeda Nevan yang dingin persis seperti kepribadian Ayah mereka, Arvin dan Nessa yang hangat seperti Ares, tetapi kisah cinta mereka hampir sama, sama-sama bermula dari sebuah permasalahan.

 

Bagaimana jadinya jika Nevan yang menghindar dari adik kembar yang selalu membuat masalah justru bertemu dengan gadis pembuat onar bernama Tasya? Apakah Nevan akan jatuh hati setelah ciuman pertamanya di renggut oleh gadis tersebut?

Dan bagaimana jadinya, Nessa si pembuat masalah harus jauh dari kakaknya yang selalu menyelesaikan masalahnya. Justru semakin merasa bermasalah saat bertemu dengan Ibra, dosennya yang malah menyebut dirinya sebagai calon istri?

 

Apa yang terjadi pada si kembar? Bisakah mereka menemukan kebahagiaan di antara permasalahan yang membuat mereka bertemu dengan Tasya dan Ibra? 

**

Cover : Orisinal

Dibuat oleh : Purplerill

Gambar : Unplash.com

Font : App text on photo

chap-preview
Free preview
Part 1 Kegalauan Nessa
Selamat membaca gengs! ** Nevan dan Nessa adalah anak kembar dari pasangan Ares dan Kia. Sejak kecil mereka tidak pernah terpisahkan. Nevan akan menjadi kakak lelaki yang begitu melindungi adiknya, pun dengan Nessa yang begitu manja sebagai adik perempuan. Nevan tidak bisa meninggalkan Nessa sendirian, tidak bisa membiarkan adiknya dalam kesulitan. Namun Nessa menjadi tidak bisa mandiri dan selalu bergantung kepada kakak lelakinya. Sejak kecil mereka selalu bersama, sampai akhirnya mereka di hadapkan dengan masa remaja menuju dewasa. Masa di mana mereka bisa mulai memilih mau bagaimana mereka ke depannya. Nevan memiliki banyak rencana untuk masa depannya, rencana yang sudah dia susun sejak masih di bangku sekolah menengah pertama, namun Nevan ragu saat memikirkan adik perempuannya. Karena rencana yang dia susun, membuat dia harus jauh dari Nessa. Berbeda dengan Nevan, Nessa tidak memiliki rencana apapun. Kalau boleh jujur, dia hanya ingin seperti ibunya. Kelak menjadi ibu rumah tangga yang bisa mengurus semua keperluan suami dan anaknya, hanya berada di rumah dengan segala macam kegiatan rumah seperti ibunya sekarang. Dan saat harus Nessa mengetahui rencana yang telah di susun kakanya, apakah gadis itu rela menerima dan sanggup kalau mereka yang selalu bersama sejak di lahirkan, harus mulai berpisah untuk kehidupan mereka masing-masing, untuk masa depan mereka masing-masing. ** “Hah?! Jogja?!” pekik Nessa saat Nevan, kakak kembarnya mengatakan akan melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta. Arlen yang duduk di samping kakak perempuannya itu menutup kuping karena suara Nessa yang begitu keras. “Bun, jangan di kasih ijin, Bunda please masa aku harus pisah sama Kak Nevan, nanti aku gimana, Bun. Aku nanti gegana, gelisah, galau, merana, Bun,” bujuk Nessa pada Ibunya. “Alah gegana, lebay amat sih, Kak. Paling nanti gak ada yang nyelesain masalah kakak lagi kalau Kak Nevan jauhan dari kakak,” cibir Arlen yang mendapatkan jitakan di kepalanya, ulah siapa lagi kalau gadis yang duduk di sampingnya, sang kakak paling cantik, Nessa. “Sakit tahu,” ringis Arlen. “Makannya diem deh, Bunda please ya jangan kasih ijin. Kak Nevan sama Nessa kan nggak pernah jauhan, terus sekarang mau jauhan, nanti kalau kota berdua sakit karena saling malarindu gimana, ikatan batin kita kan kuat banget. Jangan kasih ijin ya, Bunda.” Nessa kembali membujuk sang ibu untuk melarang kakak lelakinya -Nevan- melanjutkan kuliahnya di luar kota. Bagaimana hidupnya nanti kalau berpisah dengan Nevan, si penyelamat dalam hidupnya. “Bunda juga gak setuju, tapi—“ “Tuh denger! Bunda gak setuju.” Nessa memotong perkataan sang ibu, lalu menatap kakaknya seolah dia sudah menang karena berhasil mendapatkan dukungan dari ibu mereka. “Bunda belum selesai Kak Nessa, tapi Bunda juga nurut apa keputusan Ayah,” ucap Ibunya membuat Nessa menekukkan wajahnya. Bahkan kalau kata Arlen bibir kakaknya itu sudah seperti bibir bebek. Kali ini Nessa menatap sang ayah yang sejak tadi hanya diam menyaksikan anak-anak dan istrinya. “Ayah, Nessa janji enggak akan nakal tapi jangan kasih ijin Kak Nevan buat lanjut kuliah di sana,” bujuk Nessa. Ares, sang kepala keluarga menatap anak gadisnya dengan begitu serius. Sebenarnya dia sama sekali tak terkejut saat Nevan si anak sulungnya mengatakan ingin berkuliah di luar kota, tepatnya di Yogyakarta. Karena sebelumnya Nevan sudah mengatakan lebih dulu kepadanya, Ares sama sekali tak merasa keberatan justru sebagai anak laki-laki, Nevan harus bisa belajar mandiri dan ini waktunya Ares untuk melepas Nevan hidup sendiri, meski tentu saja masih dengan pengawasan dirinya sebagai orang tua. Tetapi penolakan keras justru datang dari adik kembarnya, Nessa. Ares juga tahu Nessa akan melakukan protes di saat mengetahui Nevan ingin kuliah di luar kota. Ya karena selama ini anak perempuan satu-satunya itu yang terlihat begitu feminin justru sering kali membuat masalah selama Nessa bersekolah dulu, dan Nevan yang selalu menyelesaikan masalahnya. Hanya saja Ares tak mungkin menolak apa yang menjadi keinginan anaknya. Sebagai orang tua, jika memang anaknya memiliki rencana masa depan sendiri, yang tidak menyalahi aturan yang sudah dia buat dalam keluarga. Ares tidak akan melarang siapapun untuk melakukannya dam mewujudkan apa yang memang telah menjadi rencana mimpi masa depan mereka. “Kalau Ayah ya bagus dong Kak Nevan bisa belajar mandiri, jadi Ayah setuju saja,” ucap Ares dengan begitu santai dan membuat muka masam Nessa muncul. Bujuk rayunya kali ini tak berhasil membuat sang ayah luluh kepadanya. “Jadi Nevan di kasih ijin, kan, Yah, Bun?” tanya Nevan. Ayahnya mengangguk dan begitu juga dengan sang ibu yang pasrah saja dengan keputusan anak dan suaminya, meski berat melepaskan Nevan yang harus tinggal sendiri di luar kota. “Tamat lah hidup gue,” gumam Nessa. Sementara Arlen sepertinya tampak senang dengan penderitaan kakak perempuannya yang akan segera di mulai karena harus berpisah dengan kakak mereka, Nevan. ** “Adu duh, anak gadis lagi gelisah, galau dan merana. Di putusin pacar ya, eh tapi kan jomblo dari orok,” ucap Arlen mengejek Nessa yang tampak sekali muram karena keputusan Nevan yang akan kuliah di Jogja tak berhasil dia gagalkan. Adiknya itu masih kecil tetapi selalu saja membuat Nessa naik darah, apalagi kalau sudah mengejek seperti ini. “Diem lu unyil! Sana! Jauh-jauh dari gue!” usir Nessa pada adik bungsunya, mereka memang sama sekali tak pernah akur. Lebih tepatnya Arlen yang selalu saja membuat Nessa naik darah, jahilnya Arlen tak pernah berhenti kalau sudah berhubungan dengan Nessa. “Jangan gitu dong kak, gue ini adik satu-satunya paling ganteng se rumah ini. Nanti kalau lo usir gue bakalan makin kesepian,” ucap Arlen duduk di hadapan Nessa yang saat ini merebahkan tubuhnya di atas sofa. “Heh! Lu malah pake lu gue sama kakak sendiri, gak sopan! Mending lu aja yang pergi, bosan gue lihat lu,” sarkasnya. “Aduh hati dedek sakit banget,” Arlen memegang dadanya penuh drama. “Lagian ya kak, kan kakak sendiri yang ngomong kaya gitu jadi aku ikutin aja,” ucap Arlen begitu polos. “Mulai lu kang drama,” cibir Nessa yang sebal melihat tingkah adiknya selalu saja berdrama dan berlebihan sekali. Untung Arlen adiknya, kalau bukan sudah dia tendang saja dari sini. “Yang jelek gak usah kamu ikutin, Arlen,” lanjut Nessa yang sekarang menggunakan aku-kamu-nya karena seharusnya seperti itu meski lebih seringnya memakai gue-lo. Arlen mengangguk paham. “Dari pada galau ya kak, mending kita beli es kepal tu di ujung komplek. Enak tahu kak, kemarin Arlen beli sama temen-temen di sana,” ajak Arlen, meski kerap kali saling ejek atau tak pernah akur tetapi sebagai kakak dan adik, mereka saling menyayangi satu sama lainnya. Karena sang ibu selalu bilang di saat memiliki masalah bukan orang lain yang bisa menyelesaikan dengan mudah, tetapi saudara sendiri yang menjadi tujuan paling utama. “Kuy lah! Berangkat!” pekik Nessa setuju dengan ajakan adiknya. “Tapi Kak Nessa yang bayar ya.” “Oke! Minta sama Bundahara dulu,” balas Nessa dan mereka pun tertawa. ** Arlen dan Nessa berada di luar, seperti yang mereka bilang tadi akan jajan bersama membeli es. Sengaja Arlen mengajak kakaknya untuk jajan es agar Nessa tidak begitu memikirkan pembicaraan bersama dengan orang tua mereka tadi. Sebagai adik, meski Arlen kerap kali membuat Nessa naik darah, tetapi Arlen juga begitu menyayangi Nessa, pun dengan Nevan. Arlen juga merasakan bagaimana nanti mereka berjauhan dengan kakak lelaki mereka, Nevan. Karena bukan hanya Nessa dan Nevan yang selalu bersama, Arlen pun selalu bersama mereka apalagi dengan Nevan karena mereka sama-sama lelaki. Sekarang mendengar kabar bahwa kakak lelaki mereka akan melanjutkan pendidikan di luar kota, tentu saja dia pun terkejut. "Kak Nessa, keputusan Kak Nevan itu udah fix ya." Hatinya mengatakan kalau dia tidak boleh membahas ini namun mulutnya selalu ingkar. Begitulah Arlen sekarang. Nessa yang duduk di samping adiknya menoleh dan mengangguk lemah. Kembali mengingat kenyataan kalau kakak lelakinya akan melanjutkan pendidikan di luar kota membuatnya galau. Masalahnya selama ini memang Nevan lah yang selalu ada untuknya, kalau Nessa sedang melakukan kesalahan, menjadi biang onar kalau di sekolah. "Ya kalau keputusan udah di setujui sama Ayah. Mana mungkin berubah, udah ketuk palu tuh kalau di meja sidang," ucap Nessa. Arlen menganggukkan kepalanya, setuju dengan apa yang kakak perempuannya katakan. Memang kalau keputusan sudah di ambil oleh ayahnya, jika itu yang terbaik maka tidak akan mudah untuk berubah. Mereka pun menikmati es kepal yang tadi di pesan. Melupakan sejenak tentang kenyataan kalau kakak lelaki mereka akan segera tinggal berjauhan dengan mereka nanti. ** Nessa masuk ke dalam kamar kakaknya yang saat itu tengah sibuk di depan komputer karena bermain game. Gadis itu duduk di sofa yang ada di kamar Nevan, kemudian masih diam memperhatikan Nevan yang tengah serius bermain game. Nevan yang mulai menyadari ada seseorang duduk di sofa menghentikan permainannya kemudian menatap sang adik dengan sorot mata yang begitu tajam tetapi bisa terlihat jelas penuh kelembutan menatap adik perempuannya. “Kenapa?” tanya Nevan melihat Nessa yang masih saja mengerucutkan bibirnya. Sejak tadi dia berbicara dengan orang tua dan kedua adiknya tentang keinginannya untuk kuliah di luar kota, Nevan selalu melihat adik kembarnya mencebikkan bibir, mengerucutkan bibir dan ya semacam itulah. Belum lagi mukanya yang tampak masam. “Kak, lo yakin sama keputusan itu?” tanya Nessa akhirnya membuka suara. Nessa masih belum menerima keputusan Nevan yang tadi, dan dia berharap akan ada setitik harapan Nevan menarik perkataannya yang tadi. Nevan mengangguk tegas membuat Nessa akhirnya harus menerima keputusan dari kakak kembarnya itu, sang pahlawan yang selalu menyelesaikan masalah yang dia perbuat saat di sekolah. “Kalau gitu gue terima lah,” ucap Nessa. Nevan terseyum kecil kemudian beranjak dari kursinya, duduk di samping Nessa dan menarik tubuh sang adik ke dalam pelukannya. Berat sebenarnya dengan apa yang menjadi keputusannya kali ini tetapi dia harus melakukan itu agar adik kembarnya bisa belajar mandiri tanpa dirinya. Selama ini Nessa selalu bergantung kepadanya karena mereka memang terlahir kembar dan Nevan mau Nessa berubah menjadi lebih dewasa, berharap tanpa ada dia di samping Nessa, adiknya itu bisa menyelesaikan masalahnya sendiri nantinya. Arlen yang baru saja masuk ke dalam kamar Nevan melihat kedua kakaknya saling berpelukan, “Enggak ajakin Arlen pelukan, Arlen tersisih,” ucap Arlen membuat Nessa dan Nevan menatap kehadiran adiknya kemudian kembali berpelukan seolah sengaja sekali membuat Arlen berdecak sebal tetapi anak remaja itu berlari mendekati kedua kakaknya. “Kita berpelukan,” ucap Arlen yang sekarang sudah ikut memeluk Nessa, membuat kakak perempuannya itu berada di tengah antara dirinya dan Nevan. “Berpelukan terus!” Arlen semakin mengeratkan pelukannya. “Arlen gue gak bisa napas!!” pekik Nessa.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Naughty December 21+

read
509.0K
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M
bc

Dua Cincin CEO

read
231.3K
bc

My Hot Boss (Indonesia)

read
660.7K
bc

Bad Prince

read
508.5K
bc

Yes Daddy?

read
797.8K
bc

✅Sex with My Brothers 21+ (Indonesia)

read
922.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook