bc

Brownies (Berondong Manis)

book_age18+
393
FOLLOW
2.6K
READ
age gap
sweet
bxg
lighthearted
witty
school
sassy
twink
like
intro-logo
Blurb

Ayunda, cewek yang paling anti sama berondong, tapi malah dikejar-kejar sama berondong. Jujur saja, tipe ideal Ayu adalah laki-laki yang lebih tua darinya. Katanya sih, biar bisa sabar ngadepin sikap dia yang terlalu indah.

Tapi, siapa sangka jika hatinya malah dibuat cenat-cenut sama bocah SMA! Kaisar Hinata Wiraatmadja, tetangga barunya yang akhir-akhir ini sering membuat hatinya gundah gulana.

Penolakan demi penolakan Ayu berikan pada Kai, yang terus menerus mengucapkan kata cinta dengan mudahnya. Bukan Kai namanya kalau dia mudah menyerah. Penolakan yang diberikan oleh Ayu, justru malah membuat Kai jadi semakin gencar ingin meluluhkan hati wanita itu.

*******

"Yu."

"Hem?"

"Lo tau persamaan kuntilanak sama Lo?"

Ayu menggeleng. "Nggak tau. Emang apaan?"

"Ketawanya sama-sama meresahkan! Cie, mukanya langsung merah gara-gara gombalan receh kayak gini!"

Ayu menatap tajam pada bocil yang ada di sebelahnya.

"Lo nyamain gue sama kuntilanak yang ada di belakang rumah? Hah?" Ayu mulai ngegas.

"Dih, di gombalin malah ngegas. Cewek ga normal, nih!"

"Itu bukan gombalan, anjim!" Ayu mulai kehilangan kesabarannya.

chap-preview
Free preview
1 - Kang Palak
"Aduh, tumben banget ini ide ngalir deras banget kayak gini! Jarang-jarang, kan, ya! Harus cepet-cepet dieksekusi, sebelum ini ide nguap ha-ha-ha!" ucap seorang gadis sambil terus mengetik sesuatu di ponselnya. "Ayuuuu!!" teriak seseorang dari luar kamar. Bruk Ayu yang sedang menulis naskah melalui ponselnya, seketika ponselnya jatuh mengenai wajahnya karena saking kagetnya. "Duh, bunda kenapa, sih?" "Ayuuuu!!" Ini teriakkan kedua yang dilakukan bundanya. "Iya, iya." Dengan sangat terpaksa, Ayu meletakkan ponselnya di atas meja. Lalu keluar kamar, memenuhi panggilan sang bunda. Ah, bukan panggilan tapi lebih tepatnya teriakkan. "Ayuu!" "Aduh, ga usah teriak-teriak, Bun! Ini bukan di hutan ya ampun!" "Kamu, dipanggil dari tadi ga nongol-ngonol!" omel Shinta, bundanya Ayu. "Ayu kan tadi lagi ngetik, Bun. Ya ampun, ini ide lagi ngalir deras banget, sayang kalo nggak langsung dieksekusi," tutur Ayu sambil mengambil gelas dan menuangkan air ke dalamnya. "Beliin dulu terasi sana! Ini bunda mau bikin rujak kangkung sama ibu-ibu tetangga." Melotot, kaget karena di luar lagi panas-panasnya dan dia malah di suruh keluar. Bukan masalah keluar rumahnya, tapi dia kaget karena disuruh beli terasi. Di saat panas-panasnya kayak gini? "Bund ...." "Buruan! Bunda ga nerima penolakan!" "Ihh!" Dengan setengah terpaksa, akhirnya Ayu mau keluar rumah untuk membeli terasi. Ya ampun, baru juga bukan pintu Ayu sudah merasakan hawa panas yang luar biasa. Ayu melangkah dengan gontai, menuju warung yang menjadi tempat langganan dirinya belanja. Cuaca siang itu benar-benar sangat panas! Ayu bahkan menyesal karena hanya keluar dengan menggunakan kolor bapaknya dan kaos oblong berwarna hijau botol, dengan bagian lehernya sudah kendor. "Bi Mae, beli terasi B9 nya 1 pak, ya!" kata Ayu sambil duduk di bangku yang terbuat dari bambu. "Lho, tumben Lo keluar, Yu? Biasanya diem mulu di rumah?" tanya Bi mae sambil mengambilkan terasi pesanan Ayu. "Biasa, disuruh sama bunda, ha-ha-ha!" Tawa Ayu pecah. "Bocah edann! Keluar kalo disuruh aja!" Bi Mae pun ikutan tertawa dan memberikan terasi itu pada Ayu. Dia sendiri tau jika Ayu sangat jarang keluar rumah, bahkan hampir tidak pernah. Karena pekerjaan yang Ayu lakukan memang tak mengharuskannya pergi keluar. "Ngomong-ngomong, beli terasi banyak amat? Mau nyaingin gue dagang terasi apa gimana?" tanya Mae sambil ikut duduk di samping Ayu. "Mau bikin rujak kangkung katanya, sih." "Anjim! Itu terasi mau dipake sumua?" "Iya! Biar harum semerbak! Satu RT bisa nyium wanginya terasi!" Sesaat kemudian mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Mae sendiri memiliki umur yang tak jauh dari Ayu. Ayu berumur 22 tahun, sedangkan Mae berumur 25 tahun, hanya selisih tiga tahun. "Ya udah gue pulang dulu, Bi Maemunah!" "Anjir, udah dibilangin jangan panggil gue Maemunah!" teriak Mae sambil melemparkan botol kosong ke arah Ayu, dan Ayu buru-buru pergi. Sepanjang perjalanan menuju rumah, tak henti-hentinya bersenandung. Hem, mood-nya lagi bagus, karena jarang-jarang otaknya encer kayak gini ha-ha-ha! "Mana duit kalian!" Seketika Ayu menghentikan langkahnya, menengok ke arah samping. Weleh, ada anak-anak yang lagi di rundung nih! Bentar, tapi kok yang di rundung nya sampe empat orang? Emang masuk akal? Ayu benar-benar tak mengerti, yang pahami situasi saat itu, empat bocah lagi di palak sama satu bocah! Gila! Atas nama keadilan, akhirnya Ayu pun memberikan diri "Heh, lagi ngapain kalian?" tanya Ayu dengan suara sedikit tegas. Meski dalam hati dia ketar-ketir ketakutan. "Hah, Lo siapa? Mau ikut campur juga?" tanya satu orang lelaki, yang Ayu duga sebagai kang palak. "Lo malakin mereka?" tanya Ayu geram. "Ga usah sok tau! Pergi sana!" Kesabaran Ayu diuji. Dia itu paling kesel kalo udah ada bocah yang nggak sopan sama dia. Apalagi ini manggilnya sampe Lo - gue. Hellow? Seragam aja masih putih abu! "Lo masih kecil udah jadi kang palak ya? Kalo udah gede mau jadi apa? Hah?" Astaga, tanpa Ayu sadari dia mengucapkan kata-kata yang paling dia benci, kata-kata yang pernah mematahkan semangatnya. Sekarang, kata-kata itu malah ia lontarkan lagi pada orang lain. "Lo nantangin gue atau gimana?" tanya bocah itu sambil membalikkan tubuhnya dan menatap Ayu. Omaigat! Ayu dibuat tak berkedip sama sekali! Ini, yang ada di depannya itu oppa-oppa Korea? Yang sering ia lihat di drama-drama itu? Serius? Atau jangan-jangan ini lagi ada acara variety show? Jadi ada kamera tersembunyi gitu. Astaga, Ayu jadi nyesel sendiri. Kalo tau bakalan ada syuting variety show, mungkin dia bakalan dandan dikit! "Oppa?" Tanpa sadar Ayu mengucapkan kalimat itu dari mulutnya. "Oppa naon anjim? Aing mah nyaho nage opak!" (Oppa apaan anjim? Aku sih tau nya opak!) "Annyeong, Oppa!" Tingkah Ayu malah semakin menjadi. Maklum, kelamaan semedi di kamer, dan ga pernah liat orang ganteng. Jadi gini. "Lo ngomong apaan? Ga ngerti aing mah sumpah!" (Ga ngerti gue mah sumpah!) Bocah itu malah terkekeh melihat Ayu yang masih menatapnya tak percaya. Mengeluarkan tisu, lalu mengelap ujung bibir Ayu dengan tisu. "Lap tuh iler! Ga pernah liat orang ganteng, sih!" cibir bocah itu, dan mampu membuat kesadaran Ayu kembali. "H - heh, balikin duit mereka!" tegas Ayu saat kesadaran wanita itu kembali. "Astaga, duit apaan? Justru gue mau minta duit yang - " "Dasar kang palak!" potong Ayu sambil mengadahkan wajahnya, karena bocah itu lebih tinggi dari dia. "Astaga, gue beneran ga malakin mereka! Justru mereka yang - " Drap ... drap ... drap .... Empat bocah tadi memanfaatkan situasi ini. Mereka pergi, saat Ayu sedang berdebat dengan bocah yang tadi menghadang mereka. "Ah, sialan! Gara-gara Lo, mereka jadi kabur, kan!" "Heh, tobat! Kalo mau duit, nyari kerja, bukan malah malakin temen sendiri!" Ayu jadi geram sendiri. "Dibilangin bukan gue yang malak! Ergh!" kesal bocah itu. Gemas, ingin rasanya mencakar wajah Ayu. "Mana ada maling ngaku?" Helaan napas terdengar dari bocah itu. Sepertinya wanita yang ada di hadapannya itu keras kepala. "Kai!" Saat mereka sedang dalam situasi yang cukup menegangkan, datang seorang bocah SMA. Dugaan Ayu sih kayaknya itu anak temennya si kang palak. "Kai!" Ayu manggut-manggut, oh jadi kang palak ini namanya Kai, begitu pikir Ayu. "Apaan?" "G - gimana, uangnya dapet?" tanya Andre, temen Kai dengan napas yang naik turun. "Ga, raib semuanya! Gara-gara dia!" geram Kai sambil menatap Ayu dengan tajam. "Eh, ko ke gue? Jelas-jelas Lo yang malakin mereka! Jangan lempar batu sembunyi tangan, dong!" solot Ayu karena merasa disalahkan. "Kai?" Andre menatap Kai. "Ndre, jelasin apa yang sebenernya terjadi! Gue takut ga bisa nahan emosi!" pinta Kai, sambil melipat kedua tangannya di depan d**a. Sedangkan Ayu, wanita itu mencoba memahami situasi sekarang. "Em ... jadi sebenernya ...." "Apaan? Coba jelasin!" Ayu sudah tak sabar. "Sebelumnya, kenalin gue Andre, dan Dia Kai, temen gue." "Ga usah basa-basi!" ucap Kai dan Ayu berbarengan. "Iya! Jadi gini, Teh, empat anak yang tadi di sini itu, ngambil uang kas yang mau dipake buat nengok temen yang sakit. Terus, si Kai ini mau minta uang yang mereka ambil tadi." "Apa?" pekik Ayu terkejut. "Iya, jadi Kai berbuat kayak gitu itu bukan mau malakin mereka. Tapi mau ngambil uang kas yang mereka ambil," tutur Andre. "Jadi, dia bukan mau malakin mereka?" tanya Ayu memastikan. "Iya, bukan." Ayu manggut-manggut, mengerti. Ah, jadi Ayu yang salah, ya? Udah nyolot, maksa pula. Duh, sumpah Ayu malu banget. Seseorang, tolong lempar Ayu ke laut! "Anu ... kira-kira uang kas yang mereka ambil, berapa?" tanya Ayu hati-hati. "Empat ratus ribu, Teh," jawab Andre. "Berapa?" pekik Ayu, takut dia salah denger. "Empat ratus ribu! Lo budeg atau gimana?" cibir Kai. "Heh, gue ga nanya ke Lo ya!" "Empat ratus ribu, teteh geulis." Andre tersenyum. Karena merasa bersalah, akhirnya Ayu pun mengeluarkan dompet yang ia bawa tadi. Untung bawa dompet, coba kalau nggak? Bahaya! Melirik dulu sekilas isi dompetnya. Helaan napas terdengar jelas dari Ayu. Dia mendapati fakta, bahwa kini dompetnya sudah tak berpenghuni. Dengan berat hati, mengeluarkan kartu ATM. "Gue ga ada uang cash, kita ke ATM dulu!" Mereka bertiga pun pergi ke Alfamart, untung letaknya tak terlalu jauh dari tempat kejadian. Kai dan Andre menunggu di luar, duduk di kursi sambil melihat kendaraan yang berlalu-lalang. Sedangkan Ayu masih di dalam, melihat saldonya yang bisa saja membuat wanita itu seketika menangis. Jika Ayu tak ingat sedang berada di tempat umum, mungkin dia sudah menangis meraung-raung, guling-guling di tanah. Untungnya akal sehatnya masih berjalan dengan normal. Setelah menarik uang, tiba-tiba saja Ayu ingin makan es krim. Kayaknya enak, lagi panas-panas gini makan es krim. Berjalan menuju lemari pendingin, mengambil es krim rasa stroberi kesukaannya. Saat hendak bayar di kasir, dia teringat pada dua bocah yang sedang menunggunya di luar. "Astaga, gue jadi orang ko baik banget, ya?" muji diri sendiri, karena ga ada orang lain yang muji. Balik lagi, ngambil dua es krim rasa coklat baru setelah itu pergi ke kasir dan bayar. Saat keluar dari Alfamart, Ayu melihat Kai dan Andre sedang duduk manis. Yang satu muka-muka lokal, tapi tetep cakep. Yang satu muka-muka mirip oppa-oppa Korea yang sering ia lihat di drama-drama. "Duh, ganteng banget. Jadi pengen gue kawinin!" Astaga, sadar dengan apa yang baru saja ia ucapkan. Ayu buru-buru menutup mulutnya. "Nyebut, Yu, nyebut!" Kai melihat Ayu sedang berdiri di depan pun, sambil menutup mulutnya. Ngapain coba tuh orang? Begitu pikir Kai. "Buruan, kita mau nengok orang sakit, nih!" teriak Kai yang membuat lamunan Ayu seketika buyar. Dengan cepat Ayu menghampiri mereka, memberikan uang empat ratus ribu pada Andre, tapi Andre hanya diam mematung menatap uang yang disodorkan Ayu. "Buruan ambil! Sebelum gue berubah pikiran!" Ragu-ragu Andre mengambil uang yang disodorkan oleh Ayu. Setelah itu Ayu memilih untuk duduk di sana, mengambil es krim stroberi miliknya, dan sisanya dia berikan pada dua bocah yang ada di depannya. "Buat kalian!" ucap Ayu sambil membuka es krim itu. Baru juga dibuka, mau dimasukin ke mulut. Tapi .... "Gue ga suka rasa coklat! Mau rasa stroberi aja!" kata Kai sambil merebut es krim yang baru saja menyentuh bibir Ayu. Ayu menatap es krim stroberi miliknya yang sudah dilahap oleh Kai. Astaga, Ayu udah bener-bener kesal! "Astaga! Boleh gue jotos ga, sih?" gumam Ayu kesal. Sedangkan Kai hanya menahan senyum, melihat Ayu yang terlihat sangat kesal padanya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook